[Enam] Ngabuburit Bersama Taya

935 156 12
                                    

"Abang mau ikut Ayah? Ayah mau pergi beli kelapa buat buka puasa."

Byakta yang melihat putranya sedang asik lari-larian mengajaknya keluar, sekalian ngabuburit sebelum buka puasa. Walaupun ada tujuan lainnya yaitu mencari kelapa hijau untuk buka puasa sekeluarga.

"Mo mana?"

Taya tertarik dan ingin ikut, kalau pergi keluar Taya suka.

"Beli kelapa muda. Abang mau ikut?"

"Mau. Taya ikut..." pekiknya senang dengan ajakan ayahnya.

"Pamit dulu sama Mama."

"Mama, Mama, Mama....." teriaknya girang memanggil mamanya, tak sabar Taya untuk keluar mencari kelapa bersama ayah.

"Mama, Taya pelgi sana. Beli kelapa kata Ayah."

"Salim sama Necan sama Budhe, hati-hati yah. Bilang sama Ayah."

"Taya pelgi sama Ayah Necan..."

Tak butuh waktu lama bagi bocah gembul itu untuk pamit. Taya lebih takut ditinggalkan ayahnya keluar, jadi secepat mungkin ia berpamitan.

"Wah lameeee....."

Taya menatap takjub pemandangan di depannya. Ia bisa melihat banyak kendaraan, orang yang lalu-lalang.

"Ayah, Ayah beli kelapa banyak-banyak. Yummi..."

"Apa Bang? Bicaranya nanti saja yah, waktu kita sampai tempat orang jual kelapanya."

Suasana bising membuat percakapan keduanya tak berjalan dengan lancar. Tadi Byakta memutuskan untuk menggunakan motor, dengan mengikat Taya dibagian dengan menggunakan kain batik jarik.

"Ayah ada banyak yummi yummi..." pekiknya antusias.

Taya senang melihat banyak jajanan sepanjang jalan, walaupun ia tahu tujuan mereka bukan untuk membeli itu.

Taya ingat kok bentuk kelapa itu, sebar berwarna hijau.

"Ayah jajan itu boleh?"

Baru juga sampai di lapak penjual kelapa Taya sudah salah fokus dengan penjual lainnya.

"Beli apa? Kan mau beli kelapa saja kita Nak."

Byakta itu punya kelemahan terhadap putranya, susah menolak permintaan bocah gembul itu.

"Tadi bilang Mama mau jajan yang lain?" senjata andalan Byakta untuk menolak putranya adalah membawa nama istrinya. Terkadang berhasil, namun seringnya gagal. Alhasil Taya dan ayahnya akan dimarahi.

"Ndak kok, beli itu....." tunjuknya penuh minat ke arah penjual mainan.

"Beli apa? Kalau beli mainan, nanti Abang nggak bisa beli Dino."

"Dino Taya..."

"Iya, kalau kita beli ini sekarang, nanti Taya nggak bisa beli Dino lagi."

Bersama Taya, Baheera dan Byakta terbiasa melakukan negosiasi dalam segala hal. Taya dilibatkan dalam membuat keputusan atas pilihan orangtuanya. Misalnya Baheera dan Byakta sudah membuat keputusan A dan B yang mana keduanya sama-sama baik dan Taya diminta untuk memilih itu.

Pada dasarnya sebenarnya Byakta dan Baheera sudah membuat keputusan, namun seolah-olah Taya yang membuat keputusan.

"Dino, ndak beli ini..."

"Iya, nanti beli Dino saja yah."

Taya hanya mengangguk mengerti, tak ada drama rengenkan sama sekali.

"Kelapa yummi, ndak kue bulat-bulat sana?"

Kini fokusnya beralih lagi ke dagangan yang lain. Suasana sore hari banyak macam jenis pedagang dan jualannya.

"Abang mau Onde-onde? Kita beli yah. Abang suka itu kan?"

Byakta mengingat dengan baik memori putra gembulnya dengan onde-onde, Taya dengan amat sangat telaten akan mencabut satu persatu biji wijenny. Lalu ia hanya akan memakan isinya saja.

"Mau...."

"Mas ditinggal sebentar yah kelapanya. Beli onde-onde dulu.."

Antrian kepala lumayan lama, jadi mereka bisa ke tempat lain untuk jajan.

"Iya pak."

" Wah ada klepon juga, beli yah. Abang lebih suka klepon daripada onde-onde.."

"Ini gleen, ada gula dalam sana."

Taya sudah ingin memakannya, namun ditahan oleh ayahnya.

"Iya, warnanya green. Ada gula merah didalamnya."

"Abang mau kue yang lain?"

Byakta tahu jika Taya sedang berada pada fase GTM. Tidak semua makanan ia mau makan, seharian ini ia hanya mengkonsumsi roti. Tadi siang ia menangis karena diminta makan oleh mamanya.

"Ndak ini, ndak...."

Minat Taya terhadap makanan tidak besar, ia hanya senang melihatnya. Biasanya ia akan kembali dengan makanan yang biasa ia makan dan disukai.

Ramadhan With Nataya (Seri Keempat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang