Halo semua...
Sebelumnya aku mau berterimakasih banget untuk para pembaca yang sudah antusias sama cerita ATHENA yang sempat aku publish di tahun 2020, terimakasih kalian sudah mau membaca kisah beberapa tokoh dalam cerita tersebut yang aku tulis dengan bahasa yang acak-acakan. Dan maaf karena sebelum kisah itu benar-benar selesai ku tulis, aku lebih dulu unpublish cerita tersebut atas dasar beberapa alasan yang sudah di rundingkan secara matang.
Oh iya, sebelumnya aku mau menginfokan bahwa nama SMA Batalyon berubah menjadi SMA Byztarium. Kalau yang sudah pernah membaca cerita ATHENA kalian tau kan kalau sekolah ini adalah sekolahannya anak-anak Gordon.
﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌
PROLOG
Sepasang suami istri tersenyum tatkala melihat bayi perempuan yang terbaring di atas kasur mereka. Bayi yang begitu cantik nan menggemaskan seperti boneka itu mengerjapkan matanya beberapa kali lalu tersenyum kala menatap wanita paruh baya kisaran usia 40 tahun itu.
"Bayinya imut sekali ya, Mas." puji wanita itu tak kuasa menahan senyuman penuh haru. Lalu ia menggendong bayi tersebut seraya beberapa kali mengawai pipi tembam yang penuh semburat merah muda.
Pria di sebelahnya mengangguk setuju, lalu ia mendongak menatap sesosok wanita muda yang sudah di penuhi lebam-lebam di sekitar wajahnya. "Kamu yakin ingin memberikan bayi ini?" pertanyaan tersebut membuat wanita itu terdiam seraya melirik ke arah bayi perempuan di gendongan istri dari pria tersebut.
"Saya mohon Tuan, setidaknya lindungi nyawa anak sahabat Tuan. Biarkan sisanya saya yang akan mengatur agar Nona kecil aman dari musuh Tuan Ganesha." pinta wanita itu seraya bersujud di hadapan sepasang suami istri tersebut.
"Mas..-"
"Yang terpenting, pastikan tidak ada yang mengetahui bahwa anak Ganesha masih hidup." sahut pria tersebut lalu ia melirik ke arah sofa yang ada di kamar tersebut, dimana anak semata wayang nya tengah duduk sembari menatap polos orang-orang dewasa yang ada di kamar ini.
Sang istri lalu menatap wanita di hadapan suaminya tersebut, "Siapa nama bayi ini? Dan kapan tanggal lahir nya?" tanya nya.
Wanita tersebut nampak melirik arloji yang ia kenakan, lalu ia terburu-buru menyerahkan sebuah koper berisi beberapa berkas penting. "Semua berkas penting milik Tuan Ganesha ada di koper tersebut beserta akta kelahiran Nona kecil. Untuk kuncinya adalah tanggal persahabatan anda, Tuan. Saya harus segera pergi dari sini sebelum ada yang menyadari keberadaan saya."
Setelahnya wanita muda itu berlari ke arah balkon lalu melompat dengan mudahnya. Sepasang suami istri tersebut jelas terkejut, mereka berlari mengejar namun saat sudah tidak mendapati sosok wanita itu membuat mereka terdiam.
"Mas, yakin pilihannya udah tepat?"
"Walau Ganesha sudah tidak ada tapi aku tahu persis orang itu akan melindungi anaknya." pria itu menatap kembali bayi tersebut lalu beralih untuk membongkar koper tersebut.
Saat di buka, hal pertama yang mereka lihat adalah banyaknya uang berwarna merah jambu yang tertata di atas berkas-berkas penting tersebut. Sang istri hanya dapat menahan senyum bahagia saat melihat banyaknya uang yang jumlahnya tak ternilai itu. Sedangkan dirinya kini menatap akta kelahiran bayi tersebut.
"Mas, sahabat kamu yang mati itu kaya raya ya ternyata."
"Ma! Jaga bicara kamu!" tegas pria itu lalu ia membaca sebuah nama yang tertera sebagai anak kandung dari sahabatnya itu. "Genesis Alexandria Lincoln," gumamnya.
═⪼♕⪻═
5 Tahun kemudian..
"Mama, Khayla mau es krim." seru anak perempuan yang rambutnya di ikat dua menambah kesan imut pada dirinya. Ia masih mengenakan seragam merah putih, matanya terus menatap tak sabar penjual es krim keliling yang berhenti di depan mobil sang Ibu.
"Yaudah yuk, mau yang rasa apa?"
"Strawberry. Khayla mau rasa strawberry."
"Alexa mau rasa vanila, Ma." sambung anak perempuan yang berusia 2 tahun lebih muda dari anak berseragam merah putih tersebut.
Wanita yang duduk di kursi kemudi itu menatap tajam ke arah anak tersebut. "Saya nggak menawarkan kamu ya!" ucapnya begitu tegas. Lalu ia tersenyum saat menatap anak sulungnya yang duduk di samping kursi kemudi, "Ayo, kita beli es krim untuk princess" ajaknya.
