Ujian 4: Showcase

40 17 2
                                    

"Cinta adalah sakit jiwa yang membahayakan

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Cinta adalah sakit jiwa yang membahayakan." -Plato

𓆩♚𓆪

Iria melempar tas punggungnya ke sembarang tempat. Pintu yang menderit membuatnya terlanjur emosi, hingga suara gebrakan pintu berulah. Kamarnya seketika tersihir menjadi kapal pecah karena amukannya. Tubuhnya terhempas bebas jatuh di atas kasur. Iria berguman kesal dengan kejadian tadi pagi.

"Anak bangsat, berani-beraninya dia ngelawan gw. Lihat aja, lo satu-satunya siswa yang berani ngelawan gw," gerutu Iria sembari mengacak-acak rambutnya.

"Iria, anak kesayangan Mama, kan udah Mama bilang, anak Mama itu jenius. Jadi kalo enggak jenius itu bukan anak Mama," ucap wanita itu sembari menekan keras bahu Iria.

"Kan Mama udah bilang, anak Mama itu jenius semuanya. Kalo kamu segini aja gak bisa mending kamu mati aja! Mama gak butuh anak yang cuma bisa malu-maluin Mama!" Wanita itu menampar kesal pipi Iria, membuat pipinya berubah menjadi lebam berwarna biru-keunguan.

Dia pun berbalik, mengambil sebilah tongkat besi yang tergeletak rapi diatas kabinet berwarna putih.

BUKK BUKK BUKK!!

"SAKIT? SAKIT? SAKIT? Tau rasanya sakit? Kalo tau, makanya jangan pernah ngecewain Mama! Denger gak?"

Lalu, tiba-tiba amukannya seketika mereda dan berubah menjadi isakan.

"Maaf ... maaf ... sakit, ya? Maafin, Mama, coba Iria bisa memenuhi keinginan Mama, pasti gak akan Mama sakitin. Bisa, ya? Mama cuma butuh kamu belajar aja, kok,"

"Hah ... anjing!"

Jika Iria membaringkan tubuhnya di atas kasur lalu menatap bingkai foto Kakaknya, maka ribuan luka masa kecilnya akan kembali menikam hatinya yang telah tenang.

"Kamu lihat Kakak kamu, dia masuk rumah sakit karena dia ini bodoh, Mama cuma minta jadi rangking 1 aja gak bisa. Tapi, anak perempuan Mama pasti bisa, kan?"

"Orang bodoh di dunia ini akan menderita, tapi orang cerdas akan tersiksa."

"... subjek nomor 2 menerima."

Terlalu lama membunuh perasaannya, membuat Iria lupa cara menangis. Satu hal yang tahu, setiap sosok Kakaknya terbesit di benaknya, hatinya akan terasa sesak.

"Dasar monster!" desis Iria.

"Iria, cita-cita kamu mau jadi apa? Kalo Iana nanti mau punya banyak uang!"

Kata siapa orang yang nampak baik-baik saja, memiliki segalanya, pintar,berprestasi dan berbakat itu selalu memiliki bayangan akan masa depannya. Iria tak pernah membayangkan hal itu, hidupnya selalu terkekang di dalam sangkar hingga sulit membayangkan kehidupan di luar sangkar. Kebebasan di luar jangkauan mimpinya, terkecuali memberontak.

IMPARTIALTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon