15 - Petang merampungkan dansa,

1.9K 259 81
                                    

Dua bola mata bundar bersinar-sinar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua bola mata bundar bersinar-sinar. Mulutnya membuka, menumpahkan kebahagiaan yang meluap-luap lewat suara. Ekornya bergoyang-goyang agresif. Meski langkahnya terseok-seok dan harus sesekali berhenti, tetapi Kunyuk senang sekali, telapak kakinya kembali mencicipi tekstur aspal setelah sekian lama. Hidungnya membaui nyaris setiap benda yang tampak di sekitar radarnya.

"Jadi, Kunyuk ini korban tabrak lari, terus kamu selamatin?" Lukas mengelus kepala Kunyuk, yang dibalas dengan gonggongan keras.

"Iya." Dhanti menaruh telunjuk pada bibir, menyuruh Kunyuk diam. "Kunyuk sebetulnya gak galak. Dia anjing Yellow Labrador, energinya banyak. Tapi, dia cacat, jadi gak bisa sering-sering diajak jalan kayak anjing-anjing lainnya. Dia di rumah hampir sepanjang waktu. Kalau kata dokter hewan, dia butuh penyaluran energi, tapi gak tersalurkan lewat gerak fisik, makanya dia jadi sering menggonggong."

"Hahaha, iya. Kelihatan, kok. Dia sebetulnya baik." Lukas membuntuti gerak Dhanti yang tengah memegang tali kekang.

Petang ini, mereka berjalan-jalan di sekitar kompleks. Dhanti mengenakan kaus belel dan celana tidur yang sudah lusuh, sementara Lukas mengenakan satu setel jogging suit warna merah, sehingga Dhanti meledeknya mirip cabai raksasa.

"Kamu bilang, kamu nemuin Kunyuk malem-malem? Kamu bawa ke dokter hewan? Gimana ceritanya?" tanya Lukas.

"Waktu itu, saya pulang dari acara sekolah. Malam-malam dengar suara anjing kecil melengking. Ternyata kakinya hampir putus. Tanpa pikir panjang, langsung saya bawa ke klinik terdekat." Dhanti melempar sepotong daging ke depan Kunyuk. "Diantar sama teman saya, si Udin."

Dhanti mengenang malam itu, ketika ia memaksa Udin untuk mengantarnya ke klinik hewan di Cempaka Putih. Udin sempat menolak, tetapi Dhanti menggertak. Sepanjang jalan, Dhanti menggendong anjing malang yang terus menangis kesakitan. Udin berusaha mengendarai motor meski badannya gemetaran, bonus makian sahabatnya karena motor Udin terlalu lamban. Sesampainya di klinik dokter hewan, celana panjang Udin basah sebagian, akibat terlalu ketakutan.

Kalau para Udin Mania tahu idolanya kebiasaan kencing di celana, apakah mereka tetap menerima?

"Gitu, ya. Kenapa namanya Kunyuk?" Lukas menggeliat, berupaya melepaskan jaketnya dari cengkeraman gigi anjing. "Bukannya Kunyuk itu artinya monyet ya?"

"Kunyuk, no!" Dhanti melotot pada Kunyuk. Sorot gadis itu berubah ramah ketika bertemu mata Lukas. "Saya bingung mau kasih nama apa. Berhubung saya dipanggil Kunyuk sama teman saya yang nganter saya ke klinik hewan malam itu. Ya udah, saya kasih nama Kunyuk."

Lukas memandangi visual Dhanti di sisi kiri. Gadis itu cantik alami tanpa perlu dipoles sana-sini. "Nah, itu pertanyaan saya. Kenapa kamu selalu dipanggil Kunyuk?"

Dhanti tersenyum. Ia berhenti di tepi lapangan, duduk di kursi kayu dan menyandarkan punggungnya. Dinaungi langit sore warna biru merona, ia mulai bercerita.

Senji ✔️ | DAINTY vol. 1Where stories live. Discover now