[Limabelas] Persiapan Berbuka Bersama Taya

755 140 0
                                    

" Ayah ndak mandi?"

Taya sudah siap di dalam kamar mandi miliknya, namun ayahnya tidak ikut mandi juga sepertinya. Umm bukannya tadi ayahnya ajak dia mandi yah?

"Ayah sudah mandi dong, Abang yang belum. Kan baru pulang main ke rumah Bude tadi."

"Ndak mandi sana..." beritahunya kemudian, terkadang Taya suka mandi rumah tetangganya itu.

"Iya, pintar Abang. Mandinya di rumah saja yah. Sebisa mungkin kita tidak boleh merepotkan orang lain yah. Kalau bisa sendiri, di rumah sendiri saja yah."

Byakta sejujurnya sedikit ketat dalam mendidik putranya, banyak hal yang mereka tetapkan dalam mengasuh putranya. Besar harapannya putra gembulnya ini tumbuh menjadi anak yang baik budinya, anak sholeh, yang menjadi pelipur lara, yang berkembang sesuai usianya, serta anak yang besar dengan lingkungan yang baik.

" Ndak boleh minta kalau bukan sama Mama, sama Ayah, sama Anteu, sama Kasan Necan, sama Ami Ama?"

Taya ingat kok kalau tidak boleh meminta, kalau meminjam juga harus ijin. Kalau main juga mama dikasih tahu agar tak hilang.

"Iya Nak, sebisa mungkin Abang tidak boleh merepotkan orang lain yah. Bolehnya Mama sama Ayah, sama Kasan Necan, Ama Ami, sama Aunty Balqis."

"Huuh..."

"Ayah bubble...."

"Banyak ini bubble..."

Taya mulai tak fokus pada pembicaraan serius mereka, bocah gembul itu sudah asik dengan bubble yang dibuat ayahnya.

"Iya bubble. Mandinya sebentar yah, soalnya kita mau buka puasa. Kalau Abang mandi lama nanti kasihan Mama tunggu Abang sama Ayah buka puasa."

Byakta mengingatkan putranya untuk tak terlalu lama bermain air. Soalnya Taya tuh awalnya saja bilang malas mandi, tapi jika sudah bertemu dengan air semua drama di awal akan sirna begitu saja.

Kalau tak diingatkan Taya bisa menghabiskan waktu yang sangat lama untuk kegiatan bermain bersama air di kamar mandi.

"Kasian Mama. Mama puasa...."

"Iya puasa, semua puasa."

"Ndak kok..."

"Ayah spidel... spidel itu sana..." pekik bocah gembul ini heboh melihat laba-laba di ujung kamar mandinya.

Fokus Taya untuk beberapa hal sangat bagus, bocah itu akan begitu gigih dan sangat kompetitif. Namun di beberapa situasi ia akan mudah teralihkan.

"Iya, ada spider. Spider kakinya ada berapa?"

"Empat, ada dua-dua Ayah..."

"Wah hebat, Abang tahu yah kalau spide itu ada empat pasang kaki. Kalau dijumlahkan ada 8 yah."

"Ndak boleh tangkap, nanti gigit kalau spidel."

"Iya nggak boleh ditangkap. Kalau Abang sukanya hewan apa buat pelihara?"

"Cacing, ada ayam. Ndak pelihala cat Ayah..."

Taya mengingat beberapa hewan peliharaan miliknya yang tak pernah awet dan berumur panjang. Ada saja dramanya antara Taya dan hewan peliharaan.

"Mama hachim hachim kalau pelihara cat. Kasihan Mama yah..."

"Taya nggak hachim hachim.."

"Iya, Abang nggak alergi nak. Alhamdulillah. Sudah yuk, nanti kita dicari Mama. Sebentar lagi mau buka puasa. Kita juga bantuin Mama...."

Walaupun kecewa, Taya tahu ia harus menyudahi kegiatan mandi dan bermain bubble yang menyenangkan itu. Taya mau bantu mama kok, jadi harus selesai.

"Mama masak yummi..."

"Iyaa, buat buka puasa. Makanya ayo kita siap-siap..."

Byakta dengan telaten mengeringkan tubuh putra gembulnya dan segera memakaikan pakaian rumahan yang nyaman.

"Abang mau pakai baju ini atau itu nak?"

"Ada gambal Dinoooo..."

Taya memilih baju bergambar Dino, hewan kesukaannya yang entah kapan ia akan bosan.

"Sudah selesai, Abang ke Mama dulu yah. Ayah rapiin ini dulu Bang."

Taya segera keluar berlari mencari mamanya, membiarkan ayahnya merapikan segala kekacauan yang terjadi di dalam kamar miliknya.

"Mama....."

"Mama....."

"Mamaaa, Taya mau bantu Mama...."

Manis sekali bocah gembul ini, membuat orangtuanya luluh saja.

Ramadhan With Nataya (Seri Keempat)Where stories live. Discover now