32. Sahta

3 5 0
                                    

"Akankah malapetaka itu datang terjadi? Akankah semua itu menjadi nyata?"

♡♡♡

Mereka semua langsung bubar dan pulang. Saat berbalik, gibahan masih ada. Ada yang bergeming sendiri.

"Malang sekali nasib pemuda itu. Padahal dia sangat baik, tapi karena dia orang asing. Dia tidak tau apa-apa" gunjingan dari para warga

Mereka berdua mendengarnya. Kini berhadapan dengan bapak penjaga itu.

"Rumah bapak sekitar sini?" Tanya Vano

"Jangan bilang kita bakalan nitip mobil ke dia?" Tanya Danil sangat peka

"Iyaa" jawab Vano mengangguk

Danil menghembuskan nafasnya gusar.

"Memang bapak tau cerita itu dari siapa? Bapak benar-benar penjaga tempat itu?" Tanya Vano

"Tidak, saya hanya warga seperti yang lain. Hanya saja saya adalah korban dari petaka itu. Keluarga saya yang sudah masuk ke dalam sana. Tempat itu sangat misterius. Tiba-tiba ada sejak tahun 2000 an" ucap bapak itu menceritakan awal mulanya

"Udah lah Van, pulang aja. Daripada dengerin mitos ga jelas gitu" ucap Danil menganggapnha remeh

"Jangan bilang ini hanya mitos. Kalian tidak dengar gunjingan dari warga tadi?" Ucap bapak itu tegas

"Kalo lo mati tiba-tiba, lo mau? Gue masih punya keluarga juga kali. Kalau lo doang yang mati gue sih ikhlas" Ketus Vano berbisik menjawab Danil

Danil tercengang. Dia jadi ikutan resah setelah mendengarnya.

"Rahasiakan saja hal ini. Jangan lo kasih tau tentang semua ini ke siapapun termasuk Malta. Gue ga mau dia ikutan panik juga. Cukup kita bersikap normal aja seperti tidak terjadi apa-apa." Ucap Vano memperingatinya

"Yaudah terus gimana? Gue mau pulang, pesenin taxi online kek atau apalah itu, terserah" ucap Danil

"Lo ga liat dengan tempatnya? Mana ada ojol lewat sini, ngacoo!" Ucap Vano

"Kalau kalian butuh sinyal, disini ada kok tempat yang ada sinyalnya" ucap Bapak itu

"Benarkah pak? Baiklah kalau begitu saya ikut" ucap Vano menarik tangan Danil dan mengikuti kemana perginya bapak itu.

Bapak itu menunjukkan jalan, ke tempat yang ada sinyalnya. Lalu mereka mengetes sinyal di ponsel mereka.

"Ada Van" ucap Danil

"Yaudah biar gue aja yang nyuruh orang buat kesini bawain kita bensin." Ucap Vano

Vano mengirimkan pesan dan lokasi dimana mobil nya tinggal. Vano juga mengirim pap annya kedua mobil mereka. Supaya tidak salah tempat.

Setelah itu, Vano memasukkan kembali hpnya.

"Baik, kalau begitu izinkan kami berdua untuk tinggal satu malam ini saja di rumah bapak" ucap Vano

"Boleh-boleh" ucap bapak itu

Mereka berjalan menuju rumah bapak itu. Sesampainya mereka disana.

"Disini ada satu kamar kosong, bekas kamar anak saya" ucap Bapak itu

"Terimakasih pak atas tumpangannya" ucap Vano

Bapak itu kembali ke dapur dan membuatkan mereka minum.

Vano meletakan sepatunya dan beranjak di kamar.

"Kita berdua tidur disini malam ini, lo gapapa kan?" Tanya Vano

"Ga masalah sih Van, gue cape aja pengen cepet tidur. Minggir sono, gue yang pojok" ucap Danil langsung beranjak ke kamar

Bapak itu datang kembali menghampiri mereka dengan membawakan minuman.

"Ini teh anget nya, boleh diminum dahulu. Bapak tau pasti kalian cape habis berkeliling" ucap bapak itu

"Oh iya pak, makasih ya pak. Gausah repot-repot" ucap Vano

"Seharusnya saya yang banyak terimakasih karena kamu telah membayar utang-utang saya" ucap bapak itu

"Iya pak sama-samaa kalau begitu" ucap Vano

Bapak itu kembali ke kamarnya, Vano menutup kembali pintu kamar itu. Setelah Danil minum, ia pun langsung tidur. Sedangkan Vano, dia melihat-lihat foto-foto yang terpajang di dinding kamar itu.

Foto-foto anaknya dan foto bersama keluarganya. Foto itu terlihat sungguh ceria dan harmonis sekali. Dia jadi makin teringat akan petaka yang diberitahukan bapak itu.

Apakah benar, petaka itu yang merenggut nyawa anak dan istri dari bapak itu? Sehingga bapak itu kehilangan keluarganya. Memikirkannya saja sudah ngeri. Dia melihat Danil yang sudah tertidur pulas.

"Bilamana petaka itu benar terjadi, lantas gimana dengan orang-orang yang akan kita tinggal nantinya? Mereka pasti jadi sendiri" batin Vano melihat Danil yang sudah tertidur pulas.

Lalu ia pun beranjak ke kamar dan tidur juga karena sudah mengantuk.

Pagi harinya, mobil mereka sudah terisi penuh dengan bensin. Atas suruhan dari Vano, orang suruhannya telah melakukan persis seperti yang diminta.

Mereka pun pulang menuju rumah masing-masing.

♡♡♡

Di kamarnya, Vano tengah melamunkan perihal semalam. Pantas saja dia ngerasa aneh sama tempat itu. Suasananya sungguh mencekam.

Dia sempat mau percaya, tapi bimbang juga. Karena tidak ada keanehan ataupun malapetaka yang terjadi setelah hari ia melewati gerbang itu. Ia pun menelfon Danil.

Danil masih ngebo. Tapi karena berulang kali ditelfon akhirnya dijawab juga olehnya. Masih dengan meraung ngantuk dan menguap.

"Kenapa lagi sih Van, masih ngantuk nih gue"

"Lo percaya sama cerita semalem?"

"Engga"

"Sama, tapi gue bimbang. Lo udah dapet malapetaka yang dimaksud?"

"Malapetaka gue adalah lo telfon gue dan gangguin gue tidur nyenyak. Hey bro! Ini weekend. Biarin gue tidur tenanglah. Besok harus sekolah lagi!"

"Seriusan nil, lo udah dapet malapetaka itu?"

"Sejauh ini belum, kenapa emangnya?"




♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

SAHTA GATE Lovers!💗

Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

Looks normal but terrible 🐾🌹

SAHTA GATEWhere stories live. Discover now