01. Career Day

375 8 0
                                    

2012

"Tapi Matahari Curang Bu.... Itu bukan Papanya.... " Kesal Luhur si rambut belah tengah....

"Tapi kan.... " Sang Guru mencoba memberi pengertian tapi dia tahu... Saat itu tidak ada kata yang pantas.....

"Ibu Boleh? " Ujar Pria Kurus itu meminta waktu sejenak...

Semua murid dan orang tua murid tampak berbisik bisik melihat Matahari yang pucat pasi di depan kelas bersama laki laki tampan di sebelahnya

"Assalamu'alaikum selamat Pagi adek adek yang Om Ale sayang.... Ibu ibu... Bapak Bapak senang berkenalan dengan orang tua dari teman teman matahari di sini.... " Ujar Allegro memulai pembicaraan saat itu di sebuah SD Negeri daerah taman siswa dimana sedang diadakan acara membawa orang tua ke sekolah....

"Tapi pak Ale.... " Lirih sang guru yang bisa melihat Api di mata si cungkring

"Tadinya Memang mau Papa Aslinya Matahari yang datang ke mari adik Luhur.... Cuma ada sedikit Problem.... Papa matahari posisinya di Jakarta dan sudah dimakamkan di tanah kusir.... Karena meninggal saat gempa.... Jadi kecuali kita gali jenazahnya... Menerbangkannya dengan Kargo dan menggendongnya ke sini.. Beliau yang namanya Om Dimas ... Gak akan bisa hadir diantara kita... Pun misalnya kita menghadirkan dia di sini... Belum tentu dia mau ngomong....bukan...bukan karena dia pendiam...tapi Karena Jenazah Normalnya emang gak bisa ngomong . ... " Ujar Allegro dengan senyum mengembang....

"Papa Le.... " Timpal Matahari ketakutan sementara tangannya meremas tangan Allegro lebih keras....

"Tenang Boy..... " Lirih Ale yang kemudian berdiri

"Jadi ada yang mau adik adik di sini dan Papa Mama mungkin Mau tanyakan sama Om Ale...?" Cengirnya penuh kemenangan....

***********
"Ndak semua orang itu lawan politikmu le.... " Jati yang masih Asyik menyapu halaman memulai pembicaraan sementara yang diajak bicara tidur tidur ayam di hamok yang tergantung di phalaman belakang hostel merangkap warung mie ayam dan rumah singgah milik mereka di kawasan Taman siswa itu...

"Hah...? " Ujar si wajah mengantuk bodoh... Jati dengan kesal mengayun ayun hamok tempat Ale merebahkan diri hingga si pria kurus berteriak teriak heboh tersadar sepenuhnya dari kantuknya....

"Wis turu anake.... " Kesal seorang di pintu belakang sambil melipat tangan di depan dada memandangi keriuhan dua laki laki itu...

"Galak amat kayak ibu rumah tangga... " Cibir Ale memandangi pria tanggung yang kini menghampirinya dan Jati.... Tinggi bocah itu sudah melebihi ale... 5 tahun mengubah Pascal menjadi pria tampan yang diam diam digilai banyak gadis seusianya...

"Matahari itu sering dibully di sekolah... Dengan memberi performa yang berlebihan sebagai orang tua murid dalam careers day hanya akan membuat dia makin terpojok... " Jelas Pascal kepada dua pria yang lebih dewasa dihadapannya...

Ale dengan cuek mengangkat bahunya... "Maaf... Mungkin jetlag" Lurusnya

"Jetlag dan labil" Lengkap Pascal

Ale mendelik

"Jetlag... Labil dan emosian.... " Timpal Jati...

"Tapi cuma yang jetlag dan labil dan emosian yang mau ke careers day sekolah Matahari" Cemberut si cungkring seraya berdiri dari hamok dan meninggalkan kakak adik itu berdua....

"Kalo aja Mas Iyo bener bener jadi bapaknya matahari... " Ujar Pascal memecah kesunyian....

"Dan kita gak akan mendapat kekacauan ini... " Senyum Jati pahit...

"Sebenarnya apa yang terjadi sih mas?" Ujar Pascal tidak mengerti... Jati hanya mengangkat bahu tidak perduli lalu kembali tenggelam dalam kegiatannya menyapu rumah...

Pria Pohon dan Matahari yang terburu buru : Ayat 3Where stories live. Discover now