(12) Fragile

166 45 18
                                    

Son Sehwa
Doy apa kabar?
Aku sudah menelepon tapi sepertinya kau sangat sibuk?
Hm, hari ini aku akan pergi dan cukup jauh dari yang kau bayangkan. Maaf karena aku mengatakannya mendadak jadi kita tidak bisa bertemu dulu
Oh ya Doy, sudah lihat beritanya?
Iya, aku sudah bertunangan dengan Sean. Kau tenang saja karena aku baik baik saja, hehehe
Nanti jika sempat balas pesanku ya, aku merindukanmu!

Lee Doyoung
Aku baik bagaimana denganmu?     (deleted)
Kau akan pergi? Kemana?                 (deleted)
Aku pikir kita harus bertemu?          (deleted)
Kau pergi dengannya?                        (deleted)




Helaan napasnya berhembus begitu frustasi, pun dengan tangannya yang membanting ponsel tak bersalah itu pada jok kosong di sebelahnya. Ini sungguh sial. Kenapa dengan mengirim satu pesan yang tertuju pada temannya saja Doyoung merasa begitu tak berdaya? Belum lagi ada sekitar sepuluh lebih panggilan tak terjawab dari Sehwa yang memang sengaja tak dia jawab.

Bukannya apa-apa, hanya saja... dia masih merasa sedikit kesal dengan berita pertunangan antara Sehwa dan Sean.

Hei! Asal kalian tau, ya. Doyoung kesal bukan karena cemburu atau apapun itu yang sejenisnya. Pria ini hanya kesal karena Sehwa tak mengundangnya— atau setidaknya wanita itu bisa memberitahunya lebih dulu sebelum dirinya tau dari media.

Oh itu sangat tidak lucu sekali. Sehwa menanggap diri Doyoung ini transparan, kah?

"Son Sehwa, sebenarnya apa yang sedang kau sembunyikan?"

Akhirnya Doyoung membuka pintu mobilnya setelah beberapa saat hanya duduk pada mobil yang terparkir pada bahu jalan; memikirkan kata demi kata yang harus dia kiriman pada Sehwa dalam bentuk pesan, walaupun ternyata tak ada satupun yang dia kirim juga. Ck, payah sekali.

Dia hendak mampir pada sebuah bar untuk membeli minuman beralkohol— setidaknya satu tegukan saja bisa membuat pikirannya bisa kembali dingin. Bahkan pagi ini Doyoung sampai tak masuk kerja karena isi kepalanya yang berantakan. Sekali lagi, payah sekali.

Namun, tepat saat Doyoung akan membuka pintu, ternyata pintu tersebut lebih dulu terbuka dari bagian dalam. Tak disangka, seorang pria yang kini berdiri tepat di hadapannya ternyata mampu membuatnya bergeming saat itu juga.

"Jung Sean?" ujar Doyoung lebih dulu.

Sedangkan yang ditanya nampak mengernyitkan dahinya, "apa aku mengenalmu?"

"Sebaiknya tidak," jawabnya setelah beberapa saat memberi jeda.

"Lalu?"

"Tapi sepertinya kau mengenal baik temanku— ah, bahkan aku dengar kalian juga baru saja... bertunangan?"

Sean menautkan kedua alisnya dengan sisa-sisa ingatan yang kembali dia jelajah. "Lee Doyoung?"

"Sudah aku bilang sebaiknya kau tak mengenalku,"

"Sedang apa kau di sini padahal matahari saja belum sepenuhnya keluar?" Sean mengatakannya setelah menilik jam tangan yang menunjukkan angka delapan pagi.

"Bagaimana dengan kau sendiri?"

"Aku? Aku pemiliknya."

"Kalau begitu di mana, Sehwa?" akhirnya Doyoung mengatakan intinya.

Namun mendengar itu Sean justru malah tertawa remeh, "jadi itu tujuanmu menyapaku. Harusnya kau langsung to the point saja, tidak perlu mengulur waktu seperti ini."

"Hm, jadi?"

"Apa kau tidak lihat aku, Lee Doyoung? Aku sendiri, tidak bersama Sehwa atau siapapun. Aku tidak tau dia ada di mana."

UNDER : REDOn viuen les histories. Descobreix ara