Venus tertawa devil. "Gue tau apa yang bakal bikin lo kapok." Ia kemudian mengapit dagu Zee menggunakan jemarinya hingga mulut Zee dipaksa terbuka, sedang tangan sebelah kanan berayun untuk memasukkan lumpur ke dalam mulut gadis itu.

Zee melotot, berteriak pun kesusahan karena Venus mencekal dagunya begitu kuat. Mata Zee terpejam, menunggu lumpur bau itu masuk melintasi kerongkongan.

"Mau gue kirim video ini ke polisi?" Suara tersebut berhasil menghentikan aksi Venus. Bersamaan dengan kelopak mata Zee yang terbuka.

Diseberang sana, Ganta berdiri dengan sebuah ponsel bertengger di tangannya. "Kalo kalian gak pergi, gue krim sekarang juga videonya," ancam Ganta.

Wajah gadis-gadis itu mendadak pucat. Secepat kilat mereka pergi dari sana.

Zee menatap dingin. Kemudian berkata arogan, "gak lo bantu pun gue bisa kasih pelajaran sama mereka."

Ganta berdecak, lekas berjalan menghampiri Zee.

"Stop! Jaga jarak, gak usah deket-deket!" teriak Zee menuding wajah Ganta.

Ganta mendengus, tetap melanjutkan langkahnya. "Zee, gue cum—" Entah apa dosa yang telah diperbuat oleh Ganta, tiba-tiba saja kakinya tersandung ranting pohon dan sialnya, karena jarak dengan Zee sudah cukup dekat, kedua telapak tangannya malah mendarat di dada Zee dengan estetik.

Mata keduanya melotot. Lantas saja mereka berteriak heboh.

"Sialan, dasar mesum lo!" pekik Zee kemudian menendang bagian bawah milik Ganta hingga pemuda itu terjungkal dan terlentang di atas tanah sambil memegangi miliknya.

Sedangkan Zee langsung menyilangkan kedua lengan didepan dada.

Ganta mengerang tertahan. "Kenapa burung gue selalu jadi sasarannya, Zee?!" teriak pemuda itu.

"Lo tega grepe-grepe sahabat sendiri," celetuk Zee. "Gak habis thinking gue."

"Gue gak sengaja, Zee." Ganta bangkit sesekali meringis pelan.

"Alesan lo! Dasar mesum!" Zee mundur ketika Ganta melangkah maju.

"Gue beneran gak sengaja, Zee," ujar pemuda itu.

"Berhenti atau gue teriak sekarang!" ancam Zee dengan kedua lengan yang masih melindungi dadanya.

Ganta bergerak cepat, membuat Zee sontak membuka mulut. "Tolong! Gue mau di cabul—"

Cowok itu langsung membekap mulut Zee. "Diem lo janda, gak usah teriak-teriak. Sekarang ikut gue." Ganta menarik Zee menuju sebuah bangku kayu. Ia membeli sebungkus tisu dan air mineral lalu menuangkan air tersebut keatas tisu dan mulai mengelap wajah Zee yang dipenuhi lumpur.

"Kayak gembel," sindir Ganta, membuat bibir bawah Zee mencebik kesal.

Setelah selesai membersihkan wajah Zee, Ganta kemudian merapikan rambut sahabat konyolnya yang sedikit berantakan. "Zee," panggil cowok itu, Zee lalu mendongak, menatap dengan kedua alis terangkat

"Ada yang bulat, tapi bukan tekat," celetuk Ganta sambil tersenyum tengil.

Sebuah sendal berwarna biru langsung mendarat di wajahnya. "Diem lo jamet!"

Ganta mendengus. "Bulat, tapi bukan tekat ...." Dia menunjuk sebuah kedai. "Ya tahu bulat lah. Lo kira apa?"

Zee membuang muka, wajahnya sedikit memerah.

"Otak lo gak traveling, kan?" imbuh pemuda itu.

"Berisik!" Zee lantas bangkit, kemudian berjalan ke arah kedai Boba yang sekarang sudah lengang, tidak padat seperti tadi.

RECOGNIZED(END)Where stories live. Discover now