Emosi Gibran

171 32 7
                                    

Sebenernya aku hanya iseng, tapi kalo temen temen lagi baca tolong sekedar vote atau komen, makasih❤🙂

Tolong vote atau komennya aja sih guys. Kalo males komen setidaknya vote, cape juga mikir,plis🥲🙏.

BANTU AUTHOR PROMOSI GES, AWOK"
.
.
.
.
.
.
.
.

"Makan," Gibran menaruh plastik berwarna hitam itu dihadapan Azura.

Gadis itu memperbaiki letak kacamatanya dengan tangan bergetar. Lebih baik rasanya menahan lapar daripada makan dengan perasaan tak tenang seperti ini.

"A-aku dah makan kak." Azura menunduk memilin jari-jari mungilnya. Ia tersentak saat Gibran duduk disampingnya. Mengapa pria ini sudi duduk disamping nya, dengan status dirinya sebagai anak pembantu di perumahan mewah, sudah tersebar luas disekolah.

Gibran berdecak, ia mengambil sebungkus roti lalu membukanya. "Makan," Titahnya lagi.

"Perlu gue suapin?" ucap Gibran kesal melihat Azura yang sama sekali tak bergeming.

Azura dengan cepat mengambil rotinya, lalu melahap nya pelan, jantungnya berdetak tak karuan. Ada apa dengan Gibran? Pria itu tidak sedang merencana kan hal buruk padanya kan?

Ia menerima sekotak susu coklat dengan pipet yang sudah ditancapkan oleh Gibran. Azura menyedotnya sampai habis, jujur ia sangat lapar. Setelah habis ia membuka jajanan lainnya. Namun setelah menyadari kelakuannya, ia pun meletakkan kembali jajanan itu.

kok aku malah gatau diri sih! rutuknya dalam hati.

"Kenapa gak dimakan?" Tanya Gibran mengalihkan perhatiannya dari handphone pada yang ada pada genggaman tangannya.

"E-emang boleh?" tanyanya.

Gibran menghela nafas lelah, lalu mengangguk malas. Pria itu bangkit, lalu menatap Azura. "Nanti pulang bareng gue. Tunggu diparkiran."

Azura menatap kepergian Gibran hingga punggung lebar itu lenyap dari penglihat- an nya, ia langsung mengobrak abrik isi dari plastik hitam itu. Maklum, jarang jajan. "Ih, banyak banget. Zura bawa pulang, ah!"

///////////////

Azura melewati parkiran dengan cepat, ia berusaha menghindari Gibran. Dengan jalan selalu menatap tanah, padahal tanah pun tak sudi menatapnya. Tas nya menggembung akibat jajanan ciki yang ia masukkan didalam.

Baru saja hendak keluar dari gerbang, sebuah tangan kekar menarik tangannya hingga terhuyung kebelakang.

"Mau kabur, hm?" Gibran menatap Azura tajam.

Azura menggeleng ketakutan, "Ng-nggak kok kak."

"Terus ngapain lu keluar gerbang? Motor gue emang biasa parkir dimana?" Suara pria pelan namun terdengar mematikan.
Azura diam, tak mampu membalas.

"Tungguin disini, gue ambil motor," Gibran berjalan menjauh, kearah parkiran disamping gedung sekolah. Ia menyala kan motornya, lalu berpamitan pada teman temannya.

Pria itu mulai menjalankan motornya mendekati Azura, "naik."

"A-aku ga bisa, kak!" Lirih gadis itu.

Gibran lagi-lagi menghela nafasnya. Ia turun lagi motornya, lalu mengangkat tubuh mungil Azura. Gadis itu terpekik, ia malu saat orang orang menatapnya dengan tatapan yang berbeda-beda.

GIBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang