Lembar Ke Empat Belas

2.8K 259 43
                                    

Drama Olimpiade

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽


00.45 ketika langit masih menampakkan gelapnya.

Ditengah hening yang tercipta saat seluruh insan terlelap dalam bunga tidurnya.
Pria paruh baya itu justru tampak berdiri di depan kamar salah satu putranya.

Entah apa yang membuat kakinya melangkah kesini, ia hanya ingin menuruti apa kata hatinya. Disaat dirinya tak kunjung bisa memejamkan matanya.

Cklek...

Dibukanya pintu bercat putih tersebut setelah beberapa menit lalu sempat bergelut dengan isi pikiran. Bau khas anak itu menyeruak meski kamar ini jarang ditempati oleh sang pemilik.

Bagaskara membawa kakinya melangkah masuk pada kamar si bungsu. Mendudukkan diri pada sisi ranjang, dimana terdapat Afkara yang tengah terlihat lelap dalam tidurnya. Anak itu memang harus banyak istirahat setelah kepulangannya dari rumah sakit siang tadi.

Diedarkannya pandangan Bagaskara pada sekeliling kamar bernuansa abu abu ini. Sudah cukup lama rasanya ia tak pernah menginjakkan kaki dikamar yang tampak rapi ini.

Tak ada banyak barang yang tampak, karena dirinya memang pernah, melarang Afkara menyimpan barang barang lainnya. Dengan alasan Afkara yang tidak akan menetap disini. Berbanding terbalik dengan kamar Afkara di rumah cemara yang terlihat sangat luas dan menyimpan banyak barang favorit remaja itu.

Bagaskara tersenyum tipis memandang wajah lelap si bungsu. Tak banyak yang berubah dari paras tampan itu, masih tetap terlihat menggemaskan seperti saat kecil dulu. Tangannya mulai terangkat menyeka poni yang mulai terlihat menutupi mata si kecil.

"Besok Daddy suruh mas Aska ajak kamu potong rambut ya, Dek." Bagaskara bergumam kecil.

Ada rasa sesak yang menjalar pada ulu hati Bagaskara ketika teringat banyaknya waktu yang ia buang sia sia karena mengabaikan keberadaan putra kecilnya. Hingga membuatnya tak sadar jika putra kecil yang dulu sangat ia sayangi itu, kini telah tumbuh menjadi sosok remaja kuat dan tangguh.

"Entah apa saja yang telah Daddy lewatkan pada masa pertumbuhan kamu, Dek?" Bagaskara menjeda kalimatnya sejenak, "maafkan Daddy, nak. Tolong izinkan Daddy memperbaiki dan memulai semuanya kembali." ujar Bagaskara bertekad.

Mulai saat ini, Bagaskara akan usahakan memberi kebahagiaan pada jagoan kecilnya. Pria itu meyakinkan diri untuk menebus semua kesalahan yang pernah ia lakukan.

sebelum semuanya terlambat.

Sesaat, ingatannya kembali pada hasil pemeriksaan terakhir Afkara. Hasil yang cukup membuat nya merasa gagal sebagai seorang ayah. Hasil yang tak pernah ia harapkan sebelumnya.

Penyakit jantung koroner, yakni kondisi terjadinya penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah jantung yang disebabkan adanya gangguan pada saluran pembuluh darah jantung.

AFKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang