Lembar Ke Tiga Belas

2.9K 262 11
                                    

Menetap

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Malam mulai larut, namun dua insan dalam ruangan sunyi itu tak ada yang merasakan sedikitpun kantuk. Kedua nya sama sama meresapi segala hal yang terjadi.

Helaan napas yang cukup panjang dan berat keluar dari salah satunya, Askara. Maniknya melirik sebentar sang kakak kembar yang masih betah terdiam di atas sofa seberang dengan tatapan kosongnya.

Setelah beberapa saat, ia kembalikan fokusnya pada objek yang sebelumnya. Objek yang sedari tadi tak berhenti ia pandangi dengan segala harapan dan doa yang ia panjatkan.

Cukup lama Askara terdiam memandangi wajah pucat sang adik, lengkap dengan masker oksigen yang tetap melekat sebagai penunjang jalan pernapasan bocah kecil itu.

Mata lelah Askara tampak berbinar ketika netranya menangkap kelopak mata sang adik yang sedikit bergerak. Sontak saja, remaja delapan belas tahun itu melebarkan senyumnya. Semakin menggenggam erat jemari sang adik yang sedari tadi ia tautkan dengan jemarinya. "Adek, alhamdulillah akhirnya kamu bangun, Dek."

Aksara yang mendengarnya sontak bangkit dari duduknya, bergegas mendekati ranjang sang adik. Ikut memperhatikan pergerakan Afkara yang perlahan sadar setelah terpejam kurang lebih sepuluh jam lamanya.

"M-mas...." Lirih bungsu itu terdengar begitu parau. Bahkan jika sang kakak tidak benar benar memperhatikan, bisa saja lirih an tersebut tak dapat didengar.

"Iya Dek, Mas disini." jawab Askara cepat.

"Ab-bang,"

"Iya Adek, ini Abang.  Ada yang sakit hm?" tanya Aksara tersenyum teduh. Tangannya terangkat guna mengelus surai hitam yang sedikit lepek akibat keringat tersebut.

"Bentar, Abang panggilkan dokter dulu, ya?" ujar si sulung saat adiknya masih belum merespon apapun. Dirinya segera bergegas keluar ruangan.

Askara yang melihat sang kakak berlari terburu buru hanya menggelengkan kepalanya, tangannya terangkat guna menekan tombol emergency yang berada tepat di sebelah ranjang sang adik. "Terus gunanya nih tombol ada disini apaan coba, dasar. Abang mu tuh, Dek." cibir Aska terlampau hapal tingkah laku si sulung ketika panik.

Afkara yang mendengar hanya mengerjap, terkekeh kecil melihat kekonyolan di depannya. "Ab-bangnya Mas juga,"

"Ahaha, sayangnya sih, iya." kekeh Askara sembari menyingkirkan beberapa helai rambut yang terlihat menghalangi mata si bungsu.

Selang beberapa menit, seorang dokter masuk ke dalam bangsal Afkara, diikuti seorang perawat dan juga Aksara dibelakangnya.

"Mau diganti masker oksigennya dengan nasal canula?" tanya dokter muda tersebut menatap pasien kecil yang mungkin akan menjadi pasien tetap nya dari sekarang.

AFKARA [END]Where stories live. Discover now