28.selanjutnya

20 5 7
                                    

"Kopi? " Senyum Nadia seraya menyerahkan Mug mengepul ke Meja Dimitri, yang diajak bicara hanya tersenyum masam dan mengangguk

"Gue pikir lo mau nyiram gue pake isi Mug itu? " Senyum si laki laki kemudian

"Lo pantes mendapatkannya kan?" Ujar Nadia terduduk di samping Dimitri....

"Untuk apa? " Lanjut Dimitri bertanya

"Pisahin gue dari jati dan Allegro.... Mengadu ke Neneknya Matahari... Ngambil Job untuk hancurin Karir Allegro...? " Jelas Nadia

Dimitri terdiam.... "Dan entah kenapa gue ngerasa gue udah terlalu jauh terobsesi Nad.... " Liriknya....

Nadia menarik napas panjang "look Dim... Dengan atau tanpa kebencian... Lo udah sangat hebat.... Lupain jati.... Lupain Ale... Konsentrasi sama apapun yang elo punya aja, gimana? " Ujar si perempuan mencoba menenangkan

"Gimana dengan elo Nad? Apa gue masih milikin lo as a partner? Setelah gue mengacak acak apapun yang elo dan teman teman lo miliki? " Gusar Dimitri kemudian

Nadia mengangkat bahunya " Lo bikin gue bersinar Dim... Apapun alasannya gue berterimakasih sama Elo.... Dan gue janji... Gue gak akan kemana mana.... " Ujar Nadia seraya menonjok  lembut pundak laki laki itu..... Mereka tak sadar tertawa bersama....

*********
"Kupikir kau ke sekolah... " Ujar Abah dingin membuka pembicaraan, Umi menengok sesaat lalu kembali sibuk dengan tanaman tanamannya  ... "Aku ke toko tanaman sebentar... Beli Pupuk.... Males ke sekolah... Cuti" Ujar sang perempuan

Abah menarik napas dan ber-ooh pelan..... Keadaan menjadi sunyi diantara mereka berdua....

"Aku sudah mengemasi pakaianku... Aku akan kembali ke Jogja... Pesawat Nanti sore... " Abah terduduk di kursi makan kembali memulai pembicaraan setelah sejenak kesunyian timbul diantara mereka berdua

"Kupikir renovasi rumah sudah selesai.... Mau apa lagi ke sana...? " Bingung Umi sambil mengusap peluhnya....

"Mau tinggal seterusnya di sana.... Kupikir Tama bisa urus ekspedisi.... " Ujar Abah tidak peduli....

"Lalu...? " Bingung Umi

"Aku menalak mu atau kau menggugatku... Terserah saja... Aku janji aku gak akan membuatnya berlarut larut...." Senyum Abah pahit...

Umi terdiam memandangi laki laki tua itu... Lalu perlahan mengangkat bahunya  "baiklah.... Aku akan menyuruh orang kantor untuk bertanya syarat syaratnya ke Pengadilan agama... Gapapa kan kalo kukirim syaratnya lewat Whatsapp? " Lanjut perempuan setengah baya itu seraya mencuci tangannya di wastafel

"It's okay.... Jangan terlalu menyusahkanmu...." Ujar Abah seraya berdiri dan berjalan menuju ruang tamu....

"Is it Jati? " Ujar Umi kemudian memecah kesunyian.... Abah menghentikan langkahnya dan memandangi Umi kosong...

"Nggak.... Ini aku.... Ini semua karena kesalahanku.... " Ujar laki laki setengah baya itu seraya kembali duduk di sofa... Matanya nanar memandangi foto keluarga di dinding ruang tamu.....

"Aku pikir kita akan menua bersama? " Lirih umi seraya terduduk di samping abah.... Keduanya tak sengaja terdiam.... Lamat lamat terdengar suara serangga dari taman belakang....

"Aku juga mikir gitu... Tapi ah... Sudahlah... Aku gak ngerasa layak.... " Senyum Abah patah hati

"Abah..... " Desah Umi tidak terima....

Abah terkekeh mendengarnya "sudahlah Rum.... Aku bukan orang baik..... Aku menipumu dari awal.... Aku cinta Panji dan hanya cinta Panji.... Aku mencoba menekannya dan aku meledak dan sejenak berzinah dengan Jati..... Sungguh mati aku sayang kalian..... Kau... Tama dan Dimas.... Tapi aku gak bisa jadi  Bapak yang baik atas dasar penipuan... Aku menipumu Rum... Aku orang jahat.... " Cerocosnya tak terkontrol.... Umi terdiam dan perlahan memeluk tubuh laki laki yang masih bergetaran....

Pria Pohon dan Matahari yang terburu buru : Ayat 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang