Merasa dekat

135 31 4
                                    

Sebenernya aku hanya iseng, tapi kalo temen temen lagi baca tolong sekedar vote atau komen, makasih❤🙂

Tolong vote atau komennya aja sih guys. Kalo males komen setidaknya vote, cape juga mikir,plis🥲🙏.

BANTU AUTHOR PROMOSI GES, AWOK"
.
.
.
.
.
.
.

Pada les kedua, Azura diminta bu Jeje, guru matematika untuk mengambil buku mandiri matematika dari perpustakaan.
Kini gadis itu mengambil kertas keterangan pinjam dari perpustakaan atas nama Bu Jeje.

Setelah itu, ia berjalan keluar dari perpustakaan. Dilorong yang akan ia
dilewati, Gibran bersama ketiga temannya berjalan berlawanan arah dengan Azura.

Lagi lagi tatapan tajam itu menyoroti mata berlapis kaca berlensa itu. Azura menunduk, meremas buku tebal
yang kini ia genggam.

Duk

"A-aduh, pake nabrak dinding segala!"
Rutuknya mengusap-usap jidatnya, lalu memperbaiki kaca mata yang melenceng dari posisi.

Ia mendongak, menatap Gibran yang memandangnya datar. "Darimana?"

"Emm, Zura dari perpustakaan kak," Gadis itu kembali menatap kebawah, tersenyum saat sepatu barunya bersentuhan dengan sepatu Gibran yang bagus. Ternyata bukan dinding yang ia tubruk.

Gibran hendak menarik tangan Azura menjauh, tapi lebih dulu gadis itu mengambil alih lengan kecilnya. "Nanti bu Jeje marah, kak!"

"Siniin bukunya," Azura menggeleng dan menyembunyikan buku itu dibelakang tubuhnya.

Dengan mudah Gibran mengambil, lalu ia berikan pada Leo. "Apaan, gib?" Tanya Leo bingung.

"Lu bertiga anter nih buku ke kelas dia. Bilang dia ada urusan." Pria kemudian menarik lengan Azura menjauh.

"Kelas berapa, gib?" Teriak Awan dari kejauhan.

"11 IPA."

"IPA berapa woi!" Kini Laskar yang bertanya, terlihat enggan sekali ia disusahkan. "Dih, malah dikacangin babi!"

Gibran membawa Azura ketaman belakang. Langkah pria itu lebar, membuat Azura sulit untuk mengimbanginya. "Kak, gimana nanti kalo Zura dihukum?"

"Ngapain kakak bawa Zura kesini?"

"Kak?"

"Bisa diem nggak, sih!?" Sentak Gibran, mereka duduk dibawah pohon rindang.

"Kakak sih, pake bawa Zura tanpa alasan," Gadis itu membuang pandangannya, ngambek. Entah hanya perasaannya atau bagaimana, ia merasa sudah akrab pada Gibran, lebih tepatnya sokab.

Rasa takutnya hilang begitu saja saat pria itu mengeluarkan suara, ketika sedang bersama nya. Namun jika hanya melihat tatapannya, jangan tanya Zura setakut apa.

Pria itu menoleh pada gadis yang duduk disebelahnya. Ia bergerak mengambil tangan mungil itu, lalu mengelusnya lembut.

Azura, gadis itu membeku, pertama kali dalam hidup diperlakukan seperti ini oleh seorang laki-laki. Matanya mengerjap, berusaha meminta penjelasan atas kelakuan Gibran. Efek atas sentuhan ringan itu mampu membuat jantung Azura berdetak tak karuan, semburat merah muncul dikedua pipinya, dan Azura tidak tahu perasaan apa itu.

Gibran melepaskan tangan Azura. Keduanya sama-sama diam menyelami pikiran masing-masing.

"K-kak Gibran..." Azura merutuki dirinya yang kembali berbicara dengan gagap.

"Hm, kenapa?" Untungnya lelaki itu tak menyadarinya.

Azura teringat darimana pria mendapat nomor WhatsApp nya. "Emm itu..., WhatsApp Zura dapet darimana?"

Gibran bergerak mengelus rambut Azura dengan lembut, "Terserah gue mau darimana,"

Jawab pria itu dengan enteng, rasanya hanya untuk membobol kaum rendahan seperti Azura sangatlah gampang.

Azura menjauhkan kepalanya, tak nyaman. "Jangan pegang Zura kak,"

Gibran mengernyitkan dahi, merasa terhina harga dirinya, "kenapa?"

"Jantung Zura sakit!"

/////////////

Bel istirahat berbunyi 5 menit yang lalu, dan Azura tengah menunggu semua teman sekelasnya pergi ke kantin. Kini tersisalah dirinya sendiri didalam ruangan itu.

Seharusnya dia pergi kerooftop dan menemui pria yang beberapa jam lalu mengajaknya ketaman sekolah. Namun, gadis itu tampak acuh dan memilih membangkitkan amarah sang Gibran.

"Yeay, ikan Zura enak," gadis itu berseru ria dengan pelan. Benda berbentuk kotak itu menampilkan butiran nasi, ikan asin dan sayur lodeh yang kuahnya sudah tumpah diplastik.

"Ishh, malah tumpah," gadis itu sedari tadi menggerutu melihat bekalnya yang berantakan tapi tetap memakannya dengan nikmat.

Setelah habis, gadis itu menyimpan kembali benda yang sudah kosong itu kedalam tasnya. Ia kemudian membuka botol minum, dan meneguk habis air bening didalamnya.

"Tadi gue bilang kerooftop, kenapa lu masih disini!?"

Azura terkejut, dan tak sengaja menjatuhkan botolnya. Ia meraupnya, lalu melihat Gibran yang menyoroti nya tajam. Nah, kalo sudah seperti ini apa yang harus Zura lakukan. Tentu saja tunduk sembari meremas tangan, sesekali memperbaiki kacamata tebalnya yang sama sekali tak bergeser.

Gibran mengapit rahang Azura, lalu mendekatkan wajahnya. Gadis itu memejamkan mata, menunggu apa yang akan pria itu lakukan.

"Mulut lu bau ikan asin," Gibran melepaskan tangannya lalu membuang muka.

Azura tersenyum malu-malu, wajahnya sudah merah. "I-iya bekal Zura pake ikan asin," lirihnya.

Gibran mengeluarkan sebotol susu dari sakunya, lalu menyodorkan pada Azura.
"Minum,"

"Buat Zura, kak?" Binaran indah itu dapat Gibran lihat, dan itu benar-benar mampu membuat hatinya bergetar.

"Hm." Gibran hanya berdehem singkat.

"Yeay!"

Diam-diam Gibran tersenyum kecil, hatinya menghangat. Sejak pertama Azura memohon maaf saat gadis itu didorong hingga menjatuhkan ia dan motornya, hatinya jatuh pada gadis ini. Tak cantik, tapi bisa menimbulkan getaran pada hatinya.

Dia, Azura. Seorang perempuan pertama yang membuat Gibran jatuh hati setelah sekian lama. Azura, cinta pertamanya dan ia harap menjadi yang terakhir.

.
.
.
.
.
.
.
.

Sebenernya aku hanya iseng, tapi kalo temen temen lagi baca tolong sekedar vote atau komen, makasih❤🙂

Tolong vote atau komennya aja sih guys. Kalo males komen setidaknya vote, cape juga mikir,plis🥲🙏.

BANTU AUTHOR PROMOSI GES, AWOK"

GIBRANWhere stories live. Discover now