.
.
.
.
.
.
Jangan lupa sebelum membaca di vote ya prenn😎Sial, satu kata itulah yang menggambarkan keadaan Meyra saat ini. Sudah terlambat bangun di hari senin, dia juga lupa membawa atribut upacara. Terpaksa Meyra bergegas ke koperasi untuk membeli topi dan dasi, kemudian berlari secepat mungkin melewati koridor menuju lapangan upacara.
Langkahnya makin cepat, tak berapa lama Meyra menubruk seseorang membuat ia tersungkur ke lantai. Ya, memang dia sedang sial, jadi mau bagaimana lagi dan Meyra pun siap memaki orang yang menabraknya.
Perlahan, Meyra mencoba bangkit meskipun lututnya terasa nyeri. Orang yang menabrak kini sudah berdiri di depannya. Untung saja orang itu tak kabur, kalau sampai kabur, Meyra tak segan-segan mengejar dan menjambak rambutnya orang itu.
"Sorry" hanya itu yang di katakan sang pelaku
Mendengar itu membuat Meyra makin emosi. Tidak ada wajah menyesal atau merasa bersalah dari si penabrak. "Heh, enak banget lo cuma bilang sorry"
Bukannya merespon ucapan nya, cowok itu justru kembali berjalan. Jelas Meyra kesal bukan main dan bergegas mengejarnya. Melva menghadang cowok itu dari depan hingga tubuh mereka berhadapan.
"Ada apa?" Ujar cowok itu dengan wajah datarnya
Meyra terkekeh sini "Ada apa lo bilang? Biar gue jelasin sama lo" Melva semakin emosi.
"Pertama, lo nabrak gue. Kedua, gue jadi nyungsep. Ketiga, lutut gue lecet."
Cowok itu mengalihkan perhatiannya ke arah lutut Meyra. Memang benar lututnya terlihat lecet. Tapi, dengan wajah datarnya dia menatap Meyra lagi.
"Dan keempat, lo cuma bilang sorry. Lo pikir itu cukup!? Ucap Meyra menaikan nadanya. "Kelima--" kalimat itu terhenti karena melihat Bu Ranti yang merupakan wakil kepala sekolah sedang berjalan kearah mereka.
"Lo anak IPS?" Tanya cowok itu tiba-tiba, karena itu Meyra melupakan Bu Ranti yang makin dekat dengan mereka.
"Meyra, Gavin! Sedang apa kalian disini?! Suara Galak dari Bu Ranti membuat mereka saling menatap, "kalian terlambat?!"
YOU ARE READING
My Ketos Gavin [ON GOING]
Teen Fiction"Kamu itu penyembuh atau penambah luka?" •••••••• Bagaimana jadinya Ketua Osis yang terkenal dingin dan cuek, harus menembak salah satu cewek di sekolahnya karena sebuah taruhan? itu lah yang dialami oleh Gavin Hidupnya terusik, karena seorang gadi...