(21) - kisah pilu gadis gisaeng -

137 41 26
                                    

ini pertama kalinya aku ngetik satu part hampir 3k word T﹏T semoga kalian bisa nikmatin alurnya dan semoga bisa ngejawab semua rasa penasaran kalian karena isinya full flashback







~unde(r)ed~








"Nyonya Hwan...."

Seon Se Jeong duduk bersimpuh di hadapan perempuan yang statusnya merupakan seorang gisaeng haengsu dengan kepalanya yang terus menunduk. Rambut hitam panjang yang terikat asal-asalan setengahnya itu nampak menyentuh lantai saat ia sesekali bersujud penuh rasa penyesalan.

"Aku tidak menyangka jika kalian akan bertindak sejauh ini. Kenapa kau melakukannya dengan dia alih-alih pria lain, Se Jeong? Jika begitu aku mungkin tidak akan semarah ini," wanita yang menggunakan hanbok berwarna merah delima itu menampakkan air wajahnya yang kentara penuh kekecewaan.

"Ini salahku, sungguh... ini salahku" isak Se Jeong. "Putra Mahkota tidak bersalah sama sekali, aku mohon jangan beri tau siapapun apalagi orang-orang kerjaan, Nyonya."

"Maka dari itu kau harus menanggungnya sendiri"

"T-tentu, tentu saja aku akan menanggungnya."

"Kau memang seorang gisaeng, tapi betapa tidak tau dirinya dirimu sampai melakukan hal tersebut dengan Putra Mahkota. Kenapa kau bertindak sejauh ini?"

"Aku bersalah... sungguh, maafkan aku..."

"Kapan kalian melakukannya?"

"S-sudah lama.. Nyonya,"

"Dan kau tidak mengatakan apapun padaku?"

"Aku..."

"Bahkan saat kau telah mengandung?"

"A-apa?"

Se Jeong tercekat dengan jantungnya yang seolah terasa akan copot. Tubuhnya merasa baru saja tertimpa ribuan ton batu yang membuat tubuh mungilnya merasa tak bernyawa lagi. Ini adalah hal paling menakutkan untuk di dengar setelah ia dan pria yang dicintainya saling terikat satu sama lain.

Dan sekarang, semua kenyataan menakutkan itu sudah menjadi kenyataan.

"Apa kau tidak menyadarinya? Keberadaan bayi dalam perutmu, apa kau tidak merasakannya?"

Se Jeong adalah gadis yang bodoh. Ia tidak bisa membaca dan menulis. Maka dari itu, untuk menyadari perubahan pada dirinya pun, ia mungkin memerlukan waktu yang cukup lama.

"Aku...a-aku..." bibirnya terasa kelu, ia tak mampu untuk berkata-kata lagi.

"Sakitmu bukan sakit biasa, Se Jeong. Akhir-akhir ini kau merasa lemas tak bertenaga, mual sepanjang hari, kepalamu juga sakit. Tabib yang mengobatimu kemarin semakin meyakinkan diriku karena dia juga mengatakan jika mau tengah mengandung,"

Selama Se Jeong sakit, yang mengurus dirinya memang lah Nyonya Hwan.

"Kau tau apa yang paling aku takutkan saat mengetahui jika kau mengandung? Aku sangat takut jika anak itu adalah anak Jeong Se Hun mengingat hubungan kalian pun semakin dekat. Aku juga sering melihat Putra Mahkota menemui diam-diam. Dan ternyata semua ketakutanku malah menjadi kenyataan sampai membuat aku tidak bisa tidur karena terus memikirkannya. Demi Tuhan, rasanya aku menyesal telah mempertemukan kalian pada malam itu."

"Sekali lagi aku minta maaf karena sudah membuat mu kecewa. Aku, aku.. akan menanggungnya sendiri walaupun harus pergi dari tanah gyobang."

Semenjak saat itu, semenjak Se Jeong tau jika dirinya tengah mengandung anak dari Jeong Se Hun, ia bertekad untuk menjaga bayi dalam perutnya seorang diri. Walaupun Nyonya Hwan sempat menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya, tapi ia tidak akan pernah menuruti perintah tersebut. Jika bayinya tiada, maka ia tak sudi lagi untuk hidup.

UNDER : REDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang