19

353 102 162
                                    

Pengurus OSIS terutama yang laki-laki, sedang berkumpul di parkiran sekolah

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Pengurus OSIS terutama yang laki-laki, sedang berkumpul di parkiran sekolah. Entah apa yang mereka bicarakan, karena rasanya mustahil kalo berhubungan dengan kegiatan OSIS. Tidak ada tanda-tanda mereka akan beranjak dari sana, meskipun bel masuk akan berbunyi sebentar lagi.

"Anjir, si Devan cari ribut lagi" Gilang terdengar sangat kesal. Kekesalannya yang terang-terangan itu memancing semua anak yang sedang berkumpul ikut merasakan kesal dan marah.

"Gimana keadaan Dirga, Lang?" tanya Lion.

"Kakinya aja yang bermasalah. Udah gue bawain minyak urut semalem. Mungkin sekarang udah mendingan, tapi duit gue belum di gantiin! Bisa bokek gue. Itu minyak urut ampuh banget, Bray! Sekali oles, gue jamin si Dirga langsung bisa manjat pohon pinang! Lima ratus ribu, Cuy!" Semua yang ada disana geleng-geleng kepala dengan jalan pikiran Gilang.

"Bilang ke Devan, lawan gue langsung. bawa sekalian teman-temannya biar gue yang abisin semua!" oceh Gavin panjang lebar, sukses membuat situasi menjadi panas.

"Kita balas mereka, Vin?" tanya Arka salah satu anggota mereka.

Gavin mengangguk mengiyakan. "Gue sebenarnya nggak mau ribut lagi sama mereka, tapi kali ini gue nggak bisa diam kalo anggota kita ada yang terluka. Gue pastiin mereka bakalan ngerasain lebih dari ini."

"Gue sempet denger, besok kepala sekolah ada urusan dinas. Pak Budi juga udah terlalu tua buat ngelerai kita. Nah, usahain besok nyokap lo nggak masuk, Lang," Gavin menoleh ke arah Gilang, memberi perintah yang mendapat acungan jempol dari Gilang. Gavin terseyum antusias. Besok, dia dan teman-temannya siap menghajar semua anak-anak SMA Bintang yang cari gara-gara dengannya.

"Lo mau tawuran?"

Semua tercengang melihat Meyra yang entah datang dari mana.

"Ini masalah cowok, Mey. Cewek nggak boleh ikut campur," ujar Gilang.

Meyra mengabaikan Gilang, seolah dia tidak mendengar apapun. "Pokoknya lo nggak boleh tawuran, Vin. Bahaya! Gye nggak suka! Bukan cuma nyawa lo yang terancam, nyawa temen-temen lo juga!"

"Apa hak lo ngatur-ngatur hidup gue?" Ujar Gavin ketus.

"Gue pacar lo."

Gavin tersenyum sinis. "Lo itu pacar taruhan. Jadi, lo nggak punya hak buat ngatur-ngatur gue!"

Hati Meyra terasa sakit karena Gavin menyebut-nyebut tentang pacar taruhan itu di depan banyak orang. Jika tadi malam dia melayang ke langit bersama bintang-bintang karena perhatian Gavin. Pagi ini dia terjatuh ke tanah karena perkataan tajam Gavin.

Ketika Meyra berbalik memunggungi Gavin, dia bertemu pandang dengan Lion yang tengah menatap miris penuh kasihan kepadanya. "Lo mau ikut tawuran juga?" Tanya Meyra, berharap Lion menjawab. 'Tidak'.

"Iya," jawab Lion singkat.

***

Meyra lagi-lagi mendapatkan pandangan dingin dari Bella saat dia memasuki kelas. Sudah dua hari seperti ini. Dan di saat yang sama, Naya tidak masuk sekolah tanpa Meyra tahu apa sebabnya. Setiap Kali Meyra menanyakan tentang Naya kepada Bella, temannya itu selalu menghindar, seolah tidak ingin bicara dengannya.

"Pagi Bella," sapa Meyra, dia memutuskan menyapa lebih dahulu.

Tidak ada reaksi apa pun dari Bella, menoleh pun tidak.

"Lo udah siapin tugas sejarah, Bel?" Merya bersuara lagi. Sementara Bella tetap diam, tidak memberikan respon apa pun. "Gue mau curhat, Bel..."

Di saat itu juga, Bella tiba-tiba bernjak dari kursinya dan melangkah cepat keluar kelas. Sama sekali tidak memperdulikan Meyra yang terlihat sedang kebingungan dan memanggil namanya berulang kali.

