27. Kenapa Bohong?

6.4K 479 18
                                    


Usai dengan perdebatan tadi, Jingga langsung bergegas ke kantin. Bima yang sejak tadi diam dan menyaksikan perang dingin antara Jingga dan Arsen, kini tampak mengikuti di belakang gadis itu. Bima sama sekali tak berani menegur atau mendahului langkah Jingga. Ia sangat paham kalau sekarang suasana hati Jingga sedang tidak baik-baik saja.
Sudah bisa ditebak kalau penyebabnya adalah foto yang semalam Bima kirim. Ditambah lagi dengan kejadian beberapa saat yang lalu.

Jingga terus melangkahkan kakinya dengan cepat. Tak menggubris Bima yang kadang berjalan di sampingnya dan kadang berada di belakangnya. Jingga juga sebenarnya sadar akan raut wajah Bima yang terlihat menahan diri untuk melontarkan ocehannya. Namun, Jingga memilih untuk tidak peduli. Saat ini suasana hatinya benar-benar sangat jelek.

Ketika memasuki kantin Jingga langsung memelankan langkahnya. Kondisi kantin yang ramai oleh para mahasiswa membuat Jingga jadi harus lebih sabar untuk bisa mencapai stand jus semangka kesukaannya. Saat ini Jingga memang butuh minuman itu untuk menyegarkan pikirannya yang terasa carut-marut gara-gara Arsen.

"Heh! Berhenti lo!"

Tubuh Jingga agak terkesiap ketika tiga orang gadis menghadang dirinya di tengah-tengah kantin yang ramai. Dari suara yang terdengar saja Jingga sudah tahu siapa sosok yang menjadi pelopor dari aksi bullying ala-ala sinetron ini. Siapa lagi kalau bukan Cheryl? Gadis yang baru saja Jingga lihat beberapa saat yang lalu. Entah bagaimana ceritanya hingga Cheryl sudah berada di sini.

Tanpa gentar Jingga menatap cewek berambut blonde di depannya ini. "Ada urusan apa?" tanya Jingga dengan nada datar.

Di belakang gadis itu, Bima terlihat gemas ingin menimpuk Cheryl si seleb kampus sekaligus model yang sedang naik daun itu.

"Nggak usah belaga bego, deh! Maksud lo apa caper sama pak Arsen? Suka lo sama dia? Berharap bakal di-notice sama dia? Iya?" cerca Cheryl dengan nada berapi-api.

Suara Cheryl yang membahana membuat para mahasiswa yang ada di sana jadi bisa mendengar pokok permasalahan antara Cheryl dan Jingga.

"Kalo iya kenapa? Masalah buat lo?" tantang Jingga.

Wajah Cheryl langsung memerah menandakan amarah yang siap meledak. Telunjuk gadis itu terarah tepat di wajah Jingga. Namun, dengan cepat Jingga menepisnya.

"Lo! Berani-beraninya lo!" geram Cheryl.

"Lo tau siapa gue? Sadar nggak, sih, lo lagi berhadapan sama siapa?" Cheryl kembali meluapkan amarahnya.

Sebenarnya, semua orang di kampus Mahatma juga tahu kalau Cheryl ini cukup akrab dengan Arsen. Pada banyak kesempatan Cheryl memang terlihat akrab dan dekat dengan Arsen. Namun, tidak ada yang tahu dengan pasti jenis hubungan di antara keduanya. Kebanyakan mahasiswa hanya menyimpulkan kalau Arsen sekedar akrab dengan gadis itu karena prestasinya sebagai model dan seleb kampus.

"Nggak tau. Emang lo siapa?" Jingga kembali menantang amarah gadis itu.

Tidak bisa dipungkiri sekarang Jingga semakin kesal karena Cheryl berulah dan mengganggunya.

"Lo nggak usah sok kecakepan, ya! Nggak usah berharap pak Arsen bakal tertarik sama lo. Lo bukan selera dia. Pak Arsen nggak selevel sama bocah kayak lo," hina Cheryl disertai tatapan merendahkan.

"Jaga mulut lo, ya!" seru Bima sudah tak tahan diam saja.

Bima hendak maju, tapi tangan Jingga sudah lebih dulu menahan lelaki itu.
Masih dengan wajah tenang yang berhasil menyembunyikan amarah dan rasa kesalnya, Jingga menatap Cheryl.

"Lo sebenarnya ada masalah apa, sih, sama gue? Bisa-bisanya lo nuduh gue caper sama pak Arsen. Bisa lo jelasin bagian mana dari tingkah laku gue yang nunjukin kalo gue caper sama beliau? Seingat gue tadi pak Arsen ngasih pertanyaan dan gue sebagai mahasiswa yang punya otak, ya, berusaha ngasih jawaban selogis mungkin. So, di mana letak kesalahan gue? Di mana letak capernya gue seperti yang barusan lo maksud?"

After We Got Marriedजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें