"Maaf, Yah. Nara salah, mungkin ayah bosan dengar perminta maafan Nara. Tapi Nara beneran mau minta maaf, Yah." ucap Nara sembari menundukkan kepalanya ke bawah tak berani menatap wajah ayahnya.
"Percuma minta maaf, pasti nanti kamu ulangin lagi. Ayah hafal sama sikapmu yang gak punya pendirian itu. Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau adabmu masih jelek, mending gak usah sekolah aja. Gak buang-buang duit, cari duit itu susah. Kamu mana tau susahnya cari duit," ujar Irwan marah.
Nara berusaha tidak memasukkan ke hati omongan ayahnya, ia tetap menundukkan kepalanya sambil memilin bajunya. Mood makannya sudah hilang tergantikan dengan rasa takut.
"Ayah marah gini juga buat kebaikan kamu, salahmu juga kenapa gak bisa berubah, masih bebal dan gak bisa diatur. Kamu sebenarnya anak manusia apa binatang, ha?" Irwan menatap Nara dengan tatapan tajam.
Tak kuat mendengar pernyataan ayahnya, butiran bening yang sedari tadi Nara tahan akhirnya keluar dari pelupuk matanya, dadanya terasa sesak seperti ditekan. Gadis itu tidak menyangka ayahnya akan berbicara sekejam itu. Nara akui ia salah, tapi tak bisakah ayahnya berbicara secara lembut. "Maaf, Yah." hanya itu yang bisa ia katakan.
"Kamu keterlaluan banget, Mas. Apa pantas seorang ayah ngomong kayak gitu ke anaknya. Kamu harusnya mikir omonganmu tadi bagus apa gak buat diucapkan, kamu punya otak kan?" sarkas Ratna dengan nafas yang tidak beraturan.
Bahagia yang Nara nikmati tadi, sudah hilang entah kemana. Baru saja ia merasakan keharmonisan keluarganya, sekejap berubah menjadi disharmonis karena dirinya sendiri.
"Kamu yang aneh, anaknya salah masih aja dibelain. Bukannya dukung aku biar dia mau berubah malah marah-marah gak jelas kayak gini. Orangtua macam apa kamu, ha?" seolah tau disalahkan oleh istrinya, Irwan semakin tersulut emosi.
"Harusnya aku yang bilang gitu sama kamu, di sini kamu yang salah. Kalau emang mu negur, pakai bahasa yang enak didengar bisa kan?"
Seakan tau keadaan semakin memanas, Nara menghapus air matanya secara kasar dan membujuk Ratna agar tak membuat ayahnya tambah marah.
"Gapapa, Ma. Di sini yang salah emang Nara. Jadi mama gak usah marahin ayah, Nara gak mau kalian bertengkar cuma gara-gara Nara."
Sebelum Ratna membalas perkataan Nara, Irwan menyela terlebih dahulu, "Sadar kan kamu sekarang. Makanya dengerin semua kata ayah. Jangan jadi anak yang pembangkang, saat di tegur juga jangan cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri."
"Iya, Yah. Sekali lagi Nara minta maaf. Gak akan Nara ulangin lagi. Janji deh." kata Nara sambil menjulurkan jari kelingkingnya ke arah ayahnya. Dulu ia selalu melakukan ini saat punya kesalahan.
Namun, Irwan tak membalas ataupun meliriknya. Nara menatap jari kelingkingnya nanar, ia segera menarik kembali jarinya. Hufftt... Apa yang ia harapkan?
Ratna menatap suaminya sebentar terus mengalihkan perhatian Nara agar tidak memikirkan kejadian itu dengan menyodorkan makanan kembali.
"Ayo sayang, sarapannya dilanjutin." ajak Ratna dan Nara menganggukan kepalanya. Walaupun ia sudah tidak mood untuk makan tapi ia tak mau memperpanjang masalah.
◐.̃◐
Setelah membersihkan rumah tadi, Nara kini berada di kamarnya. Ia naik ke kasur habis itu merebahkan badannya di kasur kesayangannya. Gadis itu mengambil HP-nya lalu membuka aplikasi whatsapp. Gak ada yang menarik menurutnya, hanya grup-grup sekolah yang rame dan chat dari orang yang gak jelas.
Sampai saatnya ada notif di room chatnya, "Siapa nih, kok nomernya gak asing tapi belum gw save." monolognya.
+6283xxxxxx
Ra.
YOU ARE READING
~KEINARA~
Teen FictionCover by pinterest Keinara Azelia Azzahra, sosok remaja cantik yang ceria dipertemukan dengan Adelard Geino Anindito, yang notabenenya memiliki sifat cuek tak peduli sekitar. Tapi entah kenapa sifat Elard berubah jika saat bersama Nara. ***** "Gw g...
Part 11
Start from the beginning