Setelah kedua orang tersebut keluar dan pintu mobil tertutup, anak perempuan yang menyebut dirinya Alexa itu berusaha untuk menahan air matanya. Hidung nya bahkan sampai memerah karena menahan tangis.
﹌
Sesampainya di rumah, Alexa langsung turun dan keluar dari mobil lalu berlari menghampiri sang Ayah yang sudah pasti berada di ruang kerja nya. "Papa.." serunya sembari melompat kedalam gendongan sang Ayah. "Hari ini Alexa belajar mewarnai bareng temen-temen. Kata Bu Guru punya Alexa paling bagus." seru nya seraya menunjukkan selembar kertas bergambar yang sudah di warnai tersebut kepada sang Ayah.
"Woaahh.. Anak Papa pinter banget ya, ini gambarannya bagus banget loh." puji pria paruh baya itu seraya menatap kertas bergambar itu dengan ekspresi penuh takjub. Walau usia anak nya itu masih 5 tahun namun ia bisa melihat kelebihan yang dimiliki anak perempuan nya yang satu itu.
Lalu tak berselang lama anak sulungnya muncul seraya menjilat es krim yang ada di genggamannya. "Papa, Khayla mau les balet. Temen-temen Khayla pada les balet, Khayla juga mau." rengekan itu membuat sang Ayah dan Alexa menatap ke arahnya.
"Les balet lumayan mahal loh. Lagipula Khayla kan sudah ikut les piano." ujar pria itu lembut.
"Kamu jangan pilih kasih dong, Mas. Nggak ada salahnya kan tambah les balet untuk Khayla." sambar sang Ibu yang baru saja menyusul ke ruang kerja itu. Ia melirik tajam ke arah Alexa yang masih berada di gendongan suaminya. "Jangan Alexa melulu yang kamu perhatikan." sambungnya ketus.
"Kamu kenapa sih, Ma?"
"Mulai kan? Selalu anak itu yang kamu utamakan, Mas."
"Semua anakku pasti ku utamakan. Jangan bicara sembarangan kamu."
Suara sang Ayah yang meninggi membuat Alexa sedikit terkejut, ia langsung menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang Ayah. Lalu perkataan sang Ibu selanjutnya sukses membuatnya terdiam. Sedangkan Khayla yang menyaksikan itu langsung memeluk pinggang Ibu nya erat.
"Dia bukan anak kamu, Mas!! Anak kamu cuma Khayla, Kalingga dan Kalinda. Lupa kamu?"
"Rahma!!" bentak pria itu sebelum akhirnya ia menatap ke arah anak sulungnya lalu menurunkan Alexa dari gendongannya. Tangannya menangkup wajah anak itu seraya menatapnya dalam, "Alexa istirahat dulu ya." bisiknya lembut.
Anak itu hanya mampu mengangguk menuruti ucapan sang Ayah. Dengan cepat ia berlari melewati sang Ibu dan kakak nya lalu masuk ke dalam kamarnya. Lalu Rahma memerintahkan anak sulungnya untuk ke kamar.
Setelah kepergian anak-anak mereka, pintu ruang kerja pun di tutup dan di kunci dari dalam. Atmosfer terasa sangat berbeda, lalu pria itu melangkah menghampiri sang istri. "Jaga ucapan kamu, Rahma!! Mas nggak suka kamu berbicara tentang...-"
"Kenyataan nya, Mas!!"
"Alexa anak aku."
"Jangan karena kamu merasa utang budi ke Ganesha kamu sampai melupakan kewajiban kamu sebagai Ayah untuk Mikhayla dan anak kembar kita, Mas!" tegas wanita itu seraya menunjuk wajah suaminya, matanya sudah memerah menahan amarah.
"Aku nggak pernah lupa...-"
"Kamu selalu memprioritaskan anak itu ketimbang anak-anak kita, Mas. Semenjak anak itu tinggal di rumah ini." potong Rahma. Lalu ia menatap salah satu bingkai foto yang terpajang di ruang kerja tersebut, terdapat foto sang suami dan seorang pria yang tidak tersenyum sedikitpun, dia Ganesha. "Seharusnya anak itu mati bersama keluarganya." ucapnya begitu dingin.
"CUKUP RAHMA!!"
"Terus, Mas!! Lanjutin pilihan kamu. Kamu mau fokus ke anak itu? Silahkan. Tapi jangan harap selamanya aku bakal nerima dia di rumah ini dan menganggap dia sebagai anak aku." setelah mengatakan hal tersebut Rahma keluar dari ruang kerja sang suami dengan amarah yang menggebu-gebu.
To Be Continue
Baru awalan yak, konflik di cerita ini nggak berat kok.
Oh iya, gimana kabar kalian? Yuk menyelam di kehidupan Genesis yang membosankan.
ESTÁS LEYENDO
GENESIS : Game of Survival
AcciónGenesis itu anak perempuan yang begitu beruntung, setidaknya itu kata orang-orang tentang dirinya. Layaknya seperti makhluk hidup yang lain, ia memiliki banyak kekurangan. Namun sifat alamiah manusia itu hanya melihat kelebihannya saja lalu membandi...
