Bab 20: Us

509 86 16
                                    

25 Juni 1978

"Bangun, dasar tukang tidur," Regulus berujar, menatap Edelweis yang tengah tertidur disampingnya.

Edelweis bergumam tidak jelas. Regulus tersenyum lembut melihat itu, dia menarik Edelweis ke dalam pelukannya. "Baiklah, tukang tidur. Aku memberimu waktu beberapa menit lagi untuk tidur," kata Regulus.

Helaan nafas teratur Edelweis membuat Regulus tersenyum lebar. Bau harum Edelweis selalu menenangkannya, begitupula kehadiran gadis itu disekitarnya. Regulus melirik wajah tertidur milik Edelweis, sebelum mengecup singkat dahi gadis itu. "Jangan pernah meninggalkanku, Love. Jangan pernah," gumamnya.

"Aku tidak akan," jawab Edelweis, suaranya terdengar serak khas orang yang baru saja bangun tidur.

"Aku kira kau masih tertidur." Regulus mengernyit, menatap Edelweis yang mulai terbangun.

Edelweis menatap cemberut Regulus, sebelum bersungut kesal, "tidak lagi ketika seseorang mengganggu tidurku."

Tawa keras Regulus terdengar menggema begitu Edelweis menyelesaikan perkataannya. "Maafkan aku, hanya saja sebentar lagi musim panas dan kita akan sulit untuk bertemu," gumamnya.

"Ada misi?" Edelweis bertanya memastikan.

Regulus menganggukkan kepalanya. "Bella mengirimiku surat beberapa waktu lalu, tetapi mungkin aku ingin pergi ke Helios terlebih dahulu," jawab Regulus.

"Helios?" Edelweis mengernyit bingung, Helios adalah nama yang sedikit tidak asing untuknya.

"Seseorang yang tidak sengaja kita temui di Knockturn Alley saat dia sedang meramalkan sesuatu. Aku banyak berlatih darinya, dia sangat banyak membantuku meskipun terkadang pak tua itu menyebalkan," jelas Regulus, menyeringai mengingat Helios yang selalu bersungut kesal ketika dia mendatanginya secara tiba-tiba.

"Kau tidak pernah menceritakan itu kepadaku," Edelweis berkata, cemberut menatap Regulus.

"Aku minta maaf untuk itu," Regulus berujar bersungguh-sungguh, "aku hanya berpikir bahwa Helios tidak akan suka jika aku menceritakan hal tersebut kepada orang yang tidak dia kenal."

"Baiklah," pasrah Edelweis, gadis itu terdiam sebentar sebelum kembali berujar, "tetapi Reg, aku seperti tidak asing dengan nama itu. Aku sepertinya pernah mendengar namanya saat aku masih di Ilvermorny."

Regulus mengangkat alisnya bingung. "Ilvermorny?" tanyanya memastikan. "Helios tidak bercerita banyak mengenai hidupnya, tetapi mungkin aku akan menanyakannya," lanjut Regulus.

Edelweis mengangguk, dia kemudian bangkit untuk duduk. "Aku harus kembali ke menara Ravenclaw atau Panda akan menyadari bahwa aku tidak ada di tempat tidurnya," ujarnya, tetapi Regulus menahan lengan Edelweis yang hendak bangkit berdiri.

"Aku mulai berpikir kalau kita harus memberitahu Dora bahwa kau mungkin akan menghabiskan banyak waktu tidurmu ditempat ini bersamaku, jadi kau tidak perlu bangun pagi-pagi sekali untuk kembali ke menara Ravenclaw dan jika tiba-tiba saja Slughorn ataupun Flitwick datang untuk mengecek keadaan anak asramanya maka mereka bisa membuat alasan untuk ketidakhadiran kita," tukas Regulus.

"Kau bercanda!" Edelweis menatap Regulus dengan pandangan ngeri. "Demi Merlin Reg! Kita tidak mungkin mengatakan hal tersebut," katanya.

"Kenapa tidak? Seisi Hogwarts tahu kau adalah milikku, dan aku adalah milikmu, lagipula kita hanya memberi tahu Dora, Evan dan Barty," ucap Regulus acuh tak acuh.

"Dan bagaimana kau menjelaskan dimana kita tidur? Dan bagaimana kau menjelaskan cara kau menemukan ruangan ini? Dan bagaimana jika mereka berpikir kita melakukan hal itu?" omel Edelweis.

FLOWERSTAR - [Regulus Black]Where stories live. Discover now