[Duapuluhsatu] Berbagi Bersama Taya

532 57 0
                                    

"Abang tahu nggak ini buat siapa?"

Baheera dan Byakta sudah biasa melakukan ini, membuat beberapa bingkisan untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Selain itu bingkisan untuk teman-teman dan kenalan. Sukacita berbagai itu sangat menyenangkan. Baheera dan Byakta senang melakukan itu.

Berharap Taya juga ikut bersuka cita dengan momen ini.

"Taya semua..."

Taya senang dirumahnya banyak barang, terasa seperti wahana mainan tersendiri. Apalagi kalau mama sama ayah minta tolong, Taya suka bantuin kok.

"Bukan, ini nanti kita bagi-bagi ke orang lain. Kita sharing yah kalau punya rezeki lebih dari Allah."

"Kenapa shaling?"

Taya juga tak paham konsep berbagi yang sesungguhnya, yang Taya tahu ia punya banyak kue dan kebutuhan sembako dirumahnya. Semua mau dibagi-bagi kata mama sama ayahnya.

"Karena kita punya rezeki lebih untuk berbagi Nak."

Bingung juga bagaimana menjelaskan ini kepada Taya dengan bahasa yang mudah dipahami.

"Rezeki apa? Allah kasi Mama? Mana?"

Taya juga masih bingung, memangnya rezeki itu apa? Dapat dari mana? Siapa yang kasih?

"Ini semua Allah titipkan ke Mama, ke Ayah berupa rezeki materi. Allah kasih kesehatan buat Ayah jadi bisa kerja dan dapat uang. Itu rezeki dari Allah."

Sejujurnya Baheera merasa kewalahan bagaimana menjelaskannya. Rasanya ingin menghubungi suaminya untuk membantu memecahkan jawaban ini.

"Mana? Ndak ada Mama..."

Taya merasa tak menemukan dimana rezeki itu. Kenapa tidak kelihatan?

"Apanya nggak ada Bang?"

"Itu lezeki Allah kasih." jawabnya penuh kebingungan. Menurut Taya seharusnya terlihat yah, biar bisa bantu Taya sama Mama bungkusin ini semua.

"Bukan orang Bang, tapi uang."

"Ayah banyak uang? Wahh...." seperti paham saja uang banyak itu bagaimana. Masalahnya di usianya tiga tahun ini Taya masih belum terlalu mengerti mengenai uang, tetapi paham jika pergi jajan atau membeli sesuatu harus punya uang.

"Alhamdulillah, Allah kasih rezeki lebih untuk kita makanya kita bisa berbagi yah."

Baheera senang-senang saja melihat puranya sibuk mengintip isi sembako dan kue untuk dibagikan ke orang-orang.

"Taya ndak ada?"

"Nggak ada apanya nak?"

"Ndak shaling Mama..."

Taya tidak merasa mamanya sharing juga sama dia, kenapa sharing ke orang lain tapi mama sama ayahnya nggak sharing ke Taya yah?

"Ada dong, Mama sudah siapin buat Abang."

Baheera mengenal putranya dengan sangat baik, jika ingin berbagi dengan orang lain Taya juga harus dibagi. Walaupun iya nanti juga akan lupa. Tapi Taya merasa harus dibagi juga oleh orangtuanya.

"Mana?" antusias sekali bocah gembul ini mengetahui jika ia diberikan juga oleh orangtuanya.

"Ini buat Abang, ada cookies loh. Coklat banyak buat Abang."

Sebenarnya tak banyak juga, tetapi ini saja Taya sudah senang kok. Lagipula tak akan dimakan semua, cepat bosan bocah gembul itu.

"Mama bukaaa..."

Taya senang dengan kue miliknya, rasanya ingin segera memakannya. Mumpung mamanya tak melarang makan sekarang.

"Makannya sambil duduk yah."

Baheera membantu putranya untuk membuka bungkusan cookies miliknya. Terlihat menggoda, apalagi aroma coklatnya.

"Makasii Mama.."

Manis sekali ucapan Taya, membuat mamanya bahagia saja dengan hal-hal sederhana ini.

"Mama yummi, makasih mama." ucapnya lagi sambil memakan kue miliknya. Tidak menawari mamanya juga.

"Sama saam Nak.. Ihhh gemas sekali sih kamu Bang."

Rasanya ingin membuat putranya menangis saja saking gemasnya, tapi Baheera tak ingin lelah dengan drama. Jadi ia tahan saja dirinya dengan segala tingkah putranya yang menggemaskan itu.

"Nanti Taya bantu Mama..."

"Kamu manis banget sih Bang, belajar dari siapa pula ini."

"Taya suka bantu Mama."

"Terimakasih yah Bang, sudah jadi anak baik, anak sholeh, anak pintar."

"Sama sama Mama."

Ramadhan With Nataya (Seri Keempat)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