(20) Two Necklaces

151 39 27
                                    

Seoul, South Korea

Terpaan angin yang mengibaskan helaian rambutnya seolah menyapa kedatangannya pada sore menjelang malam yang terasa cukup dingin. Hatinya sedikit mencelos saat matanya menyapu area bandara yang masih dipenuhi banyak manusia-manusia dengan beribu kesibukannya.

Bagaimana tidak? Sehwa masih ingat betul saat keberangkatannya kala itu bersama Sean. Saat Sean dengan semangatnya menghibur dirinya yang kesal karena menunggu Sean yang terlambat datang. Cara pria itu mengembalikan moodnya dengan cara menunjukkan foto-foto konyol Lavender masih teringat jelas di benaknya. Jujur saja itu sangat membuat hatinya merasa hangat.

Lalu apa sekarang? Sepanjang perjalanan Sehwa bahkan harus memendam kesesakannya karena harus pulang ke Korea seorang diri, tanpa Sean dan Baekhyun.

Ah, ralat. Tanpa suaminya.

"Hei" ini adalah suara Baekhyun yang duduk di sampingnya untuk menyetir. Dan Baekhyun lah yang menjemput Sehwa saat di bandara. "Bagaimana kabarmu, Son Sehwa? Kau baik?"

"Em, ya... tidak," jawabnya seraya memalingkan wajahnya pada kaca jendela.

"Begitu banyak hal yang terjadi ya rupanya?"

"Sean sudah menceritakan semuanya padamu?"

"Hanya intinya saja," jawabnya. "Ngomong-ngomong, selamat atas pernikahan kalian. Aku benar-benar tidak menduga jika wanita yang Sean cintai adalah dirimu,"

"Ehm, terim kasih. Apa sebelumnya dia pernah menceritakan sesuatu?"

"Dia hanya memberitahu jika dirinya sudah memiliki wanita pilihan untuk di nikahi."

"Apa itu menjadi alasan kau yang menyuruhku segera pergi dari kehidupannya setelah pulang dari Bogota? Karena kau berpikir Sean sudah memiliki wanita lain?"

"Kenapa kau mendadak banyak bertanya?"

"Ini keahlianku, jawab saja."

Baekhyun hanya melengos seraya mendecak. "Mungkin itu hanya salah satunya. Banyak hal lain yang aku pikirkan tentang hidupmu juga,"

"Wah, apa ini? Kemana perginya Baekhyun yang menyebalkan dan tak mau mengalah itu, uh?"

Ia sedikit tersenyum miring dibuatnya, "sudahlah... kau tidak akan cerita apapun?"

"Tentang apa? Kau tau sendiri jika banyak hal terjadi selama kami disana. Rasanya itu semua masih seperti mimpi"

"Bagaimana jika tentang, bulan madu kalian?" tersirat senyum menyebalkan di wajahnya, "aku dengar kalian menempati rumah pantai di Cartagena,"

"Apa menurutmu kami masih bisa memikirkan bulan madu saat status Sean yang merupakan seorang buronan?"

"Benar, sangat dramatis sekali hidup kalian"

Sehwa pun menghela napasnya dalam, "kemana kau akan membawaku? Ke rumah Sean atau kediaman Tuan Jung Hanso?"

"Sesuai permintaan Sean, kau harus pulang ke rumah dulu sebelum berkunjung ke rumah mertuamu. Lagi pula mereka sedang tidak berada di rumah sekarang,"

"Siapa?"

"Tuan dan Nyonya Jung,"

"Memangnya mereka kemana?"

"Ah... aku lupa memberitaumu jika Tuan Hanso sedang dirawat di rumah sakit. Tekanan darahnya sangat tinggi sehingga harus membuatnya dilarikan ke rumah sakit tadi pagi."

"Kenapa kau tidak memberitahu sejak tadi! Jika begitu kita seharusnya ke rumah sakit dulu sebelum pulang!" Sehwa jadi mendadak emosi dibuatnya.

"Kau bisa mengunjunginya besok. Itu lebih baik karena kau juga harus istirahat. Jangan khawatirkan apapun, ayah mertuamu baik-baik saja."

UNDER : REDWhere stories live. Discover now