VAREN-07

6.5K 230 2
                                    


Happy reading♡



Sebulan yang lalu....

Sudah satu bulan Aca tinggal di apartemen milik Varen. Sedikit demi sedikit Aca sudah mulai melupakan luka yang di torehkan oleh Bian dan Tio untuk nya. Hari ini rencananya, Aca akan bertemu kedua orangtuanya dan Bian.

Di sebuah sudut cafe terdapat dua orang yang sedang berbicara serius.

"Maafin kak Bian. Ca," sendu Bian sambil menunduk.

Aca gemetaran menatap sosok seorang yang di hadapan nya ini. Ia meneguk ludahnya dengan kasar, "A-aca maafin kak Bian," ujar Aca gugup.

Bian mendongakkan kepala nya menatap wajah Aca. Tatapan keduanya bertemu membuat jantuh Aca berdegup dengan kencang. Belum lagi keringat dingin yang mengalir di dahi nya.

"Aca takut sama kak Bian?" tanya Bian.

Aca menggeleg cepat, "G-gak! Aca gak takut!" jawab Aca dengan angkuh meskipun ia takut setengah mati.

"Aca ikut kakak, ya?" tawar Bian membuat Aca terdiam.

"Aca ikut kakak, ya?"

"Aca mau ikut kakak, gak?"

Kata-kata itu terus berputar di memori Aca, seperti suara yang membisikkan sesuatu di telinganya. Aca menutup telinganya rapat-rapat dan berteriak histeris membuat pengunjung cafe terkejut dan menatap nya heran.

"AAAA! ACA GAK MAU! ACA GAK MAU!" teriak Aca histeris sambil menutup kupingnya. Bian kebingungan melihat sang adik yang aneh.

"Ca? Lo gak papa?" tanya Bian yang berusaha mendekati Aca namun Aca lempar denga segelas minuman.

"PERGI! ACA GAK MAU! HIKS... kak Varen..." Aca berteriak kemudian memelankan suara nya ketika ia menyebut nama Varen. Setelah itu dirinya jatuh ke bawah pingsan.



Lenguhan kecil keluar dari bibir merah muda Aca, ia melihat sekeliling? Apartemen Varen? Kenapa ia bisa ada disini.

Aca bangkit dari tidurnya kemudian menyenderkan kepalanya di punggung ranjang.

"Siapa suruh keluar apart?" suara tegas itu membuat Aca membeku. Ia menolehkan kepalanya kemudian terkejut melihat Varen yang sedang menatapnya datar.

"Kak Varen..." lirih Aca dengan wajah yang siap ingin menangis.

Varen menghela nafas berat kemudian menarik Aca masuk ke dalam pelukannya, "Jangan nangis. Ca, nanti cantik nya ilang," bujuk Varen.

"A-aca takut sama kak Bian. Aca takut di jual lagi sama kak Bian. Aca tak--- mphh"

Ucapan Aca berhenti kala Varen mencium bibir Aca dengan lama kemudian mata elang laki-laki itu menatap mata cantik Aca yang sedang terkejut. Varen segera menjauhkan kepala nya, ia tertawa kecil melihat pipi Aca yang merah merona.

"Jangan takut lagi. Ada gue," ujar nya sambil mengacak rambut Aca.

"Ish! Aca salting," Aca menutup wajahnya.

VAREN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang