Cover by pinterest
Keinara Azelia Azzahra, sosok remaja cantik yang ceria dipertemukan dengan Adelard Geino Anindito, yang notabenenya memiliki sifat cuek tak peduli sekitar. Tapi entah kenapa sifat Elard berubah jika saat bersama Nara.
*****
"Gw g...
Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou mettre en ligne une autre image.
**//**
Weekend adalah hari yang dinanti oleh semua orang, dihari itu baik kalangan muda maupun tua bisa berleha-leha sepuas mereka. Begitupun dengan Nara, gadis itu tengah bermalas-malasan dan masih merebahkan badannya di kasur, seakan tak rela meninggalkan tempat ternyaman versinya.
"Kenapa hari ini gw males banget sih anjir, apa gara gara efek sakit kemarin. " monolognya. Nara merasa malasnya saat ini tak dapat ditepis begitu saja, gadis itu seakan tak ingin beranjak dari kasur tercinta.
Nara meregangkan tangannya ke atas, "Syukurlah badan gw udah mendingan daripada kemarin." "Udah jam berapa sih." lanjutnya.
Gadis itu mengambil benda pipih itu di nakas dan menekan tombol kecil untuk menyalakannya, "What? Udah jam tujuh ternyata, apa gw sangking nyenyaknya sampai gak sadar kalau udah siang."
Dengan tergesa-gesa Nara mengambil handuk lalu menuju ke kamar mandi, bersegera mandi walaupun bisa disebut mandi bebek, pasalnya cuma membutuhkan waktu lima menit. Entahlah, kenapa Nara bisa mandi secepat itu.
Setelah aktivitas mandi bebeknya, Nara memakai kaos biru polos kebesaran sehingga menutupi hotpants. Beginilah pakaian Nara saat di rumah.
Jam telah menunjukkan pukul 07.39, saat itu juga Nara keluar dari kamar. Gadis itu melangkah ke meja makan yang sudah ada ayah beserta mamanya.
Senyum kecil diwajahnya tak luntur sama sekali, hatinya terasa bahagia saat melihat ayah dan mamanya akur, apa ini balasan dari sakitnya kemarin. Kalau memang iya, Nara rela sakit tiap hari asalkan melihat orang tuanya akur seperti ini.
"Selamat pagi, Yah, Ma." ucap Nara sembari menarik ke belakang kursi di depannya, kemudian duduk.
Perhatian mereka teralih akan kehadiran Nara, Ratna memberikan senyum indahnya kepada Nara. "Pagi juga, Nak." sedangkan, Irwan hanya menatap Nara sebentar lalu fokus lagi dengan makanannya.
"Sarapan dulu gih, Mama udah masakin kamu rawon." Ratna menggeser rawon itu ke depan Nara.
Wajah Nara tentu sumringah melihat makanan kesukaannya tersaji sangat menggugah selera. Tidak menunggu lama, Nara langsung mengambil nasi secentong serta rawon buatan mamanya. Makanan apapun kalau yang masak mamanya, entah mengapa rasanya sangat nikmat.
"Masakan mama selalu enak, Nara suka." puji Nara dengan mengunyah makanan itu.
Tiba-tiba terdengar suara bariton menyaut pembicaraan mereka, siapa lagi kalau bukan Irwan, "Kamu udah besar, gitu aja masih harus ditegur. Kamu tau mana yang baik dan mana yang buruk gak sih?" Irwan menjatuhkan sendok ke piring, sehingga terdengar bunyi nyaring memenuhi gendang telinga mereka.
Raut wajah Nara berubah menjadi pias tatkala mendengar suara ayahnya, bisa Nara tebak nanti ia akan debat lagi sama ayahnya. Capek sebenarnya, tapi mau gimana lagi. Ayahnya pasti akan memperpanjang masalahnya lagi.