-41. KEDATANGAN TAMU MERAH

61 3 0
                                    

Setelah kejadian tadi malam, nara dan raga sekarang sudah berbaikan. Nara yg sedang sibuk di dapur menyiapkan makanan untuk raga, tak lupa juga ia nenghangatkan ayam bakar yg semalam ia beli untuk raga. tapi sepertinya raga tidak memakannya jadi ia goreng saja lagi, toh belum basi juga kan masih bisa di makan.

Hari ini nara memberanikan diri untuk memasak nasi goreng lagi, ia berdoa agar nasi goreng buatannya kali ini akan enak dan tidak asin seperti waktu itu. nara juga berharap raga akan suka dengan nasi goreng buatannya, perlahan pun nara mulai bisa menerima takdirnya yg sudah menjadi seorang istri dari alvaraga willyam.

Karena nasihat yg kemarin malam di berikan bundannya, ia sedikit mengerti tentang harus menerima dan jangan menyesali apapun yg sudah terjadi dalam hidupnya. walaupun tak sepenuhnya nara bisa menerima takdirnya tapi nara akan lebih belajar lagi.

Nara yg sedang sibuk membolak balikan nasi goreng itu di wajan sedikit kaget melihat ada tangan kekar yg melingkar pada pinggangnya. nara dengan cepat menoleh dan ternyata raga adalah pelukanya.

"Ngagetin gua aja lu" ketus nara dan fokus lagi pada nasi goreng yg ada di wajan. Akhir-akhir ini nara sedikit heran dengan perubahan sikap raga, ia kadang bersikap dingin, romantis, tidak protes, penurut dan manja seperti kemarin malam sampai menangis sesegukan.

"ra" panggil raga yg masih setia memeluk nara dan menaruh dagunya di pundak nara. nara membalas dengan deheman saja kerena ia sedang mencicipi nasi goreng yg baru saja di buat olehnya.

"gua minta maaf" ucap raga dengan hati-hati. raga meminta maaf karena kemarin malam ia tidak sempat meminta maaf kepada nara dan sejujurnya ia benar-benar malu karena hal semalam.

"Iya udah gua maafin, gih duduk di meja makan. gua mau ambil piring dulu" titah nara yg di angguki cepat oleh raga. raga diam di meja makan sambil memandangi nara yg masih sibuk menaruh nasi goreng itu ke atas piring.

Sebenarnya raga masih merasa malu dengan kejadian semalam tapi perutnya sekarang benar-benar sakit akibat kemarin tidak memakan apapun selain paginya ia memakan roti.

Tak lama nara membawa nampan di tangannya, ia meletakan 2 piring di meja makan, 2 piring itu yg berisi nasi goreng yg sudah selesai di buatnya dan tak lupa juga nara membawa 2 gelas air putih.

"Makan ga, jangan di liatin terus. cobain dulu aja, kalo emang enak yaudah makan, tapi kalo misalkan gak enak gak usah di makan. biar gua beliin yg lain aja di luar" ucap nara yg melihat raga masih diam.

"Iya" jawab raga. raga mengambil sesendok nasi dan memakannya. Setelah menguyah yg tadi raga langsung menyuapkan sesendok nasi itu lagi kemulutnya, begitu pun dengan nara.

Nara yg senang karena melihat raga memakan nasi goreng buatannya dengan lahap, yes berhasil. nara bangga karena kali ini nasi gorengnya tidak gagal dan lain kali ia akan memasak yg lain lagi sambil belajar sedikit-sedikit.

"Lu jangan kasih tau siapa-siapa ya tentang semalem" kata raga di sela-sela makannya. bisa malu tingkat dewa raga kalo sampai ada yg tau soal hal semalam selain nara.

Uhuk... uhuk... nara yg sedang enak makan pun langsung tersedak, karena dari perkataan raga ia langsung mengingat kejadian semalam. setelah nara meminum air putih yg tadi ia bawa sekarang nara tertawa terbahak-bahak.

Sedangkan raga hanya menatap nara yg sedang tertawa dengan tatapan julid. Nara mengatur nafasnya agar tidak tertawa lagi, ia merasa kasian kepada raga yg memasang wajah merajuk.

"Sumpah ga semalam yg gua liat tuh bukan lu yg nangis tapi anak kecil, walaupun cuman sekilas tapi mukanya jelas banget" ucap nara dengan jujur.

"Trus lu ngira gua manusia jadi-jadian gitu?" tanya raga dengan malas.

"Ya gak gitu juga dong ga, tapi menurut gua anak kecil itu lucu gua suka" balas nara dengan trus memandangi wajah anak itu di dalam pikirannya.

"Ck daripada lu ngehaluin si anak kecil itu, mending ambilin nasi lagi ni buat gua" raga berdecak kesal sambil memberikan piring yg ternyata sudah kosong.

Nara mengendus kesal dan senang juga karena ia tidak sia-sia membuatkan raga nasi goreng dan untungnya raga ingin menambah lagi. "Kalo lu suka anak kecil kenapa gak langsung punya aja?" tanya raga jahil yg menoleh ke arah nara.

"Dih itu mah lu yg mau" oceh nara yg masih berada di dapur. raga tiba-tiba melihat ke arah nara dengan mengerutkan dahinya, ia lalu bertanya kepada dirinya sendiri, apaan tuh?.

Nara kembali dengan sepiring nasi goreng yg di bawanya dan segera menyondorkan piring itu kepada raga. Baru saja ia akan duduk tapi tangannya di tarik oleh raga. "ra lu gpp?" tanya raga dengan wajah serius.

Nara bingung dengan pertanyaan yg di lontarkan oleh raga, lah emang dirinya kenapa? apa dia tidak bisa lihat nara sedang baik-baik saja?. "Hah?" beo nara yg tidak mengerti apa yg di maksud raga.

"Celana lu berdarah" jawab raga. Tadi saat nara di dapur membelakanginya, ia melihat celana yg di pakai nara terdapat noda darah. Tadinya ia kira itu apa tapi setelah di perjelas lagi itu adalah darah.

Nara membulatkan kedua matanya dan melihat sedikit kebelakang, dan benar saja celananya terdapat noda darah. Ia benar-benar tidak sadar pada celananya yg sedikit basah karena noda darah, nara dengan cepat berlari ke dalam kamar mandi dan menguncinya.

Raga yg khawatir dengan keadaan nara pun mengikutinya sampai depan pintu kamar mandi. ia mengetuk-mengetuk pintu kamar mandi itu dengan keras. "ra lu gpp kan? ra jawab gua!" teriak raga yg tidak mendapatkan jawaban dari dalam. Ia berjalan ke kanan dan ke kiri menunggu nara keluar, apa yg sebenarnya terjadi di dalam? ia merasa khawatir pada nara saat ini.

Tak lama nara mengeluarkan sedikit kepalanya di pintu, raga yg melihat itu pun segera mendekat ke arah nara. "ra lu gpp kan?" tanya raga ia merasa sedikit lega karena melihat nara yg baik-baik saja.

Nara mengangguk cepat. "iya gua gpp, ternyata hari ini gua datang bulan" ucap nara yg sadar kalo hari ini adalah tanggal ia akan mendapatkan tamu. raga menghela nafasnya lega setelah mendengar jawaban dari nara.

"Emm ga, gua boleh minta tolong gak?" tanya nara dengan ragu-ragu takut raga tidak mau menolongnya tapi siapa sangka raga menganggukan kepalanya dengan cepat.

"Ambilin pembalut gua di kamar"

***

Paypay:)

ALVARAGA II PERJODOHANOù les histoires vivent. Découvrez maintenant