13 Puisi Via Untuk Mama

331 25 0
                                    

Happy Reading

Saat ini waktu telah menunjukkan pukul 7 malam, dan sudah waktunya makan malam. Tama, Devan dan Nathan sudah berada di rumah sedari 2 jam yang lalu, tapat nya jam 5 sore.

Via sekarang sedang menunggu makanan yang akan disiapkan para pelayan, sembari menunggu, Areka dan Ian tengah menjahili Via karena tentu menjahili sang adik adalah kegiatan yang mereka senangi. Sedangkan anggota keluarga lain yang melihat itu hanya menggeleng lelah melihat tingkah kedua saudara itu. Kalau kata Ian dan Areka, "Nggak afdol kalo sehari nggak ngejahilin adek".

Nayara juga masih ada di mansion Adinata, selepas makan ia akan pulang diantar oleh sang kekasih, Nathan. Setelah beberapa menit, semua hidangan sudah selesai untuk disajikan.

Dengan mata berbinar Via menatap makanan didepannya, tak sabar untuk ia santap. Tama yang melihat anaknya sudah tak sabar untuk makan pun terkekeh. "Nah, selamat makan" Ucap Tama memulai.

"Selamat makan" Ujar yang lain berbarengan.

Hanya suara sendok dan garpu saja yang saling bersautan mengiringi makan mereka. Hingga seluruh orang disana sudah selesai makan dan sekarang mereka tengah mendengar celotehan dari Via.

"Papa Mama, tadi di sekolah adek diajarin tentang puisi"

"Oh ya, berarti sekarang adek bisa buat puisi dong" Ujar Rani menanggapi ucapan anaknya.

Via mengangguk semangat, "Tapi adek masih buat, bu guru tadi ngasi tugas buat puisi tentang Mama"

"Iya kah?, Abang mau denger dong" Ucap Devan sambil tersenyum.

"Emm, yang lain juga mau denger puisi adek?" Tanya Via pada anggota keluarganya yang lain.

"Iya dek, semua mau denger kok, mumpung Kak Naya belum pulang tuh" Jawab Lia.

"Okey, tunggu sebentar ya, adek mau ambil buku" Dengan secepat kilat Via beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke kamarnya untuk mengambil buku tugasnya.

Tak berselang lama Via kembali ke ruang makan dengan sebuah buku tulis di tangannya.

"Ini dia buku adek, adek bacain ya" Ucap Via ceria.

Yang lain hanya menganggukkan kepalanya, mempersilahkan Via membacakan tugas puisinya.

"Ek hemm, Mama

Mama...
Kau adalah Mama dari abang-abang ku
Anak dari nenek dan kakek ku
Istri dari Papaku

Mama...
Aku adalah anakmu
Aku menyayangimu,
Kau adalah permataku"

Setelah Via selesai membacakan puisi nya, seluruh orang disana berusaha menahan tawa. Terutama Areka dan Ian, baru mendengar bait pertama saja mereka langsung ingin meledakkan tawa mereka.

Tetapi Rani tertegun mendengar baris terakhir puisi Via "Permataku", sungguh, bagi Rani ini adalah puisi singkat yang lucu tetapi sangat menyentuh hati.

Di sisi lain Via yang sudah selesai membacakan puisinya melihat wajah keluarganya. Wajah Rani tersenyum senang mendengar puisi itu dibuat untuknya. Lalu Via melihat anggota keluarganya yang lain, sebal, satu kata yang menggambarkan perasaan Via saat ini.

Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang