(16) Can't Help Falling in Love

145 42 32
                                    

Cartagena begitu memukau, begitu kesan pertama Sehwa saat pertama kali menginjakkan kaki di kota yang terletak di bagian utara bagian Kolombia ini. Tadi, pagi-pagi sekali, Taehyung telah membawanya berjalan-jalan kaki melewati gedung-gedung berwarna jingga, kuning, dan biru yang terlihat begitu menarik.

Sekilas, dia juga mendengar jika orang-orang yang berlalu-lalang disekitarnya berbicara menggunakan berbagai bahasa dari penjuru dunia. Cukup membuatnya pusing. Tapi untung saja kota ini menggunakan dua bahasa, yaitu Spanyol dan Inggris sehingga bisa memudahkannya.

Dan disinilah Son Sehwa sekarang, duduk pada pasir pantai putih seraya menyaksikan momen matahari yang sebentar lagi akan timbul. Mungkin efek dari kakinya yang lelah berjalan tadi, akhirnya dia memilih merehatkan tubuhnya sebelum pulang seraya menunggu Taehyung yang tengah menyelesaikan sarapannya yang sempat tertunda.

Oh ya...

Sehwa sudah tau semuanya sekarang. Hubungan antara Taehyung dan Sean, alasan kenapa kedua pria itu membohonginya, alasan kenapa Sehwa harus pindah dari Bogota Ke Cartagena, lalu masalah kartel, sampai keberadaan Sean yang sampai saat ini belum ada kabarnya.

Dari banyaknya ucapan yang dijelaskan Taehyung, ada satu hal yang membuat Sehwa cukup tak menyangka. Yaitu mengenai Sean yang akan menghancurkan kartelnya sendiri.

Jika itu benar terjadi, maka seharusnya tak ada alasan untuk Sehwa membalas dendamnya, kan?  Lagi pula mereka telah menghabiskan banyak waktu berdua. Tidakkah rasa benci itu perlahan memudar, wahai Son Sehwa?

Entahlah.

"Kau sungguh tidak ingin makan lagi?" tanya Taehyung begitu dia duduk disampingnya.

"Eng, tidak,"

"Ingin coba naik speedboat ke dermaga sana? Atau mau foto-foto di tengah-tengah pohon palem? Ayo aku temani, mumpung masih belum terlalu siang karena jika sudah siang akan sangat panas."

"Terima kasih, Tae. Tapi aku hanya ingin duduk di sini. Tadi kau juga sudah membawaku melihat banyak hal saat jalan-jalan di perkotaan. Sebaiknya kita istirahat dulu."

"Baiklah jika itu maumu."

"T-tapi..."

"Hm?"

"Apa masih belum ada kabar apapun? Ini sudah dua hari, kan? Bukankah dia berjanji akan menyusul ke sini dalam waktu dua hari? Ada di mana dia sekarang, apa dia baik-baik saja? Atau jangan-jangan ternyata dia sudah menghubungi ponselku yang aku tinggal di hotel? Apa mungkin aku harus kembali ke Bogota untuk memastikan semuanya? Taehyung... kau, kau sungguh tidak akan melakukan apapun, hm?"

Si pria cukup terkesiap dengan ujaran panjang yang terkesan tiba-tiba ini. Walaupun iya, Taehyung tau hal seperti inilah yang akan terjadi pada Sehwa dalam waktu dekat sekarang. Karena jujur saja dari hari pertama mereka datang ke tempat ini, sampai tibanya harinya sekarang, Sehwa tak bertanya apapun soal Sean.

Sehwa seolah tak mau mendengar penjelasan apapun lagi dari Taehyung. Kalaupun ada, Sehwa ingin menanyakan langsung hal tersebut pada Sean. Tapi saat dirinya benar-benar sudah sadar akan sesuatu pada dirinya, di mana pria itu sekarang? Memang ini baru dua hari, tapi satu hal yang Sehwa simpulan selama dirinya tinggal bersama Sean, pria itu pasti selalu menepati perkataannya. Tidak seperti sekarang yang menghilang tanpa kabar sedikit pun.

"Jika kau tak bisa menjawabnya maka pergilah," Sehwa berujar dengan bola mata yang mulai mengkilap.

"Kau tidak apa-apa sendiri di sini jika aku pergi, Sehwa?" sungguh, dia berkata dengan begitu hati-hati.

"Aku akan baik-baik saja, aku berjanji. Asalkan kau juga bisa berjanji padaku untuk membawa Sean... kembali dengan selamat,"

"Hei," Taehyung melihat setetes air mata itu keluar seraya Sehwa yang menundukkan kepalanya. "Aku berjanji jika semuanya akan baik-baik saja baik itu Sean, aku, kau, kita semua akan baik-baik saja sampai nanti pulang ke Korea bersama. Jadi jangan menangis, ya?"

UNDER : REDWhere stories live. Discover now