13

386 111 176
                                    

"Marah dan tersenyum, dua kombinasi yang terjadi kalau aku berhadapan denganmu."

Upacara bendera hari Senin baru saja selesai

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Upacara bendera hari Senin baru saja selesai. Sebagian siswa sudah kembali ke kelas, dan sebagian di antarannya masih berada di lapangan, saling bercengkerama dengan teman-teman yang berbeda kelas. Bahkan, beberapa guru juga masih ada di lapangan.

Di salah satu sudut lapangan, Meyra juga belum kembali ke kelasnya. Cewek itu sedang memperhatikan Gavin, yang sedang bersama teman-temannya. Memperhatikan Gavin sekarang telah menjadi salah satu kegiatan sehari-hari Meyra.

"Mey, yuk balik. Gosong nih muka kalo di sini terus." Vika mulai mengoceh. Tapi, Meyra tidak menjawab, bahkan sepertinya dia tidak mendengarkan ocehan Vika. Meyra terlalu sibuk mengikuti gerak-gerik Gavin, seolah kedua matanya adalah perangko, dan Gavin lemnya.

"Dia bilang harus jaga jarak biar nggak dihukum. Gue mau liat, kayak apa hukumannya." Meyra tiba-tiba bicara sendiri, membuat kedua sahabat yang berada di sampingnya kebingunggan.

"Ha? Maksud lo apa, Mey?" Tanya Bella, setengah berseru kepada Meyra yang mulai melangkah ke arah Gavin dan teman-temannya. "MEY! LO MAU NGAPAIN?" Kali ini Bella berteriak, yang tentu saja tidak dijawab Meyra. Tidak ada yang bisa dilakukan Bella dan Naya selain menunggu apa yang sebenarnya ingin dilakukan Meyra. Meskipun sebenarnya, mereka berdua bisa menebak kalau ini berhubungan dengan Gavin.

"Hai pacar!"

Gavin menoleh. Matanya menyorot tajam, seperti memberi peringatan.

Belum sempat Gavin menyuarkan kekesalannya, dia lebih dulu dikejutkan dengan tindakan Meyra yang tiba-tiba memeluknya. Tentu saja bukan Gavin seorang yang terkejut. Siswa-siswi dan guru-guru lain yang melihat adegan itu merasakan perasaan yang sama.

Begitu kesadaran Gavin kembali, dia segera mendorong Meyra menjauh. "LO GILA?!" bentaknya.

Kemudian suara yang menggelegar pun terdengar. "GAVIN! MEYRA!" Itu Pak Budi, wajah nya tampak memerah karena marah. Laki-laki paruh baya itu berjalan tergesa-gesa menghampiri Gavin dan Meyra.

Gavin mendengus pasrah. Dia bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Sementara Meyra tampak menyesali tindakannya. Dalam hati dia berdoa, semoga Pak Budi tidak sampai memanggil orangtuanya. Bisa habis dia nanti.

"Apa yang kalian lakukan tadi?!" Suara Pak Budi terdengar galak.

Tidak ada jawaban dari Gavin maupun Meyra. Keduanya sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Ini sekolah! Bukan ajang untuk menunjukkan kemesraan kalian!"

Kemarahan Pak Budi kini menjadi tontonan semua siswa-siswi yang masih berada di lapangan. Mereka terlihat enggan meninggalkan lapangan, padahal matahari makin terik.

My Ketos Gavin [ON GOING]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon