20. Rain

5 7 0
                                    

"Hujan adalah saksinya. Saksi dimana kamu mengungkapkan semuanya. Membalas perasaanku dengan perasaan yang sama"


♡♡♡

"Gue lebih sayang Danil kebanding diri lo" tukas Vano

"Yaudah pacaran aja sana sama Danil, gue ga butuh payung lo! Biarin gue kena hujan. Lo juga ga peduli kan sama gue? Lo ga pernah dengerin apa yang mau gue omongin. Lo ga pernah percaya sama gue" tukas Malta langsung menjatuhkan payung yang dipegang Vano hingga membuat Vano juga basah terkena hujan

Vano terkejut dengan sentakan tangan itu. Malta benar-benar sudah tidak terkontrol emosinya. Bahkan apa yang tidak ingin dia katakan, terkatakan saat itu juga.

Tetesan air mata Malta terkalahkan oleh derasnya hujan. Tatapan mata Malta yang sangat lekat dan penuh kekecewaan ada dan tengah menatap lekat cowok yang ada di depannya ini.

"Asal lo tahu, gue juga punya perasaan yang sama dengan lo Van. Kali pertama gue datang ke sekolah ini, lo telah mengubah kehidupan gue. Saat lo bermain basket sama Danil kala itu, gue udah mulai suka sama lo. Dan lo tau, alasan gue nolak Danil malam itu, karena gue sayang sama lo. Gue juga suka sama lo. Gue cinta sama lo. Bukan Danil. Hanya saja gue masih belum bisa bedain mana rasa sayang yang beneran mana yang palsu. Dan karena tingkah lo daritadi, lo bikin gue paham kalau gue juga suka sama lo. Gue emang cewek murahan yang gampang mau nya sama tawaran cowok. Tapi semua itu palsu." Lanjut Malta menegaskannya

Vano masih berdiri terdiam sambil menghadap ke arah Malta.

Malta menangis malam itu. Tangisnya kalah dengan hujan. Karena hujan, dia tidak terlihat seperti menangis. Tapi Vano tau kalau Malta tengah menangis. Meneteskan air yang keluar dari matanya.

"Tapi, gue rasa juga udah percuma. Lo udah kecewa sama gue" ucap Malta

Vano tiba-tiba langsung menarik tangan Malta dan memeluknya erat.
Membuat Malta terkejut dengan sikap Vano yang sulit ditebak.

"Maaf, udah buat lo nangis. Maaf, gue udah bentak lo. Gue udah cape aja buat ngejar kepastian dari lo. Makanya gue terlalu terbawa emosi. Maafin gue ya Mal" ucap Vano lirih dan syahdu membuat tangis Malta makin pecah

Tangan Malta langsung memeluk tubuh Vano juga. Dia menangis di dada Vano. Kedua tangan Vano mengusap tangis yang menetes di pipi Malta.

"Udah ya, jangan nangis lagi. Maafin gue." Ucap Vano seraya mengusap tangis itu

Malta tersenyum lalu terkekeh.

"Ahh, jadi bawang kan" kekeh Malta

Vano tersenyum juga.

"Makasih ya udah mau jawab perasaan gue dengan perasaan yang sama. Makasih juga udah sabar nanggepin sikap gue yang ga jelas ini. Sekarang semuanya tergantung dengan lo" ucap Vano

Malta memukul tangan Vano. Lalu tersenyum dan tertawa kecil dan menahan malu.

"Ini beneran gaada yang lihat kan?" Tanya Malta sambil menoleh bolak balik ke halaman teras rumah Vano yang sungguh sepi

"Iyaa cuman ada kita berdua." Jawab Vano

Malta mengangguk lalu tersenyum manis menatap Vano.

"And the last my ask. Jadi, kita pacaran kan?" Tanya Vano

"Kapan lo nembak gue?" Tanya Malta

"Eh belum ya, yaudah gue ulang. Mal, maukah lo jadi pacar gue?" Tanya Vano menembaknya sambil memegang erat kedua tangan Malta

Malta tersenyum dan mengangguk.

"Iyaa, gue mau. Gue janji setelah ini gue gaakan kembali ke sana. Dan kalaupun lo nemuin hal itu, tandanya gue dijebak. Tapi lo harus janji juga. Tangan ini, ga akan menghantam Danil dan siapapun. Kecuali kalau emang mau nolongin gue dari sesuatu yang jahat" ucap Malta

"Iyaa" ucap Vano mengangguk

Hujan pun berhenti.

"Gue langsung anterin lo pulang ya? Nanti lo malah sakit karena tadi kehujanan" ucap Vano

"Iyaa" ucap Malta mengangguk

Vano kembali ke dalam rumahnya, mengambil kunci mobil dan jaket.
Lalu ia keluar lagi dan membalutkan jaket itu ke tubuh Malta. Tak lupa dia juga memakai jaket karena dia juga kehujanan saat itu.

"Eh, payungnya?" Tanya Malta sambil menunjuk ke arah teras

"Udah biarin aja, nanti juga gue balikin setelah ini" tukas Vano

Mereka berdua masuk ke mobil, dan Vano mulai melajukannya. Di tengah perjalanan, Malta bertanya.

"Emm, untuk nanti yang tanya siapa pacar gue, gue jawabi apa?" Tanya Malta bingung

"Jujur aja gapapa, biar ga nambahin rumor lo juga. Kalau perlu sekalian foto kita waktu birthday mama tunjukin aja sekalian" ucap Vano tersenyum

Malta mengangguk paham.

"Tapi, gausah di publis untuk sementara karena masalah itu. Takutnya kalau Danil, masih ga terima dengan semua ini" ucap Vano

"Gue tunggu setelah lo yang awalin" Ucap Malta

Vano mengangguk. Dia kembali fokus ke jalanan.

Hingga akhirnya sampai juga di rumah Malta. Malta hendak mengembalikan jaket itu, tapk dicegah Vano.

"Gausah, pake aja." Ucap Vano tersenyum

"Serius?" Tanya Malta

"Dua rius" kekeh Vano

"Yaudah deh kalau gitu, makasih ya udah nganterin gue" ucap Malta

"Makasih udah nerima gue" ucap Vano tersenyum lebar

Malta tersenyum. Lalu Vano pun pulang, dan Malta masuk ke dalam rumahnya.



♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

SAHTA GATE Lovers!💗

Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

Looks normal but terrible 🐾🌹

SAHTA GATEWhere stories live. Discover now