Sadar

1.5K 66 10
                                    

"Sudah dapat kabar?" Tanya Mara kepada suaminya.

Leon hanya menghembuskan nafas panjang. "Bersabarlah, anak buahku sedang mencarinya." Ucapnya sambil mengelus rambut Mara.

"Hiks... Aku takut, kalau Kayla celaka bagaimana?" Isaknya.

"Shutt, jangan bicara yang enggak-enggak. Sekarang kita cuma bisa berdoa, semoga Kayla baik-baik saja. Kau lihat? Putramu masih bisa bertahan, itu artinya Kayla baik-baik saja." Leon memeluk Mara erat.

Entah keajaiban darimana, Vano masih bisa bertahan berkat tekadnya yang kuat untuk menyelamatkan istrinya.

Di tempat lain...

Seseorang berdiri dengan berkacak pinggang menghadap orang yang pingsan di depannya.

"Siapa?" Ucapnya dingin nan berat. Pelan namun penuh amarah.

Beberapa orang yang di belakangnya berdiri dengan kaki gemetaran. Peluh keringat membasahi dahinya.

"S-saya t-tuan." Seseorang melangkah maju sambil menelan ludah dengan susah payah.

Orang itu berbalik menghadapnya.

"Kenapa?" Ucapnya lagi dengan bersedekap dada.

"D-dia tidak bisa diam dan terus s-saja mena- AAAKHHHH!!!" Teriaknya tiba-tiba.

Ternyata orang yang disebut tuannya ini, menusuk perutnya dengan pisau kecil namun tajam.

Orang lain yang berada di belakangnya menatapnya ketakutan. Takut, nyawa mereka akan berakhir di sini.

"Aku hanya menyuruhmu untuk membawanya, bukan melukainya bajingan!" Murkanya dengan mata penuh amarah.

"S-saya m-minta ma-af tuan!" Ucapnya terbata-bata sambil memohon pengampunan.

"Aku benci orang yang tidak mematuhi perintah. Kau tau hukumanmu apa?" Tatapnya tajam.

"Bawa dia!" Orang itu mencabut pisaunya, dan menyuruh anak buahnya membawanya.

Saat dibawa, orang itu meraung-raung meminta pengampunan. Dia tau, akan dibawa kemana. Tempat dimana ajalnya datang.

Orang itu berbalik lagi kebelakang. Dia duduk berjongkok. Setitik air matanya turun, matanya begitu perih melihat sosok yang disayanginya terluka.

"Maaf." Hanya kata itu yang bisa dia ucapkan.

......

5 bulan kemudian...

Mara masih setia duduk di samping putranya, sambil selalu berharap dia akan membuka matanya.
Selama berbulan-bulan tidak ada perkembangan terhadap Elvano.

Sejak hari itu, Mara seperti kehilangan separuh raganya. Tubuhnya yang semakin kurus, matanya sembab karena selalu menangis.

Berharap putranya akan sadar, dan Kayla segera ditemukan. Begitu pertama kali mendengar kabar Elvano tertembak dan Kayla hilang. Dirinya sangat terpukul, entah ujian apa lagi kali ini yang harus dihadapinya.

Mara hampir saja depresi, kalau tidak ada Leon yang mendampinginya saat itu.
Dia tidak menyalahkan siapapun atas kejadian itu, ini memang takdir yang telah ditetapkan.

"Ayo makan dulu." Ajak Leon sambil membuka pintu.

Mara hanya menggeleng. Perutnya tidak lapar, dia ingin di sini. Menunggu putranya sadar entah kapan hari itu akan tiba.

"Kalau gini terus, malah kamu ikutan sakit. Nanti siapa yang jaga Vano hm?" Bujuk Leon.

Mara pun akhirnya mengangguk. Leon tersenyum simpul, dia mengajak Mara duduk di sofa. Sambil menyuapi istrinya makan.

My Spoiled Boss (21+) [Slow Update]Where stories live. Discover now