"Aku ngga bisa lakuin apapun," jawab Asep apa adanya.

Sofia menundukan kepala sedih, ia kembali menangis dengan Asep yang hanya bisa menghela nafas panjang.

"Aku pergi dulu," pungkas Asep dan pergi meninggalkan istrinya yang menangis itu.

Dia sengaja pergi karena tidak ingin ikut larut dalam kesedihan yang tengah dirasakan sang istri. Kemudian Asep memutuskan untuk pergi keluar.

Langkah nya terarah pada sebuah pos ronda yang letaknya di pojok gang, lalu tatapannya jatuh pada sosok pria jangkung yang tak lain dan tak bukan adalah sahabat sezigotnya, Jamaludin icikiwir.

"Ayam terus yang lo urus," celetuk Asep dan duduk di pos ronda.

"Apa lagi yang gue urus? Anak gue dah ilang terus istri gue pergi ngga tau kemana," balas Jamal mengusap-ngusap ayam kesayangan nya.

"Lo mau gue belai juga? Sini, sini. Mas Jamal belai sini," sambung nya dan menggoda Asep.

"Jijik banget sumpah. Lo makin tua, makin terkikis itu." Asep menatap geli sahabatnya.

"Dih, akik-akik suka kagak ngaca. Lo juga tua yah." sahut Jamal tidak terima dan akhirnya melepaskan ayam nya dan memilih duduk di samping Asep.

Beberapa menit kedepan mereka hanya saling diam. Hingga akhirnya Asep berkata. "Kira-kira, anak-anak kita dimana yah? Mereka lagi ngapain?"

"Ngeliat kondisi dari anak Bu Jennie waktu itu. Kayaknya Jae sama Asa lagi maen jungkat-jungkit di akhirat." balas Jamal asal dan mendapat geplakan dari Asep.

"Goblok, lo. Doain anak sendiri mati, hah?"

"Yah, kan emang bener. Emang lo mikirnya hidup?" Asep diam dan setelah itu menggeleng.

Dua bapak-bapak itu terus melemparkan lelucon untuk menepis rasa sedih mereka.

"Gue ngerasa gagal banget jadi Bapak nya Asa. Gue belum bisa ngelakuin apa-apa buat dia," ujar Asep kali ini dengan ekspresi serius.

"Gue ngerasa bersalah juga sama Sofia. Dia terus-terusan nangis kalo inget Asa," tambahnya dan memikirkan istrinya di rumah.

"Rasanya pengen ikut nangis, tapi gue ngga bisa. Gue harus kuat kan buat dia? Kalo gue nangis, nanti siapa yang kuatin Sofia."

Jamal memandangi sahabatnya itu dan tiba-tiba merentangkan tangan nya. "Sini sama Mas Jamal peluk."

"Geli Mal, sumpah." suasana sedih tadi mendadak menjadi heboh kembali.

"Gue kan cuman mencoba jadi sahabat yang baik buat lo,"

"Kagak jadi, kagak usah. Merinding disko gue," geli Asep dan sedikit menjaga jarak dengan Jamal.

Jamal yang melihat itu tampak terkekeh dan memandang sendu ke depan.

"Sejujurnya, di banding lo. Gue lebih gagal jadi Bapak buat Jae."

"Dia dari kecil harus liat gue berantem sama Mama nya. Terus di tinggalin gitu aja dan gue juga nyuekin dia aja." ujar Jamal mengingat masa lalu nya.

"Dan gue inget banget waktu pas itu. Pas lo sama Sofia rayain ulang tahun Asahi. Gue ngeliat Jaehyuk yang mandangin kalian,"

"Gue tau di mata anak gue, kalo dia iri sama itu. Dia pengen keluarganya gitu juga."

"Dan ngeliat itu, gue bener-bener ngerasa bersalah banget sama dia." pungkasnya dan menghela nafas panjang.

Dan akhirnya, kedua bapak-bapak itu nampak diam saja melamun memikirkan anak-anak mereka yang sudah lama pergi.

▪︎
▪︎
▪︎

Sweet HolidayWhere stories live. Discover now