Lembar Ke Empat

3.2K 284 18
                                    

Keputusan Mutlak

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Disebuah ruangan bernuansa putih yang terletak di sebagian ruang di dalam rumah besar dan elegan. Terdapat sepasang suami istri yang sedang sama sama terduduk diam, berkutat dengan segala urusannya masing masing.

"Mas." Wanita itu mencoba membuka suara, memecah hening yang kian melanda.

"Hm?" jawab si lelaki yang tetap fokus menatap laptop dihadapannya.

Fazira, wanita itu tampak menimang nimang pertanyaan yang sedari tadi melintas di kepalanya. "Afka beneran gak ikut, Mas? Ayo, kita ajak saja. Biar kita tambah rame 'kan?"

"Kenapa?"

"Hah?" Fazira menghentikan acara melipat pakaiannya. Benar benar merasa tak mengerti maksud ucapan suaminya itu.

"Kenapa ingin mengajak dia? Kan ini liburan keluarga?"

Fazira menggeleng tak percaya, tak sadarkah suaminya itu ketika mengeluarkan kata?

Apa katanya tadi? 'Kenapa?' Ini liburan keluarga? Bukan kah dia yang suaminya maksud juga bagian penting dalam keluarga ini?

"Kenapa gimana, Mas? Adek juga anak kita, loh? Juga termasuk bagian dari keluarga kita."

Baskara mengalihkan fokus sepenuhnya pada wanita yang juga tengah menatapnya. "Besok jadwal anak itu tinggal bersama mamanya, Za."

"Ya lalu apa salahnya kalau kita mengajaknya ikut liburan bersama kita? Lagian cuma sehari 'kan, Mas. Aksa dan Devan saja kita ajak, loh?"

Lelaki itu tampak menghela napas. Berusaha sabar menghadapi sang istri yang ternyata cukup keras kepala. "Tidak bisa, Aza. Saya sudah mengatur jadwal pemberangkatan besok siang. Dan kita juga tidak bisa membawa serta Afkara yang sedang memiliki jadwal tinggal bersama mamanya,"

"... Perjanjian yang telah ditetapkan sejak awal. Sudah tidak bisa diganggu gugat."

Keputusan mutlak yang tidak bisa lagi Fazira bantah.

Mau tak mau, wanita itu hanya menghela nafas kecewa mendengar keputusan suaminya. Dirinya hanyalah seorang wanita, bukan? Seorang makmum yang harus mengikuti keputusan imam.

Keesokan paginya, semua orang di kediaman Baskara tampak sedang bersiap siap untuk menjalankan aktifitas mereka.

Seperti Fazira contohnya, yang sejak pagi pagi buta tadi telah sibuk berkutat dengan peralatan dapurnya.

"Bun, Adek berangkat sekolah dulu, ya? Ass--"

"Loh, Dek? Ga mau sarapan dulu? Masa mau langsung berangkat? Masih pagi kok ini," tanya Fazira tak langsung menerima uluran tangan anaknya itu.

AFKARA [END]Where stories live. Discover now