Degup jantung

386 289 180
                                    




Aggya tersenyum ketika masuk ke dalam gerbang sekolah seperti tidak ada beban sama sekali. Dari kejauhan ia melihat anak osis bertugas lagi untuk mengecek atribut siswa-siswi disini. Memang setiap hari senin dan selasa akan ada pengecekan atribut seragam sekolah, jika ada yang tidak memenuhi persyaratan maka akan dikenakan denda 2 ribu dan hukuman juga.

Untungnya Aggya tidak pernah dihukum dan didenda karena hal itu, karena ia orangnya selalu menaati perintah dan tak pernah mengabaikan tata tertib.

Tetapi tiba-tiba saja perlahan senyumnya memudar dan ia menghentikan jalannya, karena merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Sebentar, kok merasa ada yang janggal?" Ia bergumam sendiri. "Tapi apa ya?"

Kemudian ia mengecek satu persatu atributnya. "Udah pakai ikat pinggang, kaos kaki juga hitam putih, dasi ..."
Ketika Aggya memegang lehernya di balik kerudung putihnya, ia terkejut tidak mendapati dasinya disitu.

"Astaghfirullah dasiku."

Pantas saja Aggya merasa lehernya terasa ringan dan nyaman, biasanya kalau dia pakai dasi rasanya kayak tercekik lalu panas juga. Namun, kali ini terasa beda ternyata gegara ia tidak memakai dasi.

"Aduh, ya Allah bagaimana ini?" Ia memegang lehernya dan panik sendiri, akibat terlalu kesenangan Aggya sampai lupa ada yang tertinggal.

Aggya melihat orang lain yang sedang dicek disini. "Bodoh banget aku," ia memukul kepalanya sendiri. "Bisa-bisanya aku lupa, kalau sudah begini bagaimana ini?"

Aggya mondar-mandir di tempatnya bingung harus bagaimana, ia memukul kepalanya lagi dan terus menyalahkan diri sendiri. Bagaimana bisa dirinya lupa dan tidak mengecek atribut lagi, kan begini jadinya.

"Astaghfirullah gimana ini?"

Aggus terus mondar-mandir tidak jelas disitu, mau maju tetapi tidak bawa dasi. Kalau nunggu disitu terus takut keburu bel masuknya bunyi.

Darka yang kebetulan mau masuk ke perkarangan sekolah itupun menghentikan sepeda motornya di depan gadis itu. Dia melihat sepertinya Aggya sedang kebingungan terlihat dari sikapnya yang tidak jelas.

Lantas, Aggya bingung siapakah gerangan pemilik motor tersebut. Yang tiba-tiba berhenti di depannya,ia tidak mengenali motor itu milik siapa.Lagian mengapa juga harus berhenti di depannya.

"Motor siapa ini? Kok asing banget,"

"Darka," ucapnya kala sang empu membuka helmnya. Darka pun tersenyum dan melambaikan tangan padanya.

"Hai."

Aggya ikut tersenyum juga dan menyapanya balik. "Hai,aku kira siapa ternyata kamu. " Ucap Aggya.

"Ngapain lu disini? Bukannya langsung masuk aja."

Sontak, Aggya menunjukkan raut melasnya. "Aku lupa nggak bawa dasi."

"Buset, tumben lu bisa lupa?"

Sebelumnya Darka mengenal Aggya itu orangnya patuh terhadap tata tertib sekolah dan hampir tidak pernah melewatkan apapun apalagi urusan atribut begini. Tetapi tumben sekali hari ini gadis itu lupa tak membawa dasi, jadi Darka bingung.

"Lu pake dasi gue aja," tawarnya tak tega melihat raut melas Aggya. Kelihatan sekali jika gadis itu sangat khawatir.

"Jangan," Aggya melambaikan tangannya, jika dasi itu dipakai olehnya. Lantas, Darka tidak memakai dasi begitu. Aggya tidak mau seperti itu.
"Nanti jadi kamu yang nggak pakai dasi?" lanjutnya.

Mencintai Dalam DiamWhere stories live. Discover now