"Bella!"

Meyra tersenyum saat Bella berbalik menghadapnya, tapi senyumnya memudar saat Bella menatapnya dengan sorot tidak suka. "Naya mana sih? Kok dari kemarin nggak masuk sekolah?"

"Dia nggak akan pernah menginjakkan kaki di sekolah ini lagi."

"Ha!? Lawakan lo jelek, Bel. Kenapa, sih? Dia sakit ya? Atau lagi ada acara keluarga?"

"Ngelawak gimana, Mey? Naya udah nggak ada di sekolah ini lagi. Dia tinggal di luar negeri sekarang."

"Pindah? Kenapa gue nggak tau? Ada masalah apa?"

Bella tertawa miris. "Lo terlalu sibuk sama cowok lo itu, sampe nggak tau sahabat lo pergi. Keluarga Naya berantakan, Mey. Mama sama papanya cerai. Setelah itu papanya pergi dan mamanya ninggalin gitu aja. Dia tinggal sama oma nya sekarang."

Meyra terkejut. Sahabatnya merasakan masa-masa tersulit di hidupnya, dan dia sama sekali tidak tahu?

"Mey, Naya pengen cerita semua masalahnya sama lo, karena dia pikir lo yang paling bisa hibur dia. Dia selalu nunggu lo nyemangatin dia!" Bella mulai berbicara panjang lebar. "Berapa kali chat lo? Kuta punya grup chat, tapi lo nggak pernah ada semenjak pacaran sama Gavin. Bahkan, sampe hari ini lo belum buka chat dari Naya, kan?"

Meyra hanya diam mendengarkan setiap perkataan Bella. Itu benar, dia terlalu sibuk dengan Gavin. Hingga dia mulai menjauh dari kedua sahabatnya.

"Cuma karena Gavin, lo lupain sahabat lo! Emangnya apa sih yang dia kasih ke lo, Mey? Cinta? Sayang? Yang gue tau, dia nggak sayang sama lo! Lo juga tau itu, kan?" Bella makin tidak bisa mengendalikan amarahnya. "Lo bodoh, Mey! Bisa-bisa nya lo buang waktu lo yang berhaga cuma buat cowok yang bahkan nggak pernah menghargai perasaan lo!"

Tanpa sadar air mata Meyra mulai jatuh membasahi kedua pipinya. Melihat itu, tidak lantas membuat Bella menghentikan ucapannya. "Gue kangen masa-masa kita bertiga, Mey. Sayangnya, lo terlalu dibutain cinta semu lo itu, sampai akhirnya Naya pergi. Gue kangen masa-masa kita ngobrol sambil ketawa, ngeledek satu sama lain. Tapi sayangnya lo terlalu sibuk sama Gavin."

"Tapi gue masih di sini, Bell....Gue masih sahabat lo kan?"

Bella menggeleng. "Lo bukan sahabat gue lagi, Mey."

"Jangan gitu dong, Bella. Gue salah, gue minta maaf..." Meyra mulai tersedu-sedu.

Bella menghela napas berat melihat Meyra yang mulai menangis. "Sebenarnya, ada yang mau Naya omongin tentang Gavin sebelum dia pergi. Tapi, gue nggak akan kasih tau itu sekarang. Biarin aja lo yang tau sendiri keburukan-keburukan Gavin."

Itu adalah kata-kata terakhir Bella sebelum dia pergi meninggalkan Meyra yang masih menangis. Dan ternyata, Lion sendari tadi menguping pembicaraan mereka. Lion memutuskan untuk mendekati Meyra, meskipun sebenarnya dia masih kesal dengan kejadian semalam.

"Ada masalah lagi, Mey? Lo berantem sama Bella?"

Rasa terkejut Meyra dengan kehadiran Lion, nyatanya tidak lebih besar dari rasa kesedihannya karena merasa sangat bersalah kepada kedua sahabatnya. "Bukan cuma berantem, tapi persahabatan gue hancur."

"Gara-gara Gavin?"

Meyra menghapus air matanya dengan kasar, kemudian menatap Lion dengan putus asa. "Karena kebodohan gue."

Gimana sama part ini?🫂

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.


Gimana sama part ini?🫂

Satu kata buat Meyra?🙆🏻‍♀️💐

Jangan lupa vote & komen, biar aku tambah semangat, okey prenn?💗

See you next time-!💌

My Ketos Gavin [ON GOING]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora