BAB 29

40 7 17
                                    


“Dera. Bisa ketemu sebentar nanti jam makan siang?"
Belum sempat bertanya kenapa Nadin yang bicara padahal nomor yang digunakan adalah nomor yang digunakan Deryl untuk menghubungi Dera, Nadin lebih dulu mengajaknya makan siang bersama. Saat kuliah dulu, Dera kagum pada kakak tingkatnya itu. Salah satu panitia ospek, sama seperti Deryl. Mereka berdua terlihat serasi saat berjalan bersama. Namun, sifat keduanya benar-benar bertolak belakang.

Deryl yang santun dan lembut, sedangkan Nadin adalah tipe kating yang jutek, galak dan paling tidak ragu memberi hukuman. Tapi di mata Dera, sosok Nadin adalah role model baginya. Tegas dan disiplin, begitu kesan Dera untuk kating paling cantik itu. Tidak menyangka pertemanan Deryl dengan perempuan itu awet hingga sekarang, tanpa adanya baper satu sama lain. Langka memang.

Biasanya, tidak ada persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan tanpa ada perasaan lain. Tapi Deryl dan Nadin sepertinya mematahkan hal tersebut.

Dera menimbang, haruskah ia menerima tawaran makan siang bersama dengan perempuan itu. “Mau makan di mana?” tanya Dera pada akhirnya.

“Resto dekat kantor kamu aja. Kamu ada rekomendasi?”

Alis Dera bertaut, mengabsen satu-satu nama resto dekat kantor dalam hati. Matanya bergerak ke kanan dan ke kiri seolah membaca tulisan tak terlihat di depannya.

“Ah ada restoran yang baru buka minggu ini. Kita ke sana aja. Aku penasaran pengen coba, katanya sih enak-enak menunya.” Entah sejak kapan mereka akrab satu sama lain. Obrolan santai mengalir lewat telepon. Tapi Nadin sama sekali tidak menyinggung tentang Deryl. Hal yang sebenarnya Dera tunggu, tapi terlampau malu untuk menanyakan terlebih dahulu.

“Share loc aja ya. Biar aku langsung meluncur ke TKP.”

Dera melengkungkan senyum di bibir, meski lawan bicara tidak dapat melihatnya. Kembali fokus dekan pekerjaannya kembali, kali iki dengan mood yang telah meningkat.

***

Suasana restoran baru tidak begitu penuh karena tempatnya yang memang luas. Masih terlihat beberapa meja yang kosong. Pencahayaan cukup yang didapat dari jendela-jendela besar membuat ruangan terkesan hangat dengan pencahayaan minim. Memgusung tema elegan, namun tidak hanya menerima pengunjung dengan pakaian resmi formal. Ada beberapa pengunjung yang mengenakan kaos dengan celana jeans. Dinding coklat tua bertekstur menambah nilai estetika juga beberapa lukisan besar tergantung cantik di beberapa tempat. Ornamen-ornamen berbahan kayu yang  dipelitur mengkilap itu ditata dengan sesuai.

Dera duduk di meja yang telah ia reservasi beberapa jam lalu. Memperhatikan sekeliling dengan mata takjub sejak tadi. Beberapa pot besar dengan tanaman hidup menghiasi beberapa titik dalam ruangan. Terdapat juga tempat semi outdoor yang disediakan untuk tamu yang merokok. Hal yang paling disukai Dera. Ia tidak suka bau asap rokok. Papa yang menderita kanker paru-paru padahal tidak merokok, disebabkan oleh lingkungan kerja yang abai dengan peraturan merokok. Setiap hari menghirup asap yang mengepul dari rekan-rekan kerjanya yang perokok aktif.

Dera terpesona dengan penataan kursi dan meja tamu restoran ini. Meja persegi yang terbuat dari kayu mengkilap, dengan selembar kain putih yang hanya menutup sedikit permukaannya, sehingga menambah kesan elegan yang super santai. Netranya dimanjakan sejak masuk tempat ini. Ia berharap makanan yang disediakan nanti sesuai dengan tempatnya yang keren.

Dera meletakkan ponsel di atas meja, tepat di depannya. Layar hitam itu menyala. Menampakkan foto Mama memeluknya dari belakang. Jam digital pada layar menunjukkan angka 12:02. Jemari Dera mengusap layar ponselnya ke bawah, sehingga benda itu kini siap digunakan. Menekan aplikasi chat berwarna hijau, lalu membuka history chat-nya dengan Nadin beberapa waktu lalu. Sejurus kemudian mematikan kembali layar gawai. Melihat ke arah pintu, benar saja Nadin yang berdiri dengan pandangan seolah mencari sesuatu. Dera melambaikan tangan. Memberi tahu posisinya pada perempuan itu. Lantas mereka bertemu pandang. Nadin tersenyum, kemudian menghampiri Dera.

Falling for You, Again (Tamat Di KaryaKarsa) Where stories live. Discover now