Di Jual?

6K 150 0
                                    

El mengendarai motornya dengan kebut-kebutan, tak memperdulikan umpatan dari pengendara lain.
Dia kesal pada dirinya, kenapa tadi ia menolong Kayla. Harusnya ia biarkan saja dia diperkosa preman-preman itu.

Tapi entah mengapa tubuhnya bertentangan dengan hatinya.
Saat mendengar nama Kayla, entah kenapa hatinya seperti tertusuk duri.
Ia seperti tidak asing dengan nama itu, tapi dimana? Entahlah El tak mengingatnya.

El sampai di mansionnya. Buka miliknya, namun milik kedua orang tuanya, kalau ada masalah biasanya El akan datang kemari. Karena biasanya ia tinggal di apartemen miliknya.

El memasuki mansion itu, terlihat bundanya sedang duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir teh.

"Eh Vano, tumben kamu ke sini." Bundanya terkejut melihat kedatangan putranya.

Clarissa Tamara Jeremy adalah bunda El, orangnya cantik seperti namanya. Pantas saja ayahnya sangat tergila-gila padanya.

Ketika di rumah, El di panggil Vano. Selain kedua orangtuanya, tidak boleh ada yang menyebutnya dengan nama Vano.
Mungkin Vano hanya untuk orang-orang spesialnya.

"Bunda..." El memeluk bundanya.

Mara tak terkejut dengan sikap putranya, ketika di rumah, ia hanya akan menunjukkan sikap manjanya kepadanya seorang.
Ketik ada ayahnya, El malah memanas manasi ayahnya, pernah suatu ketika El dengan sengaja mencium pipi bundanya di hadapan ayahnya.

Karena terbakar api cemburu, ayahnya malah mengajak El untuk duet di ring.
Tentu saja dengan hasil seri, karena El maupun ayahnya sama-sama petarung yang handal.

"Vano kok ke sini? Ada masalah hm?"
Mara mengelus rambut putranya.

Vano malah menggelengkan kepalanya.
"Cuma kangen sama bunda."

Mara malah tekekeh kecil. Jika di luar saja sifatnya seperti es batu, persis seperti suaminya.
Kalau di rumah, yang ada sikapnya seperti kucing, lembut dan manja.

"Assalamualaikum, sayang...." Ayahnya El. Leonardo William Jeremy, baru pulang sehabis dari kantor miliknya.

Ia mendelik, ketika melihat putranya memeluk istrinya.
Dengan kesal dia berjalan ke arah sofa.

"Heh! Lo ngapain peluk peluk istri gue hah?!" Leon memelototkan matanya.
Mara hanya memutar bola matanya malas, ia sudah memprediksi akan terjadi sesuatu setelah ini.

Sedangkan El, dia malah menjulurkan lidahnya ke ayahnya.
Leon naik pitam, ia segera saja menyeret kaki putranya sampai-sampai dia terjatuh di lantai.

"Akhh... Sakit bunda, tuh orang main tarik-tarik aja." El mengusap bokongnya yang terasa sakit.

"Heh, kamu ngapain sih? Liat nih anak aku jatuh. Untung tulang belakangnya nggak patah." Ucap Mara membela anaknya.

El tersenyum puas. "Bela terus, awas aja lo." Leon mengepalkan tangannya ke arah El, lalu meninggalkan mereka berdua dan pergi ke kamar.

"Mana yang sakit sayang?" Mara menatap anaknya khawatir.

"Bokong Vano sakit bunda..." El memajukan bibirnya cemberut.

"Utututu, sakit ya. Tenang aja nanti bunda hukum tuh ayah kamu." El tersenyum senang, bundanya memang selalu bisa diandalkan.

"Sayang bunda banyak-banyak." El memeluk bundanya.

Mereka tidak tahu saja, Leon menatap tajam mereka berdua.
Dia menghentakkan kakinya kesal, musuh terbesarnya adalah anaknya sendiri.

Dia bersumpah akan membalas putranya suatu hari nanti.
Leon masuk ke kamarnya dengan perasaan dongkol.

.......

My Spoiled Boss (21+) [Slow Update]Where stories live. Discover now