[Sembilan] Mengaji Bersama Taya

891 153 3
                                    

Taya duduk manis di depan ayahnya sambil menenteng buku Iqro, menunggu gilirannya untuk mengaji bersama ayahnya.

Sepulang dari sholat taraweh, Taya sudah sangat antusia untuk belajar mengaji. Tak begitu lama ia ribut meminta ayah untuk belajar mengaji.

"Mana Iqro Abang?"

Byakta meminta Iqro yang bawa oleh putranya dan mulai membuka dari halaman pertama.

"Iqlo satu..."

Taya memberikan Iqronya dengan semangat dan duduk manis sekali. Menunggu intruksi setelahnya.

"Iya nak, Iqro satu. Belajar dari awal dulu yah."

Taya mulai serius mengikuti arahan ayahnya, menyimak dengan serius.

"Abang mau belajar halaman berapa?"

Dari informasi mamanya, Taya sudah cukup familiar dan mengenal huruf Hijjaiya dengan baik dalam Iqro Satu ini. Walaupun terkadang ada huruf yang lupa.

Byakta dan Baheera paham sekali jika belajar Alquran taklah sebentar. Mereka harus sabar dan telaten. Taya belajar di TPA dekat rumah selama ini dengan beberapa anak sebaya mereka.

"Depan sini. Sini, sini, ini juga diajalin Ummi ngaji sana."

Taya menunjukkan dengan bangga halaman mana saja yang sudah ia pelajari.

"Hebat yah."

"Taya mau ngaji Qulan kayak Ayah..." pintanya lagi, tak hanya sekali dua kali bocah gembul itu mogok mengaji sebab perkara ingin mengaji Alquran, bukan buku Iqro yang selama ini ia pelajari.

"Tunggu Abang bisa baca huruf sambung yah."

Byakta harus pandai membujuk dan merayu.

"Kapan?" tanyanya tak sabar sekali.

"Kalau Abang sudah bisa baca Alquran nak. Masa mau  ngaji Alquran tapi belum bisa bacanya."

Gemas sekali Byata dengan putra gembulnya ini.

"Ndak ngaji sama Ayah ah..."

Taya kabur begitu saja, tak lagi mau mengaji.

"Lah... Lah.... Abang kita aja belum mulai nak."

"Ndak sama Ayah..."

"Kasaaaan, Kasan, Kasan," Taya memanggil kakeknya setelah berhasil kabur.

Padahal bocah gembul itu sendiri yang ingin mengaji tadi, dan sebelumnya terlihat sangat antusias. Lalu sekarang bahkan belum mulai saja sudah berhenti. Tidak mau mengaji.

"Kasaaan, ngali Qulan ndak?" begitu melihat kakeknya ia langsung bertanya.

Taya mengambil posisi duduk menyelip antar kakek dan ujung sofa tunggal di ruang keluarga mereka. Terlihat sempit, tapi Taya merasa nyaman dan enak.

"Ngaji kok, Abang mau ngaji Alquran?"

Tentu saja Taya amat sanagt bersemangat mendengar tawaran dari kakeknya.

"Ayoo, ngaji Qulan."

"Ambil Alquranya dulu yah."

"Taya ikut...."

Taya mengekori kakeknya dengan semangat menuju tempat ia tadi belajar bersama Ayahnya.

"Ayah ngaji Qulan tuh." beritahunya semangat.

"Abang...." panggil Byakta begitu melihat Taya kembali lagi.

"Ngaji Qulan sama Kasan, ndak Ayah..." protesnya lagi.

"Lah kenapa coba, sama aja loh."

Heran sekali Byakta dengan putra gembulnya, ada saja alasannya. Padahal sama saja mau mengaji dengan siapa.

"Ndak, Kasan ayoooo..."

Kasan menarik kakeknya segera menjauh, takut dipaksa ayahnya mengaji Iqro lagi.

"Abang....." panggil Byakta tak habis pikir melihat Taya berlalu begitu saja.

"Ayah sendili aja, Taya ngaji Qulan sama Kasan." teriaknya menjauh, kembali ke sofa ruang keluarga.

Taya mulai mengambil posisi ternyamannya, duduk dipangkuan kakeknya sambil mengaji.

"Wah ngaji Qulan..."

"Taya ngaji Qulan."

Pada akhirnya Taya mengaji kok, dengan kakeknya ia tenang dan mengikuti bacaan kakeknya. Taya masih belum bisa membaca sendiri.

Mengaji Alquran versi Nataya adalah orang dewasa membacakannya dan ia mengikutinya.

Ayahnya saja tak paham, pikir Taya sebal.

Ramadhan With Nataya (Seri Keempat)Where stories live. Discover now