Kemarahan Dhea

121 20 7
                                    

Sebenernya aku hanya iseng, tapi kalo temen temen lagi baca tolong sekedar vote atau komen, makasih❤🙂

Tolong vote atau komennya aja sih guys. Kalo males komen setidaknya vote, cape juga mikir,plis🥲🙏.

BANTU AUTHOR PROMOSI GES, AWOK"
SEDIH SIH, YANG BACA BERAPA YANG VOTE BERAPA. TAPI GAPAPA, ADA READERS ADA AJA UDAH SENENG KOK🫂
.
.
.
.
.
.
.

Gibran menatap ibunya yang sedang asik dengan kegiatan masaknya, dibantu oleh para maid yang bekerja khusus didapur. Ia menatap punggung ibunya dengan dalam, membayangkan jika Azura juga memasak untuknya.

Azura bergerak kesana kemari, memasak dengan lihai. Meski perutnya besar, tapi tak membuat wanita itu bermalas- malasan.

Sementara Gibran tersenyum dimeja pantry, melihat gerak-gerik istrinya itu.
Ia perlahan mendekat, lalu memeluk Azura dari belakang. Tangannya melingkar di pinggang Azura, mengelus perut besar itu dengan sayang.

"Ih papah ngagetin, tau!" Gibran tersenyum, lalu mengecup pipi Azura dengan lembut.

"Gib?" Azrina mengibaskan tangannya didepan wajah Gibran. Herannya, dari tadi Gibran senyum-senyum sendiri.

"Gibran, WOI!?" akibat terlanjur kesal, Azrina memilih teriak saja, tak peduli dengan wajah kaget Gibran.

"Ck, mami ngapain sih," gerutu anak itu kesal.

"Kamu yang ngapain, senyam-senyum sendiri. Dah gila kamu?" Semprot Azrina seraya menyusun lauk pauk yang selesai ia masak, dimeja makan.

Gibran kembali mengingat halusinasi nya, lalu kembali tersenyum.

"Memang dah gila nih orang," gumam Azrina pelan. Wanita itu memilih pergi memanggil suami dan anaknya yang lain untuk makan malam.

Gibran membuka aplikasi WhatsApp pada handphonenya. Tak ada notifikasi penting, hanya notif dari grup yang dibuat oleh Awan. Ia memilih mengarsipkan semuanya.

Ia lalu mengetik nama Azura pada menu percarian. Setelahnya, ia menekankan ikon telepon. Tak tak diangkat, nomer gadis itu tidak aktif.

"Ck, besok aja beli handphone buat dia," gumam pria itu seraya memutar-mutar handphone itu.

Tak lama, keluarganya berdatangan untuk melaksanakan makan malam.

Berbeda dengan keluarga Gibran, kini Azura dan ibunya, Arin kini tengah berada disebuah toko yang menjual semua alat dan bahan untuk membuat kue.

Semenjak Azrina memberikan saran para Arin, kini wanita itu banjir orderan.
Ternyata, Arin pun bukan pertama kali membuat kue. Saat, Azrina memberikan sedikit ilmunya dalam membuat kue, Arin benar-benar lancar dan mampu membuat 2 kue dalam satu hari bahkan lebih.

Rasanya pun tak diragukan, itu sebabnya dalam 2 bulan ini Arin benar-benar membuka toko kue kecil-kecilan.

"Ibu, Zura boleh jajan?" Zura menampilkan puppy eyes nya.

"Disini gak ada jajan nak. Zura mau makan tepung?" Arin sibuk memilih-milih coklat batangan yang pas untuk pesanannya kali ini.

"Lagiankan jajan dari nak Gibran belum habis, nak." Ujar wanita itu lagi.

Azura cemberut, ia menunduk sembari memilin jari-jari kecilnya. Arin mengelus rambut putrinya itu. "Nanti ya.."

Kemudian ia kembali mengajak Azura menyusuri rak rak yang lain untuk melengkapi bahannya.

"Handphone Zura rusak ya?" Azura masih mode cemberut tapi tak urung membalas perkataan ibunya itu.

"Iya ibu," jawab gadis itu.

GIBRANKde žijí příběhy. Začni objevovat