Part 36

35 8 0
                                    

#ChapterFullFantasi

‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍Zee dan Rahul sudah berdiri didepan kolam renang. Gadis itu mencengkeram kuat ransel yang tersampir di bahunya. Ga bo'ong, Zee beneran deg-degan.

"Saya akan membuka portal menuju Fantasy Forest. Waktu di sana cukup lambat. Jika disini dalam satu menit terdiri dari 60 detik, maka di sana satu menit itu terdiri dari 120 detik. Jadi kamu memiliki waktu yang cukup banyak. Namun kamu tidak boleh menyia-nyiakan waktu tersebut. Kamu harus secepatnya kembali sebelum senja tiba."

Zee mengangguk mantap.

"Dan jika kamu sudah mendapatkan semua bahannya, maka carilah air terjun pelangi lalu masuk kedalam air tersebut. Itu adalah jalan untuk kembali ke duniamu."

Pria itu kemudian memasukkan tangannya kedalam air kolam. Lalu terlihat komat-kamit membaca mantra. Sejurus kemudian terbentuk pusara air yang dikelilingi cahaya biru.

"Masuklah," titahnya.

Zee memejamkan mata lalu segera melompat kedalam portal tersebut. Tubuhnya terasa berputar begitu hebat sampai akhirnya Zee merasa badannya terhempas cukup keras.

Perlahan ia membuka kelopak mata. Dan kini raganya tengah menjejak di sebuah padang gersang. Cahaya matahari disini sangat berbeda dengan dunianya. Cahaya tersebut menyorot begitu terik hingga membuat kulit tubuh Zee sedikit memerah.

Zee menatap angkasa. Awannya berwarna-warni dan dihiasi burung merpati yang tengah berterbangan.

"Indah banget." Ia bergumam.

Zee mengeluarkan sebuah ponsel, hendak memotret untuknya nanti di pamerkan kepada Jiwa. Namun, sayang ponselnya tidak menyala.

"Kenapa, sih? Perasaan daya baterai nya udah penuh." Zee menepuk jidat. "Oh iya ya ini kan dunia fantasi makannya ponselnya gak berfungsi."

Gadis itu lalu berjalan ke sebelah timur memasuki hutan rimbun yang dipenuhi pepohonan. Batang pohon tersebut memiliki mata dan mulut. Mereka saling berbisik menanyakan siapakah gerangan sampai bisa datang ke hutan ini.

Sang gadis bermata hitam itu berdeham. "Emm ... permisi mbak, mas pohon yang berbudi luhur. Apa kalian tau makhluk Catzmeya?"

"Ya, kami tau," jawab salah satu pohon dengan akar gantung yang cukup lebat.

Zee berbinar senang. "Kalo boleh tau, makhluk itu tinggal di sebelah mana, ya?"

"Kau tinggal jalan lurus dan akan menemukan sebuah hunian berupa pohon umbrella berwarna ungu."

Sang empu mengangguk. Setelah mengucapkan terimakasih, dia kembali melanjutkan perjalanan.

Hanya butuh waktu setengah jam, Zee sudah sampai di tempat tujuan. Ia mendapati bangsa Catzmeya yang tengah sibuk dengan aktivitas masing-masing di bawah naungan pohon umbrella.

Gadis itu terkagum-kagum. Pohon Umbrella hanya ada satu, tetapi begitu besar. Seperti payung raksasa yang cukup untuk ratusan manusia berteduh. Daunnya menyirip— dominan dengan warna ungu dan batangnya sebesar Tanki Torn berwarna coklat.

Ternyata, mereka tidak seperti yang Zee bayangkan. Ia kira Catzmeya sekelas anaconda. Nyatanya sangat jauh berbeda.

Postur tubuhnya mungil. Hanya saja ekornya cukup panjang. "Lucu, pengin gue jadiin hewan peliharaan," gumamnya. "Eh, ini cara ngambil lendirnya gimana? Orang lendirnya juga kagak ada." Zee menggaruk kepalanya, lalu menjentikkan jari ketika sebuah ide berkelebat di pikiran.

Kaki gadis itu mengendap-endap bersembunyi di balik pohon, kemudian diam-diam mengambil seekor Catzmeya. Hewan itu memekik. Untung suaranya terdengar kecil.

RECOGNIZED(END)Where stories live. Discover now