[Tujuh] Buka Puasa Bersama Taya

852 145 0
                                    

Buka puasa mereka meriah sekali, meja makan sudah penuh dengan berbagai makanan. Belum lagi jajanan yang dibeli Byakta waktu keluar bersama Taya.

Tentu saja Taya paling semangat menunggu adzan magrib. Ngakunya sih puasa juga, dan merasa ikut sahur, jadi bocah gembul itu paling semangat melihat banyak makanan dihadapannya.

"Ini maam semua... Yummii...."

"Abang mau yang mana nak?"

"Maam kulma...." Taya ikut sibuk seperti keluarganya yang lain yang berpuasa.

"Abang kan nggak puasa..."

"Puasa sedikit...." Taya tak terlalu fokus dengan godaan tantenya.

"Abang gimana puasanya?"

Taya menatap kakeknya dengan imut, masih tak sabar untuk segera mendengar suara adzan magrib. Soalnya Taya mau ikut berbuka puasa.

"Ndak puasaa..." beda sekali jawabannya yang ia berikan kepada kakek dan saat tantenya meledeknya tadi.

Kalau puasa kan nggak makan dari pagi sampai magrib. Tapi Taya makan banyak kok, paginya makan roti, lalu makan jelly, terus roti lagi, makan cookies juga, makan klepon, tapi kulit onde-ondenya masih ada dalam piring.

Jadi Taya puasanya sedikit aja.

"Tidak apa-apa sekarang, nanti kalau sudah besar bisa ikut puasa yah."

"Dino Taya puasa.... Ndak maam ini."

"Iya Dino makannya waktu magrib. Ikut puasa juga yah Nak," sahut kakeknya sabar dengan tingkah cucunya.

Jangan lupa beberapa jenis mainan Dino sudah berjejer rapi diatas meja makan samping tempat duduk bocah gembul ini.

Dino wajib ikut berbuka, sudah layak keluarga sendiri.

Apapun kelakuan bocah gembul ini selama masih dalam tahap aman keluarganya akan menganggapnya menggemaskan.

"Abang sekarang buka puasa makan nasi yah."

Seharian Taya belum menyentuh nasi sama sekali. Kelakuan GTMnya mendukung sekali program puasa. Tapi masalahnya Taya orang dewasa disekitarnya khawatir.

Memang makan roti atau cemilan lainnya mau, atau terkadang makan pasta. Tetapi tidak setiap hari.

"Ada adzan sana. Wahhhh..... wah..... adzan sana." pekiknya senang mendengar adzan magrib.

Kelakuan seperti orang yang berpuasa. Pasadal bocah gembul itu sudah kenyang makan ini itu.

"Alhamdulillah waktunya berbuka."

"Taya juga, Taya juga." ujarnya tak mau kalah.

Ayahnya memimpin membacakan doa berbuka untuk semua dan yang lain mulai berbuka puasa. Makan kurma dan beberapa hidangan lainnya yang tak terlalu berat.

Setelah ini mereka akan sholat magrib bersama.

"Abang mau makan nasi?" tawar Baheera melihat gelagat putranya mulai memainkan makanan di depannya.

"Ndak nasi, maam kulma. Mau kulma banyak banyak, kulma, kulma, ndak ndak..." pekiknya ketika melihat ayahnya mengangkat wadah kurma dari depan matanya.

"Itu ada dipiring kecil Abang loh. Masih mau lagi?" tanya Byakta heran. Kurma sebanyak tiga biji saja itu baru tergigit sedikit, dan masih mau lagi.

"Dino Taya, Dino Taya maam kulma..."

"Dino Taya....."

"Abang suaranya nak. Pelan yah." tegur Baheera.
Baheera menatap putranya pasrah, nenek dan kakeknya tak akan pernah menegur kelakuan absrud bocah gembul itu.

"Yang makan Abang saja, Dino nggak ada giginya tuh Bang." celetuk Balqis iseng menggoda.

"Simpan pakai wadah aja." neneknya mendukung dengan memberikan piring kecil untuk menaruh kurma dan disediakan di depan mainan Dino yang sudah berjejer rapi tadi.

"Maam Dino..." tentu saja ia senang pintanya terpenuhi.

Taya sudah seperti sekte pemuja Dino.

Untung saja tak semua Dinonya Taya jejerkan diatas meja makan.

Buka puasa pertama yang berkesan.

Ramadhan With Nataya (Seri Keempat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang