38. Sea

3 6 0
                                    

"Ada kalanya Senja menghilang, ketika fajar datang. Senja itu akan pergi. Mereka berputar saling bergiliran untum mengisi keindahan semesta ini."

♡♡♡

Setelah ia membersihkan darah itu, dia melihat dirinya ke cermin.

"Gue mohon jangan sekarang. Biarkan gue membuat Malta bahagia dulu" batin Vano menyemangati dirinya untuk tidak lemas kembali.

Setelah ia rasa ia sudah lebih baik, ia keluar dari kamar dan menghampiri Malta yang sudah bersiap di bawah.

"Yuk" ucap Vano menggandeng tangan Malta

Setelah berjalan sebentar, kini kaki mereka telah menginjak dataran pasir pantai putih yang sangat lembut. Malta langsung melepas genggaman tangan itu dan berlari menghampiri ke tepian pantai dan bermain air laut serta cebur-ceburan.

Vano tersenyum lebar melihat Malta sangat kegirangan disana. Malta mengibaskan air laut dengan tangannya menuju wajah tampan Vano. Merasa tak mau kalah, dia pun ikut menciprati Malta dengan air laut.

Setelah itu, mereka berjalan menyusuri tepi pantai dengan bergandengan dan mengobrol bersama. Menceritakan hal-hal terindah yang pernah terjadi di kehidupan mereka. Hal yang paling berharga di hidup mereka.

Vano senang, akhirnya dia bisa mengajak orang yang paling dia sayang ke tempat dimana ia dilahirkan. Setelah cape berjalan mereka duduk bersampingan diatas pasir pantai sambil menikmati keindahan laut bersama.

"Makasih yaa, udah ajak aku ke sini" ucap Malta tersenyum

"Sama-sama. Gimana? Happy?" Tanya Vano

"Happy Fun. Oh ya, foto! Kita belum foto!, bentar aku cari orang dulu buat motoin kita" ucap Malta berdiri dan mencari orang.

Tak lama kemudian, orang lewat datang dan membantu memotokan mereka berdua.

"Kak, asal jepret ajaa ya, 123 gitu terus" ucap Malta

Mereka bergaya berpasangan dibalik pemandang air laut yang sangat indah. Kakak itu langsung menjepret-jepret.

Setelah itu, Malta mengambil ponselnya kembali dan melihat hasilnya. Orang itu pergi kembali.

"Selfi juga?" Tanya Vano

"Iyaa dong" kekeh Malta

Mereka juga selfi bersama beberapa kali. Lalu, kembali duduk di atas pasir. Sambil melihat hasil-hasil dari fotonya.

"Wah bagus banget jadinya, kakaknya profesional banget motoinnya" tukas Malta

"Iyaa" jawab Vano

"Aku send in ke kamu yaa" ucap Malta

Vano jadi terbengong. Untuk apa? Foto-foto dan kenangan semua itu tidak akan ia bawa bila ia telah pergi.

"Hey Van! Kok bengong?" Tanya Malta

"Eh iya-iyaa" ucap Vano

Malta lalu mengirimkan semuanya ke Vano.

"Habis ini senja Mal" ucap Vano

"Wuyh jadi ga sabar" tukas Malta bersiap

Senja pun datang, matahari terlihat hampir terbenam. Tak lupa, Malta memvideokan pemandangan indah itu.

"Ada kalanya Senja menghilang, ketika fajar datang. Senja itu akan pergi. Mereka berputar saling bergiliran untum mengisi keindahan semesta ini." Ucap Vano dengan capsion yang muncul otodidak dari otaknya.

"Senja memang akan pergi, tapi apakah kamu juga akan pergi sama seperti senja?" Tanya Malta menoleh menatap Vano

Vano hanya melirik sekilas lalu memandang lurus kembali ke arah senja.

"Gatau. Ga akan ada yang tau dengan jalannya takdir. Semesta terkadang menyatukan, kadang juga memisahkan" ucap Vano

"Tapi kamu jangan pergi seperti Senja. Ya?" Pinta Malta

Melihat tatapan Malta yang sungguh mengharapkan kehadirannya selalu ada disisinya, ia hanya tersenyum dan mengangguk.

"Iyaa," jawab Vano

Malam pun datang, setelah mandi. Mereka lanjut bbq an di depan halaman teras rumah Vano. Memanggang daging sapi dan dibalut dengan daun selada yang sangat renyah dan enak. Membuat perut menjadi kenyang kembali.

Ponsel Vano berdering tanda ada chat masuk. Chat itu dari mamanya. Mengingatkan jadwal kontrolnya. Vano langsung mematikan ponselnya dan memasukkannya kembali ke saku celana.

Tiba-tiba Malta yang berkata.

"Van, mama kamu nyariin nih" ucap Malta sembari menunjukkan chat dari Mia

"Gausah dijawab, matikan saja hp kamu. Nanti kita juga pulang kok habis ini" ucap Vano

"Ehm yaudah kalau gitu" Malta langsung mematikan hp nya juga dan meletakannya kembali di meja.

Mereka kembali menyantap hidangan malam itu bersama.

♡♡♡

Senin pun tiba. Mereka telah kembali pulang ke rumahnya masing-masing. Mia sudah stand by di sofa ruang tengah menunggu kedatangan Vano.

Vano telah sampai dan masuk ke dalam. Dia hendak minum air di ruang makan, tapi di cegah oleh Mia.

"Darimana aja kamu? Pergi ga ngabarin. Udah ga dateng kontrol, malah ngelayap terus. Kamu pengen sembuh ga sih?" Tanya Mia

Vano malas berdebat. Dia hanya diam sembari meminum air putih dalam gelas.

"Jawab!" Tegas Mia sekali lagi

"Mah, Vano gamau debat ya. Vano pergi bukan hanya pergi. Vano pergi untuk menuruti keinginan dari kalian. Vano udah restuin kalian untuk menikah. Vano juga harus bahagiain Malta dulu setidaknya sebelum Vano pergi. Oh ya, kontrol?? Tidak usah pake gitu-gituan, toh nantinya Vano juga akan pergi" ucap Vano menyepelekan

"Kamu kok ngomong gitu sih? Mana semangat kamu untuk bertahan hidup?" Tanya Mia

"Mama inget? Omongan aku sehabis aku jatuh dari tangga. Semua ini ada kaitannya mah, setelah aku pulang dari camping. Aku dan Danil mendapat kutukan darisana. Kutukan setelah melewati gerbang. Malapetaka terus menghampiri kita berdua setelahnya. Dan ini, salah satunya. Malapetaka yang berujung kematian. Bukan hanya aku saja yang akan pergi. Danil juga sama mengalaminya. Tapi memang tidak dengan kanker. Tapi dia juga akan mati mah" ucap Vano menjelaskan semuanya

Mia terkejut mendengarnya. Entah mau percaya atau tidak. Dia juga bingung.



♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

SAHTA GATE Lovers!💗

Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

Looks normal but terrible 🐾🌹

SAHTA GATEWhere stories live. Discover now