11

389 140 264
                                    

Haloo prenn, jangan lupa vote sebelum membaca, okey!?🦖💗

Warning-! Part ini sedikit menguras emosi kalian, jadi buat yang stok sabar nya tinggal dikit, dibeli dulu ya, prenn!😻💐

Warning-! Part ini sedikit menguras emosi kalian, jadi buat yang stok sabar nya tinggal dikit, dibeli dulu ya, prenn!😻💐

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Pukul setengah delapan pagi Meyra baru sampai di sekolah. Benar saja, tidak ada tanda-tanda Gavin membantunya masuk ke dalam area sekolah, Meyra memutuskan untuk memanjat pagar. Tapi, karena terlalu takut, dia mengurungkan niatnya.

Diambilnya ponsel dari saku rok nya, mencari sebuah nomor, lalu menelepon nomor tersebut. Sayang nya pangilan itu di reject.

"Nggak bisa diajak kerja sama banget sih." Gerutu Meyra. Matanya melihat sekeliling, memastikan keaadaan sekitarnya sepi. Pada akhirnya, dia tetap memanjat pagar meskipun jantungnya berdebar kencang karena ketakutan.

"Buruan!" Suara seseorang sukses mengagetkan Meyra. Hampir saja dia terjatuh kalau tidak berhasil menyeimbangkan tubuhnya.

"Gavin," ujar Meyra tidak percaya.

Gavin membalas tatapan Meyra. "Cepet" dia kesal karena cewek itu malah diam mematung.

Meyra yang tersadar langsung lanjut memanjat. Namun begitu sampai di atas, dia jadi ketakutan karena harus melompat.

"Buruan loncat sekarang. Gue tangkep nanti dari sini."

"Bener ya. Awas kalau bohong." Meyra seolah tidak percaya dengan ucapan Gavin.

Gavin sangat tidak suka dengan keaadaan ini. Awalnya dia memang malas untuk membantu Meyra. Bahkan dia tidak menanggapi saat cewek itu mengirimkan pesan berkali-kali. Namun, pada akhirnya tetap saja Gavin datang membantu.

"Kalo lo nggak loncat sekarang, gue tinggal!" ancam Gavin.

Meyra menggeleng, melihat ke bawah lalu melihat Gavin lagi.

"Tangkap ya..."

Detik berikutnya, Meyra melompat dan Gavin berhasil menangkap tubuhnya. Jarak mereka jadi sangat dekat, bahkan Meyra bisa merasakan napas cowok itu bercampur bau mint. Meyra melingkarkan tangan di leher Gavin, karena takut Gavin mendengar suara detak jantungnya yang sangat berdebar kencang. Meyra cepat-cepat turun dari dekapan Gavin.

Gavin jadi heran sendiri melihat Meyra gugup. "Kenapa lo?"

Meyra menggeleng pelan tanpa menatap Gavin. Cowok itu pun segera pergi untuk kembali ke kelasnya. Lajunya terhenti saat Meyra memanggilnya.

"Vin..., makasih ya." Tatapannya begitu tulus. Gavin sempat terdiam beberapa saat, setelah itu baru mengangguk.

"Inget yang gue bilang semalem, jaga jarak sama gue kalo di sekolah." Gavin memperingati sebelum kembali melangkah pergi.

Meyra hanya mengangguk, karena sebenarnya dia sedang binggung dengan debaran di jantungnya.

Apa itu perasaan suka? Secepat itukah dia menyukai Gavin?.

My Ketos Gavin [ON GOING]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora