(7) From The Past

198 48 21
                                    

Goryeo, Songak 974 M.

"Hei Seon Se Jeong!!"

Seruan nyaring yang menyebut namanya itu sontak membuat langkah ringkihnya jadi terhenti, saat tiba-tiba saja seorang pria menghampirinya dengan napas yang memburu akibat balas berlari. Se Jeong tersenyum lalu menaruh bakul berisi umbi-umbian itu pada tanah setalah dirasa pinggangnya sedikit terasa ngilu.

"Hai, Hyun," Se Jeong menepuk-nempuk baju putih lusuhnya yang terkena tanah dari umbi pada bakul yang dibawanya. "Tumben sekali kau menyusulku ke kebun?"

"I-ini soal ibuku," pria ini masih sedikit ngos-ngosan. Se Jeong bisa mengerti karena temannya ini pasti berlari dengan jarak yang jauh.

"Nyonya Hwan? Ada apa dengannya?"

"Entahlah, ibu haya menyuruhku untuk segera menjemputmu."

"Apa dia sakit? Setauku tadi pagi Nyonya Hwan baik-baik saja."

"Bukan, bukan." Dia menggeleng, "intinya aku harus membawamu untuk segera pulang ke *Gyobang."

*gyobang = rumah gisaeng

Seperti diketahui, Byun Baek Hyun adalah teman dekat Se Jeong. Umur mereka pun sepantaran. Saat mereka kecil, Nyonya Hwan yang merupakan *gisaeng haengsu sekaligus ibu dari Baek Hyun, telah merawat kedua anak itu secara bersamaan bahkan sampai sekarang. Itulah sebabnya Se Jeong dan Baek Hyun begitu dekat bagai sodara sedarah.

*gisaeng haengsu : Pimpinan tertinggi Gisaeng.

"Kau sudah selesai, bukan? Ayo." Ujar Baek Hyun, tangannya langsung mengambil bakul milik Se Jeong untuk dia panggul. "Ini pekerjaan pria, kau jangan melakukannya lagi Se Jeong."

"Aku tidak masalah kok, sungguh."

"Tidak masalah apanya? Bahkan cara berjalanmu sudah seperti nenek-nenek."

Se Jeong menepuk pelan bahu temannya yang sudah mulai berjalan, "iya, iya. Kau ini cerewet sekali, Hyun."

.
.

Hatinya terasa semakin tak nyaman, pun dengan pikirannya yang dipenuhi banyak pertanyaan yang sayangnya hanya bisa dia simpan sendiri. Bahkan sekarang terang telah berubah menjadi gelap, tapi dirinya belum juga mendapatkan sebuah kepastian.

Se Jeong ingin bertanya, namun wanita yang tengah bersamanya itu nampak sibuk memakaikannya *chima seolah tak mau membocorkan apapun.

*chima = Rok hanbok yang sangat panjang.

"Rasanya sangat aneh seorang gisaeng sepertiku memakai baju seperti ini, Nyonya"

Nyonya Hwan tak menjawab, dia hanya membalasnya dengan senyum menenangkan.

"A-apa ini saatnya aku harus melayani seorang yangban?" jika pun iya, sungguh Se Jeong masih belum siap. Ini adalah kali pertama untuknya.

*yangban = Orang-orang bangsawan.

Namun, lagi-lagi wanita berusia 40 tahunan yang memakai hanbok berwarna putih tulang dengan rambut yang disanggul itu tak langsung menimpali, dia malah bergeser untuk mempoles riasan tipis di wajah Se Jeong.

"Nyonya, aku sungguh tidak perlu menggunakan ini" ujarnya seraya memalingkan wajah.

"Hm, tak memakai riasan pun kau sudah cantik seperti dewi Aprodhite, Seon Se Jeong."

Kini debaran di dadanya semakin tak karuan. Se Jeong meremat rok chima-nya untuk menyalurkan rasa takutnya yang semakin menjadi. Mau protes pun rasanya tak ada daya, toh memang ini bukan pekerjaan dari seorang gisaeng?

UNDER : REDWhere stories live. Discover now