5

9 3 0
                                    

Pagi ini dokter tengah melakukan pemeriksaan pada Hyunae. Belakangan ini keadaan Hyunae bisa dikatakan tidak cukup baik. Hyunae sering sekali mengeluhkan rasa sakit yang menyerangnya. Karena itu pula dokter menyarankan untuk melakukan terapi tambahan. Hyunae menolak dengan alasan dia akan baik-baik saja setelah istirahat. Keras kepala, sungguh.

Setelah dokter pergi dari ruangannya, Hyunae berjalan menuju piano kesayangannya. Mulai menekan tuts sesuai tempo dan irama. Lagu yang akan ia persembahkan saat kelulusan nanti dan Hyunae sangat ingin melakukannya. Cita-citanya adalah menjadi pemain piano yang terkenal. Kedengarannya sangat keren. Hyunae berharap dirinya bisa menunjukkan permainan pianonya.

Ujian sekolah baru saja selesai Minggu ini. Hyunae juga sudah selesai ikut ujian itu. Dia melakukannya di rumah sakit, tentu dengan persetujuan pihak sekolah. Sudah satu Minggu pula Jungkook tidak datang menemuinya karena Hyunae memintanya untuk tak datang dan fokus pada ujiannya. Butuh waktu lama membujuk Jungkook agar menuruti keinginannya.

"Hyunae-ya! Lihat ini, aku membawakan makanan kesukaanmu!" Hyunae tersenyum melihat kakak laki-lakinya—Park Minhyuk yang baru saja datang.

"Terima kasih Oppa, tapi aku sedang tidak nafsu makan." Minhyuk menghela nafas panjang karena penolakan dari sang adik. Semenjak Hyunae selesai melakukan pemeriksaan, dirinya lebih banyak diam dan terlihat murung. Minhyuk tahu bagaimana keadaan Hyunae, dia bisa tahu pasti karena itu Hyunae murung.

Minhyuk mendudukkan dirinya di ranjang tempat tidur Hyunae. Duduk bersebelahan dengan Hyunae dan menatap keluar jendela yang menunjukkan perkotaan di Seoul. Minhyuk mengambil nafas panjang dan mulai berbicara, "Hyunae-ya, kau akan baik-baik saja."

Mendengar perkataan kakaknya itu, Hyunae sediki tertawa. "Bagaimana bisa aku baik-baik saja ketika tubuhku tidak mampu lagi menopangnya."

"Dengar, aku ingin kau terus berfikiran positif bahwa kau bisa bertahan. Selama apapun itu."

"Oppa, bagaimana bisa aku berfikir aku akan bisa tetap bertahan ketika kemungkinan hidupku hanya tinggal 2%?" Minhyuk menatap sang adik sendu. Sakit rasanya mendengar kenyataan itu. "Hyunae-ya, kau harus melakukan kemoterapi berkelanjutan. Itu akan membantu."

"Dan aku harus kehilangan lagi rambutku yang akan membuatku semakin sadar bahwa aku menderita penyakit kanker?" Hyunae menaikkan nada bicaranya. "Oppa, asal kau tahu tidak semudah itu melakukannya. Kemoterapi hanya membuatku hidup lebih lama, bukan membuatku bisa sembuh dari penyakit itu. Dan sudah saatnya aku untuk berhenti melakukannya." Air ata jatuh dari pelupuk mata Hyunae. Minhyuk yang melihat itu segera menarik Hyunae ke dalam pelukannya, dan membiarkan Hyunae menangis sebanyak-banyaknya.

"Maafkan aku jika aku terlalu memaksa. Aku hanya tidak ingin kau pergi," ucap Minhyuk seraya mengusap kepala Hyunae lembut.

"Aku juga tidak ingin pergi. Tapi aku juga tidak bisa terlalu lama menahannya. Aku takut." Suara Hyunae terdengar bergetar mengucapkannya.

"Hyunae-ya, kau adikku satu-satunya. Aku tahu kau lelah, tapi aku mohon untuk tetap bertahan. Aku mohon padamu." Minhyuk meneteskan air matanya. Dirinya hanya ingin Hyunae tetap ada. Tidak ingin sesuatu hal yang menghilangkan seseorang terjadi.

Tuhan, aku hanya ingin dia bertahan lebih lama. Aku tidak ingin kehilangannya. Aku memohon kepadamu, bantu adikku melewatkan semuanya.


TBC

Nest [END]Where stories live. Discover now