Lembar Ke Sepuluh

2.9K 251 6
                                    

Tak mudah

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Aksara memacu kendaraannya dengan kecepatan rata rata. Suasana pagi ini lumayan dingin, masih terlalu pagi sebenarnya untuk mereka menuju ke sekolah. Tetapi dirinya dan sang adik memang harus berangkat awal, dikarenakan tugas mereka yang wajib dilaksanakan.

Tugas menyiapkan segala keperluan upacara setiap senin pagi.

Tak ada pembicaraan, keduanya larut dengan kesendirian. Dengan sosok Aksara yang menyetir, dan juga Jingga yang terfokus menatap jalanan dari luar jendela.

Suasana yang benar benar mendukung ketidak semangat-an. Hampa.

Hari ini tidak bisa dibilang baik. Aksara juga Jingga pergi dengan perut kosong pagi ini. Belum lagi rasa kantuk yang masih menempel di pelupuk mata akibat acara begadangnya semalam.

Afkara, si bungsu itu sakit. Anak kecil itu tiba tiba terserang demam dari semalam, dilengkapi nafas yang cukup tak beraturan, membuat kedua kakak beradik tersebut harus terjaga meski cukup kewalahan merawatnya.

Tentu saja mereka bingung, karena sebelumnya Afkara tak pernah sakit hingga sesak nafas seperti itu. Biasanya, sakit si bungsu hanya sekedar demam ringan atau flu dan batuk. Untuk dibawa ke rumah sakit pun tak bisa. Afkara sangat sangat anti dengan tempat yang berbau obat obatan tersebut.

Ditambah lagi tak ada orang tua yang bisa membantu mereka. Juan dan Adara pergi ke Surabaya sejak minggu pagi kemarin. Ada urusan penting yang mengharuskan mereka pergi secara mendadak.

Dan jika saja tidak dipaksa oleh Afkara. Mungkin saat ini Aksara maupun Jingga tidak akan mau pergi ke sekolah, apalagi meninggalkan adik kecilnya sendirian di rumah.

Namun apalah daya, si kecil itu terus memaksa, meyakinkan mereka bahwa dirinya baik baik saja. Bahkan mengancam jika para kakak tidak pergi sekolah, maka Afkara saja yang akan sekolah hari ini. Sehingga membuat mereka mau tak mau harus menuruti permintaannya.

Larut dengan pikiran masing masing, tak terasa kini keduanya telah sampai area sekolah dimana mereka menuntut ilmu. Aksara segera mencari tempat kosong untuk memarkirkan kendaraannya.

"Jingga nggak lupa bawa surat Adek 'kan?" Tanya sang tertua melihat Jingga yang baru saja menutup pintu mobil.

"Nggak, Bang. Ini Jingga bawa kok. Habis ini mau Jingga titipin ke Nathan."

Aksara hanya mengangguk menanggapi. "Ya udah Abang duluan ya, mau siapin alat alat buat upacara." Pamit remaja tampan itu sebelum melangkahkan kakinya menjauhi area parkir.

"Eh, Dek. Abang Lupa, nanti Abang ada kelas tambahan sampai sore. Kalo kelamaan nunggunya, kamu bisa pulang duluan nanti, oke?. Mau bawa mobilnya?" Aksara kembali mendekat, menyodorkan sebuah kunci mobil pada adik perempuannya.

AFKARA [END]Where stories live. Discover now