extra chapter: the things haura never got, she got now.
cw: a little bit dirty talk.
***
Seminggu setelah menikah, Haura tinggal sementara di rumah Mamanya Javier. Beliau bilang karena rumah dan semua isian perabotannya harus selesai dirapikan. Jadi Haura hanya tinggal menempatinya saja tanpa repot membereskan. Javier, laki-laki itu masih berada di kantor walaupun sudah mengambil jatah cuti satu bulan untuk honeymoon, tetap saja ia harus hadir karena ada rapat pemegang saham.
Haura sibuk merangkai bunga di taman belakang rumah, sedangkan Mama punya hobi baru. Beliau sibuk merajut dengan benang wol. Sesekali Haura menengok dan tersenyum, melihat ibu mertuanya begitu lihai merajut hanya dengan satu kali tutorial yang ia tonton di youtube.
Setelah merangkai bunga itu, Haura menghampiri Mama dan memperhatikannya seksama.
"Mama gak laper atau haus? Fokus banget merajutnya." Tanya Haura.
"Mama lagi seneng merajut begini, Hau. Aduh kalo udah punya cucu nanti Mama yang rajut selimutnya dari wol ya. Bukan selimut aja sih, Mama buatin boneka handmade!" Ucapnya antusias.
Haura tersenyum mendengar itu, "Boleh banget, Ma. Handmade asli dari neneknya."
"Iya dong~" Balas Mama.
"Tapi Hau, Mama gak akan memburu-buru kamu sama Javier untuk punya anak kok. Mama ngerti kalo kalian mau pacaran dulu. Javier bilang gitu sama Mama."
Haura mengangguk mengerti. Javier berarti sudah memberitahu Mamanya tentang ini. Haura masih ingin belajar menjadi orang tua. Terlalu dini kalau tiba-tiba sudah punya anak.
"I'M HOME~"
Suara Javier menggema ke seluruh ruangan, membuat Mama terkejut. Tidak dengan Haura yang sudah terbiasa dengan itu. Javier kemudian menghampiri kedua perempuan paling berharga di hidupnya.
"Hai, Ma. Masib merajut?" Javier menyalami sang Mama lalu mencium kedua pipi beliau.
"Iya dong, ditemenin sama anak Mama yang cantik." Javier mendecih sebal, Haura sekarang sudah mengambil alih posisi Javier.
Laki-laki itu juga menghampiri istrinya, mencium kening, mata, hidung, bibir, pokoknya seluruh wajah Haura. Seperti tidak mau terlewatkan satu pun.
"Aduh udah dong, ada Mama.." Haura mencoba menghentikan perlakuan Javier.
Javier cemberut, "Gak suka yah aku cium-cium gitu?"
"Mulai deh manjanya. Sana ajak Haura main keluar. Kamu ini, udah ngambil cuti juga tetep aja kerja." Ucap Mama.
"Kan tadi tiba-tiba ada rapat dadakan. Papa juga gak mau hadir tuh, malah beresin mobil jeleknya di bengkel." Balas Javier sedikit menggerutu.
"Ya udah iya, sana ajak Haura keluar. Kasian nungguin kamu dari tadi."
"Iya iya, Ma. Emang kamu mau kemana?" Tanya Javier.
Haura menggeleng, "Aku gak tahu mau kemana. Jalan-jalan aja nyari kue pancong yuk. Lagi pengen yang manis."
"Boleh sayang, ayo."
Keduanya berpamitan pada Mama, Haura juga bosan di rumah seharian dia merangkai bunga menunggu Javier yang semingguan ini tiba-tiba harus ke kantor padahal masa cuti.
"Kita honeymoon jadinya minggu depan, gak apa-apa sayang?" Tanya Javier, laki-laki itu memasangkan sabuk pengaman pada Haura.
"Gak apa-apa kok, kan kamu juga waktu luangnya mulai minggu depan."
Javier tiba-tiba mengecup bibir Haura, "Makasih udah ngerti sayangku."
"Wow tiba-tiba banget cium aku."
Javier terkekeh, "sumpah, aku masih aneh denger kamu atau kita kali ya. Ngomong pake aku-kamu. Kita ini enemy to lover kah?"
"AH MALAH DIINGETIN LO. GUE KAN JADI GELI SENDIRI!"
"HAHAHAHAHAHA. APAAN SIH, LANGSUNG PAKE LO-GUE."
"Gila dasar cowok gila."
"Suami sendiri lo katain gila, parah banget. Gue bilangin Mama loh."
"Bilangin aja, yang dibela pasti gue bukan lo. Wle!" Haura meledeknya.
Kehangatan yang tidak pernah Haura dapatkan ketika kecil, sekarang Haura bisa merasakan itu. Haura berjanji akan membangun keluarga yang penuh kasih sayang. Memutus rantai yang membelitnya selama ini, cukup sampai Haura saja. Anak-anak kelak nanti jangan sampai merasakan itu.
Karena Haura tahu, lukanya akan selalu membekas meskipun waktu sudah lama berjalan. Apapun kenangannya, entah memori baik atau buruk, Haura akan terus mengingat itu.
Menjalaninya setengah mati dan hampir menyerah, Haura tidak ingin merasakan itu pada anaknya nanti.
Javier memperhatikan istrinya yang melamun itu, kemudian mengelus kepalanya pelan. "Hei, lagi mikirin apa kamu?"
Haura mendongak sedikit pada suaminya. "Ah, enggak aku cuma kepikiran aja, do i deserve this kind of love?"
"Deserve. You deserve it, Honey."
Kemudian Javier memeluknya dengan erat, ia tahu apa yang dirasakan istrinya ini. Javier sangat mengerti kenapa Haura bicara seperti itu. Ia juga sudah berjanji akan selalu menjadi tumpuan untuk Haura. Banyak hal pait yang sudah dilalui Haura, Javier akan selalu menjadi bagian yang paling manis di hidupnya.
"Ah!" Haura terkejut ketika Javier tiba-tiba membopongnya.
"Kayaknya aku kurang sesuatu dari kamu deh." Ucap Javier, Haura bingung.
"Apa?" Tanya Haura.
"Kita gak usah jadi keluar aja ya?"
Haura semakin bingung dengan Javier, "Kok gitu? Kenapa Javi? Kamu udah gak mood ya?"
"Bukan, bukan itu. Aku kangen deh sama kamu."
"Apa sih ngomong yang jelas coba." Haura cemberut, karena lelaki itu tidak to the point apa maksudnya.
Javier berjalan ke dalam rumahnya, menaiki tangga dan menuju kamar laki-laki itu. Haura inginnya positif thinking tapi tidak bisa sama sekali, apalagi ketika Javier tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya ke kasur.
"HEH? KITA MAU NGAPAIN SIH?" Suara Haura kian meninggi ketika Javier berada di atasnya.
"Dari habis nikah, aku sibuk terus ya. Aku kangen deh. Sayang, sekali ya? I have a condom." Javier kemudian mengeluarkan benda itu dari saku.
"JAVIERRRRRR."
***
a/n:
ngapain tuh pasutri baru 👀
guys, kalo mau baca yang eksplisit nya ada di karyakarsa ya, linknya ada di bio aku! happy reading, soon aku lanjutin yang sam dan sonya ya❤️🤞🏻
YOU ARE READING
Earned It ; Jake Shim ✔️ (On Revision)
Teen Fiction[end] ❝loving people who don't even love themselves.❞ ©2022, asaheerin.༉‧₊˚✧ Warn: 18+, harsh words, talk about mental illness All pictures credit by, Pinterest
