3

13 3 2
                                    


Hari ini adalah jadwal pemeriksaan yang harus Hyunae lakukan. Ditemani dengan kedua orangtuanya, Hyunae berjalan menuju ruang pemeriksaan. Pertama-tama adalah melakukan kemoterapi dan terapi radiasi bersamaan, dilakukan untuk mencegah penyebaran kanker yang ada di otaknya.

Hyunae sudah divonis mengidap kanker otak saat umurnya 12 tahun, dan saat ini Hyunae berumur 18 tahun. 6 tahun Hyunae harus bertahan dengan obat-obatan dan melakukan banyak kemoterapi yang melelahkan untuk dirinya. Ditambah pula terakhir kali dia melakukan pemeriksaan, dokter menemukan adanya kanker di paru-paru dan hatinya. Pernyataan itu membuat pertahanan yang sudah Hyunae bangun jatuh begitu saja. Seperti sudah tidak ada lagi harapan untuk hidup.

Meskipun begitu, keluarga dan teman-teman Hyunae tetap memberikan semangat dan meminta Hyunae untuk tetap bertahan. Karena mereka semua yakin, Hyunae akan sembuh walaupun membutuhkan waktu yang lama.

"Sudah siap?" tanya ibu Hyunae setelah melihat anaknya itu yang sudah memakai baju khususnya. Hyunae mengangguk dan masuk ke ruang pemeriksaan bersama dua perawat. Kedua orangtuanya menunggu di depan ruangan hingga pemeriksaan itu selesai.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Hyunae keluar dengan kursi rodanya. Tubuhnya sangat lemah dan membutuhkan istirahat setelah melakukan kemoterapi. Ibu Hyunae mengantar Hyunae ke ruangannya dan menidurkan sang anak di ranjang rumah sakit yang sudah menjadi tempat Hyunae dalam beberapa bulan belakangan ini.

Ibu dan ayah Hyunae, atau biasa dipanggil dengan Tuan dan Nyonya Park, menatap putri mereka yang terlelap dalam tidurnya. Lama-kelamaan, air mata jatuh dari pelupuk mata Nyonya Park. Menangis tanpa suara melihat keadaan sang anak. Teringat ucapan dokter yang jelas mengatakan bahwa hanya ada 0-2% kemungkinan untuk Hyunae hidup. Hancur sudah kedua orang tua Hyunae mendengar pernyataan itu. Tuan Park yang melihat istrinya menangis mendekat dan memeluk sang istri menenangkan.

"Apa yang harus kita lakukan lagi?" tanya Nyonya Park dengan suara parau. "Aku tidak mau Hyunae pergi. Apa yang harus kita lakukan? Aku takut, sungguh! Aku tidak bisa melihatnya seperti ini." Suara tangisan itu semakin terdengar. Tuan Park mengajak istrinya untuk keluar dari ruangan Hyunae dan meminta untuk membicarakan masalah itu diluar. Tuan Park hanya tidak ingin Hyunae mendengar tangisan kesedihan dari orangtuanya.

Orang tua Hyunae selalu bersikap seolah mereka kuat menghadapinya. Mereka tidak pernah memperlihatkan kesedihan mereka kepada Hyunae. Jika mereka sedih, Hyunae juga akan merasakannya. Maka karena itu, mereka harus kuat dihadapan Hyunae.

Setelah pintu tertutup rapat, Hyunae membuka matanya. Dirinya tidak tidur dan tentu saja mendengar suara tangisan dari sang ibu. Hyunae tahu bahwa kedua orangtuanya hanya pura-pura kuat di hadapannya. Tahu jika sang ibu selalu menangis saat menemaninya tidur. Tahu jika semua orang di sekitarnya juga merasakan kesedihan atas penyakit yang ia derita.

Hyunae tidak ingin mengakuinya, tidak ingin mengakui bahwa ada banyak kanker bersarang di tubuhnya. Tapi Hyunae harus sadar bahwa penyakit yang ia derita sangat membahayakan dan tidak bisa disepelekan begitu saja.

Hyunae turun dari ranjangnya dan masuk ke kamar mandi. Hyunae menatap dirinya di cermin yang cukup besar. Terlihat sekali wajahnya pucat, tubuh yang terlihat tidak ada energi, dan kelemahan terlihat jelas di dalamnya. Tangannya mulai terangkat untuk menyentuh rambut, merasakan bahwa rambutnya mulai rontok dan meninggalkan kulit kepala. Matanya sedang berusaha menahan air matanya untuk tidak turun. Walaupun pada akhirnya air matanya tetap jatuh dan Hyunae mengasihani dirinya yang sudah lemah itu.

Hyunae menyalakan keran wastafel dan membiarkan air itu terus mengalir. Hal itu digunakan Hyunae agar orang tuanya yang sedang di luar tidak mendengar suara tangisannya.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku lelah."

TBC

Nest [END]Where stories live. Discover now