(5) Something Wrong

187 47 6
                                    

"Dunia ini sangat tidak adil" ujar wanita yang tengah menunggu rotinya pada alat pemanggang, "untuk orang miskin sepertiku."

Son Sehwa pagi ini sangatlah berbeda dengan Sehwa yang semalam— baik fisiknya maupun keadaan batinnya. Dan coba tebak, ada dimana dia sekarang? Ya, benar. Sehwa sekarang berada di apartemen milik Doyoung. Bahkan semua barang pribadi miliknya— yang dikeluarkan paksa dari rumah sewa semalam, kini sudah ada di tempat ini lengkap dengan Lavender juga.

Ternyata setelah diusir paksa oleh para bodyguard yang berada di rumah Sean kemarin, Doyoung tak segera kembali ke apartemennya. Entah feeling dari mana tapi dia malah menuju ke rumah Sehwa yang mana semua barang milik gadis itu sudah berceceran di luar pintu. Tak punya pilihan, Doyoung pun mengangkut semua perabotan yang tak seberapa itu ke apartemennya.

"Persetan dengan dunia yang tidak adil, kau masih tidak mau menjelaskan apapun?" timbal Doyoung, pria itu tengah menghisap teh paginya.

Dua lembar roti yang ditunggunya telah selesai dipanggang selama dua menit. Dia menyajikan roti tanpa selai itu pada piring kemudian ikut duduk di sofa bersama si pemilik rumah.

"Ini masih pagi, Doy. Lebih baik kita bahas itu nanti, oke?"

"Nanti? Kau pikir kapan kita akan bertemu lagi?"

Sehwa diam. Entah karena tengah menikmati sarapannya atau sedang mencari alasan atas pertanyaan milik Doyoung.

"Pertama, kau datang dengan segepok uang. Kedua, kau mengatakan akan bekerja di rumah milik Sean, orang yang begitu kau benci tapi sekarang kau malah memilih untuk tinggal serumah dengannya."

Kemarin malam, tepat beberapa menit lagi menuju pergantian hari, Sehwa datang ke apartemennya dengan keadaan yang berbanding terbalik. Maksudnya, fisiknya memang terlihat lusuh. Itu terlihat jelas dari matanya yang bengkak, rambutnya yang cukup berantakan, pakaian yang kotor dan bagian terparahnya adalah gadis itu hanya memakai satu alas kaki. Entah sepatu satunya berada di belahan bumi mana.

Jika itu adalah keadaan luarnya maka keadaan dalamnya atau hatinyalah yang berbeda. Doyoung masih ingat jelas saat membuka pintu apartemennya, Sehwa nampak tersenyum lebar. Bahkan gadis itu memberinya uang yang dia perkirakan kurang dari satu juta won secara cuma-cuma. Tak sampai disitu, Sehwa juga bercerita dengan suasana hati yang baik jika dirinya akan bekerja di kediaman Jung Sean.

Bukankah nampak aneh?

"Hei," Sehwa mengibaskan tangannya di hadapan wajah Doyoung. "Soal uang aku sudah mengatakan jika itu adalah uang tabungan dari awal aku bekerja sampai sekarang. Aku memberikan uang itu karena kau sudah sangat baik padaku dan Lavender. Dan tak banyak, hanya 500.000 Won. Tapi jika kau menolaknya aku berencana akan menitipkannya kepadamu saja kalau begitu. Tak apa?"

Dengan tatapan dingin, Doyoung hanya mengiyakannya saja. Biar cepat, batinnya.

"Dan soal pekerjaan, aku tidak memiliki pilihan lain. Aku tidak ingin merepotkan dirimu dengan selalu membuntutimu. Aku akan mengesampingkan rasa benciku agar aku masih bisa melanjutkan hidup. Jika uang gajih selama aku bekerja dengan si brengsek Sean itu sudah cukup, aku berjanji akan keluar dari sana. Kau mengerti kan bapak Lee Doyoung?"

Ya, itu memang benar dan masuk akal. Tapi tetap saja rasanya... ah sudahlah, Doyoung percaya kepada temannya ini sekarang.

"Hubungi aku jika kau kesulitan, ya?" ujar Doyoung dengan mengusak rambut Sehwa yang sudah tertata rapi.

"Oghey!"

Sehwa akui, walaupun perkenalannya dengan pria ini baru seumur jagung, tapi Doyoung begitu peduli dan royal kepadanya.




UNDER : REDWhere stories live. Discover now