05.Malam Jahanam

67 4 2
                                    

"Mobil siapa itu? " Ujar Mauliate ketika membuka pintu rumah Ben di Kawasan Ciganjur Malam itu.... Ben menarik napas panjang dan mengecup dahi si muda sesaat

"Maaf gak jadi jemput... Ada... Ada urusan sama klien.... Mobil kutinggal di kantor... " Senyum Ben lelah...

"Would be nice kalo telepon dulu sih... Jadi gak khawatir nungguin... Untung makanan belum kumasukkan kulkas" Jawab Pria yang lebih muda dingin seraya Ngeloyor memasuki ruangan....

"Selamat malam juga hasian.... " Ujar Ben seraya terduduk melepaskan tali tali sepatunya letih...

"Apa aku kelihatan kayak posesif....? " Senyum Ate seraya terduduk di lantai di hadapan kursi tempat Ben duduk dan membantunya melepas sepatunya

"Aku senang... Aku merasa sedikit lebih dicintai" Senyum Ben seraya sejenak memagut Bibir Ate yang sekarang melepaskan kaos kaki kaos kakinya

"Sedikit? " Manyun Ate...

Ben mengangkat bahunya "kau punya Bapak.... Kau punya Alea.... Kau Punya Ale.... Aku harus siap berbagi kan? " Senyumnya ringan Ate berdiri sementara sepatu sepatu Ben dikempitnya di ketiaknya... Dia tersenyum dan mengecup dalam dahi Pria yang lebih Tua

"Dan aku Egois.... Aku gak mau membagi kamu sama siapa siapa.... " Ujarnya seraya berjalan menjauhi Ben.... Untuk menaruh sepatu milik sang kekasih di rak sepatu.....

Ben sejenak terdiam mengawasi si tampan sementara pikirannya melayang pada kenyataan bahwa Gracias tidak mati... Dan dia kembali....

"Kenapa bengong...? Makan malammu sudah di meja... Setelahnya kita mandi... " Ujar si tampan Lurus sementara kepalanya muncul dari tirai ruang makan...

"Kita? " Kekeh Ben terbahak

Ate mengangkat bahunya "yeah... Spontan Aja... Tulang tahu aku gak bisa konsen kalo Tulang baunya kayak gini" Timpalnya seraya terduduk lagi di lantai....

Mata mata mereka sejenak berpandangan... Ben mengelus rambut pria yang lebih muda itu dengan lembut... Sejenak dia terbengong lagi

"Tulang...? " Lirih Ate bingung

"Amang" Senyum Ben hangat

"Ada pikiran apa.. ? " Selidik si muda... Tubuhnya disenderkan pada lutut Ben sementara tangannya mengelus pipi pria itu

"Ruko ku di Benhill... Pakailah Buat EO mu... Sayang itu gak kepake... Lokasi Premium akan bikin Klien premium  berdatangan kan? " Timpal Laki laki yang lebih dewasa...

"Tapi Bapak?... Alea...? " Timpal Ate kemudian...

"Rumah kita gak terlalu sempit... Rumah laladon bisa untuk Workshop sementara kantor kita taruh di jakarta... Bapak boleh milih mau tinggal dimana... Dan Alea...dia anakku... Dan aku pikir... Aku mau berbagi alamat dengannya... " Senyum Ben tulus... Ate mengecup jemari laki laki itu

"Dia anakku... " Lirih Ate

"Dan kau hidupku.... Aku mau rawat Alea sama sama kamu hasian... " Sahut Ben sementara kepala Ate bertumpu di pahanya.... Dikecupnya dalam dalam kepala si tampan...

... Gracias hanya sekedar lewat... Sekarang bocah ini hidupku.....

Lirih laki laki yang lebih tua di dalam hati....

***********
"Dan aku sadari... Kami sudah jauh berbeda... Mencoba berahasia dua tiga bulan... Lari larian dari arum dan ayu..... Pada akhirnya kami menemukan kesimpulan... It's not happening..." Ujar Abah seraya menenggak gelas ketiganya...

Jati tertawa sesaat dengan wajah memerah "gimanapun yang sembunyi sembunyi gak mendatangkan ketentraman bah.... Abah udah terlalu terbiasa sama Umi... Gak sadar lengket... Gak sadar cocok.... Kupikir... Om Panji itu cuma sekedar... Getar yang gak perlu.... Menantang... Tapi gak ada masa depannya.... After all dia bukan Panjimu yang dulu cengangas cengenges naik sepeda ontel.... Waktu udah membentuknya dan.... Mungkin bentuknya sekarang udah gak sesuai dengan spesifikasi abah lagi.... " Cerocos si muda begitu dalam.... Abah tak sengaja memperhatikannya..... Teringat jauh ke masa lalu saat dimana Jati Muda menemaninya mempersiapkan rendezvous terlarangnya dengan Panji.... Saat dimana Jati benar benar mengurusnya saat mereka berdua meluangkan waktu di jogja... Saat mereka tak sadar sejenak terlupa....

Pria Pohon dan Matahari yang terburu buru : Ayat 3Where stories live. Discover now