Lembar Ke Lima

3K 265 14
                                    

Maaf Abang, Mas...

᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


᯽•••᯽ AFKARA ᯽•••᯽

Setelah keputusannya sore tadi, di sinilah Afkara berada. Di sebuah kamar yang terlihat tenang dan sunyi dengan cahaya lampu remang remang yang memang disengaja kan oleh sang pelaku.

Dengan pandangan lurus ke depan,  menatap kosong langit langit kamar. Remaja itu tetap diam terlentang.

Menikmati segala rasa resah yang hinggap di kepala.

Mungkin raganya memang di sana. Namun tidak ada yang tau dengan pikirannya, yang terus menerus teringat akan penolakan yang ia dapat.

Lamunannya terbuyar tatkala terdengar suara notifikasi ponsel dari sebuah benda pipih di atas nakas.

"Halo, Bang?"

"Kamu ada dimana, Dek? Kok belum sampai juga? Ini sudah malam, loh. Abang juga sudah ada di rumah. Jingga sama papa juga nyariin kamu." Suara Aksara terdengar di seberang sana.

"Dek?"

"Eh iya, Bang? Aduh, maaf, ya? Adek lupa bilang, kalau hari ini Adek nginep di rumah daddy. Mungkin sampai beberapa hari ke depan?" Tentu saja, Afkara berbohong.

"Loh? Kenapa?" Nada suara Aksara tampak terkejut mendengarnya.

"Hehe, nda papa. Adek cuma lagi kangen sama Daddy, Mas, sama Bunda, sama Kak devan juga. Jadi masih pengen di sini. Gapapa 'kan Abang?" Afkara menggigit bibir bawahnya kuat. Percayalah, dirinya sama sekali tak ada niat untuk membohongi abangnya itu.

"Bener?"

"Iya, beneran Abang. Nda papa?"

"Oke, ya udah kalo gitu. Yang penting adeknya Abang baik baik aja, seneng terus, happy. Its oke, Abang fine."

"Beneran Abang??"

"Iya bener, Dek. Have Fun ya, kamu? Jangan lupa sering sering kabari Abang."              
Afkara mendengus kecil, "Masih ketemu di sekul Abang, ish."

"Ahaha iya iya. Ya udah, kalo gitu Abang tutup dulu teleponnya, ya?"

"Iya, hus hus." Terdengar kekehan kecil dari Aksara saat Afkara melemparkan suara menyebalkannya.

"Jangan lupa mandi, makan, ja--"

"Iya, sudah, kok. Abang bawel mah."

"Astaga ahaha, iya iya nggak. Nggak bawel Abang, 'kan adeknya Abang pinter. Ya udah, ya? Assalamu'alaikum."

"Nyeh, tadi datang ga ngucap salam. Tapi gapapa, waalaikumsalam Abang. Makasih, sayang abang sekebon binatang." Si kecil itu terkikik kecil.

"Jahat bener kamu. Tapi iya, kan adek Abang monyet. Jadi sayang juga banyk banyak."

AFKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang