Part 16

365 64 27
                                    

Lo harus catat omongan gue, hati cewek itu gak sekuat laki-laki. Di bentak dikit aja langsung patah.- Zee.

~RECOGNIZED~

‍‍‍‍‍Zee belum sempat meminta maaf kepada Gasta soal dirinya yang kabur tadi malam. Maka dari itu ia memutuskan untuk mencari cowok tersebut didalam perpustakaan. Zee yakin pacarnya ada di sana. Selain ganteng, Gasta itu pintar. Ia murid teladan, berbanding terbalik dengan sahabatnya, Jiwa.

Mata kelamnya menangkap figur Gasta yang terlelap dengan kepala bertumpu di atas meja; diantara tumpukan buku. Gadis itu mendekat hanya untuk menatap lekat pahatan wajah yang terlihat begitu sempurna. "Ya Allah, gak kuat ganteng banget jodoh gue."

Mengusap lembut pipi sang kekasih, Zee lantas berujar, "Capek, ya ampe ketiduran kayak gini. Makannya gak usah belajar. Mending ngepet bareng gue." Ia memajukan wajah—hendak mencium pipi Gasta. Namun, tiba-tiba saja kedua kelopak mata yang semula rapat, kini terbuka lebar; mempertontonkan netra terang berwarna cokelat. Zee kontan menggeplak hidung Gasta. Membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Eh Alphabet, udah bangun? Sorry tadi di idung lo ada nyamuk. Beneran deh." Mengangkat dua jari, kepalanya mengangguk untuk meyakinkan bahwa ia tidak berbohong.

"Sini," titah Gasta. Tatapannya begitu beku. Lantas saja Zee bergidik kala itu juga. Kepalanya menggeleng cepat. "Lo gak mau nabok gue, kan?"

"Hm." Gasta hanya bergumam dengan nada dingin.

Memeluk tubuhnya sendiri, Zee berceletuk, "Hipotermia karena dinginnya sikapmu."

Hanya dengan satu tarikan, wajah keduanya saling berdekatan. Zee sontak memejamkan mata kala pemuda itu menatapnya intens. Mencium kening Zee untuk sesaat, cowok itu kembali menjauhkan tubuhnya.

Zee membatu ditempat—tidak menyangka dengan aksi Gasta barusan. Detik-detik terus berlalu, tapi Zee masih bisa merasakan ciuman Gasta di keningnya. Well, ini memang nyata. Saat ini Zee tidak sedang berimajinasi.

"Kenapa semalem kabur? Kalo mau pulang harusnya kamu bangunin aku Gasta bertanya demikian dengan lengan bertumpu di atas meja kayu.

Zee kicep, setelahnya menyengir lebar. "Nggak papa. Cuma gak bisa tidur."

"Lain kali jangan kayak gitu lagi, ya. Biar aku gak khawatir." Demi oppa Korea, hati Zee rasanya ingin menari-nari.

"Maaf." Gadis itu menunduk sambil memilin bibir. Entah kenapa ia jadi gugup begini. Bahkan, jantungnya sudah berpacu bak dikejar begu.

Gasta mengangkat dagu gadisnya. "Nggak perlu minta maaf. Cuma kamu harus janji gak bakal ngulangi itu lagi."

Manggut-manggut, Zee berjanji tidak akan mengulanginya. Sepasang jari kelingking saling bertautan, seulas senyuman sontak terbit. Sesudahnya kedua insan itu saling mendekap. Cinta mereka menyatu didalam kalbu. Zee ingin berlama-lama dalam posisi ini kalau saja sebuah suara tidak memasuki pendengarannya.

"Woi janda! Yaelah, gue cariin ternyata di sini!" Tentu, itu adalah suara sahabatnya. Jika bukan Ganta, lantas siapa lagi yang berani mengusik kemesraannya dengan Gasta? Cowok itu ikut duduk di kursi sebelah Zee yang masih kosong.

"Diem lo duda. Gak usah ganggu! Gue mau ngegombal." Zee terlebih dulu berdeham, berjaga-jaga apabila suaranya mendadak ngerebek. Lalu setelahnya ia berujar, "Alphabet, lo tau gak, demi mendapatkan cintamu aku rela menyeberangi tujuh samudra, menghadapai angin puting beliung, dan tersambar petir ribuan kali ... asal gak kena."

Tawa Gasta mengudara. Ia menggelengkan kepala sebagai respon. Entah kenapa semenjak mengenal Zee, selera humornya jadi anjlok parah.

"Hilih, basi basi." Celetukan Ganta sukses bikin Zee berdecak.

RECOGNIZED(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang